Share

BAB III

Maria akhirnya sampai ke rumah mewah dan luas miliknya, barang-barang branded berjejer dengan rapi di dalam lemari kaca ruang tamunya. Lampu mewah yang digantungkan menerangi rumah ini. Tampak sangat elegan dengan nuansa putih kekuning-kuningan. 

Maria melewati ruang tamu yang sangat besar itu dengan perasaan kosong.

Rumah sebesar ini sangat sepi dan hanya ditinggali oleh Maria dan pak Heri serta bi Minah. Mereka juga memiliki kesibukan masing-masing, sehingga hanya Maria sendiri yang meratapi kekosongannya.

Maria akhirnya naik ke lantai 2 menuju kamarnya yang juga tak kalah luar. 

Maria langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk dan luas miliknya itu. Ini tempat ternyaman untuk kembali pikirnya. Dia memutar lagu melalui iPhone miliknya. Dia ingin istrahat, dia ingin menenangkan pikiran dan hatinya atas kejadian di pesta pernikahan mantannya itu. 

Maria hanya menekan tombol play di ponsel miliknya tanpa melihat lagu apa yang akan terputar.

Lagu pertama adalah Lagu milik "Billie Eilish- I Love You."

"What the hell i do?"

"Never been the type to"

"Let someone see right throught, ohh..."

Maria mendengar penggalan lirik lagu milik Billie Eilish itu bukan merasa tenang, tapi malah membuat Maria semakin merasa sakit hati.

Lagu ini memiliki makna yang sangat dalam.

Di dalam lagu ini menceritakan tentang perjuangan dan perasaan Cinta yang sulit. Kenapa sulit?  Karena wanita di lagu ini menganggap kekasihnya selalu berkata "I LOVE YOU", namun sifat dan tindakannya tidak mencerminkan bahwa kekasihnya itu mencintai dia. Sedangkan wanita itu memiliki rasa Cinta dan sayang yang sangat besar terhadap kekasihnya. 

Lagu ini mewakili perasaannya sekarang. "Apakah aku tidak pernah menjadi tipemu?" penggalan lirik ini sangat menyentuh hati Maria. Lagu ini berhasil membawa Maria kembali ke dalam kenangan masa lalunya. 

7 tahun yang lalu... 

Seorang gadis yang sangat cantik tapi terlihat tomboi memasuki ruang kuliah. Dia mengeluarkan buku serta peralatan tulisnya dari tas merk Hermes terbaru.

Beberapa pria melirik dia dengan tatapan ingin memiliki gadis cantik itu dan beberapa wanita juga melihat dia dengan tatapan iri. Mereka iri dengan kecantikan gadis itu dan barang-barang mewah bermerek miliknya. Tapi si gadis tetap cuek tidak menanggapi tatapan mereka.

Tiba-tiba kelas ricuh, cewek-cewek menjerit histeris, ternyata ada masuk seorang pemuda tampan dengan pakaian rapi dan juga bermerk walaupun tidak tampak mewah, tapi orang-orang tau bahwa pakaian yang dikenakan oleh pemuda itu pasti barang mahal, parfumnya juga pasti merk mahal karena bisa tercium dari jauh yang membuat cewek-cewek makin mabuk kepayang. Mereka belum pernah melihat pemuda ini sebelumnya.

Tapi gadis cantik dan tomboi itu enggan untuk melihat, dia tidak tertarik dengan kehebohan di ruangan kelasnya. 

Tidak beberapa lama, seorang dosen paruh baya yang mengenakan kaca mata masuk.

Ruang kuliah tiba-tiba diam dan damai, cewek-cewek tadi kembali ke kursi masing-masing dengan tatapan yang tidak beranjak pergi dari wajah pemuda tampan itu. Mereka masih mengagumi ciptaan Tuhan yang sempurna itu. 

"Saudara-saudara perkenalkan, kita kedatangan mahasiswa baru pindahan dari Singapura. Tolong kamu perkenalkan diri kamu."

"Baik pak, teman-teman perkenalkan nama saya Reyhan Wijaya. Saya pindahan dari salah satu universitas yang ada di Singapura. Mohon kerjasamanya teman-teman." 

"Aduh, tanpa kamu minta juga aku mau kok bekerjasama dengan kamu." Kelas kembali ribut mendengar kegenitan cewek itu. Reyhan tersenyum malu. 

"Maria, itu bukannya alumni SMA kita ya? Kamu ingat kan? Orang yang kamu bantu waktu hampir dikeroyok SMA sebelah itu loh."

Mau gak mau akhirnya Maria menoleh ke arah Reyhan juga. Reyhan juga kebetulan melihat ke arah Maria. Mata mereka bertemu. 

"Iya Mel aku ingat.Hahahaa.."

Maria tertawa mengingat kejadian dulu. Dia ingat Reyhan yang merupakan anak orang kaya sering ditunggu oleh preman-preman SMA sebelah.

Mereka sering mengganggu Reyhan dan mengambil semua uang milik Reyhan. Maria yang kebetulan lewat bersama Amel membela Reyhan. Maria yang ikut les karate semenjak dia kecil dan sekarang sudah memiliki sabuk hitam tidak takut menghadapi sekelompok berandalan itu. Mereka berkelahi, dan sudah bisa ditebak, Maria memenangkan pertarungan itu. 

"Kamu gapapa? Kamu kok diam aja ditindas sama mereka, mereka itu kalau dibiarin makin merajalela. Kamu harus lawan. Jangan takut, mereka cuma badannya aja yang besar, kekuatannya gak ada. Kamu cowok, jangan lemah." 

Reyhan mengangguk, dia kagum dengan keberanian gadis itu. Maria nampak kurus, tapi sangat jago berkelahi. 

"Makasih ya Maria."

"Kamu kenal aku, kamu kelas berapa?" tanya Maria bingung karena siswa di depannya itu mengenali dirinya. 

"Ya ampun Maria, dia itu satu kelas kita loh. Kamu gak kenal Reyhan? Padahal cewek-cewek di kelas kita banyak yang mendekati dia loh. Maaf ya Reyhan, sahabatku ini wajahnya aja yang cantik tapi ingatannya gak ada."

Amel gemas sama Maria, Maria tidak mengenali satu kelasnya sendiri. Maria tersenyum kecut, tapi wajahnya kelihatan merah. Dia sedikit malu atas kejadian itu.

Reyhan juga tersenyum miris karena Maria tidak kenal dia. Padahal Reyhan sering memperhatikan Maria dari mejanya dan diam-diam sering melirik Maria, kadang Reyhan ingin menyapa Maria, tapi tidak ada keberanian di dalam diri Reyhan. 

"Kamu duduk di kursi kosong dekat Maria itu ya." Tunjuk pak Dosen kepada Reyhan.

"Baik Pak."

Reyhan langsung mengangguk setuju. Pikiran Maria tentang masa lalu saat SMA buyar saat mendengar suara dosennya. 

"Boleh aku duduk di situ?" Tanya Reyhan sopan. 

"Oh, silahkan.. Silahkan, kursi ini kosong kok. Kamu masih ingat kami kan?" Amel yang menjawab pertanyaan Reyhan. 

"Masih dong, aku tidak akan lupa kejadian dulu itu."

"Oh baguslah, sahabatku ini masih jomblo, kayaknya dia tidak tertarik sama cowok deh, coba kamu dekati." tiba-tiba Amel menunjuk Maria yang membuat Maria mengernyitkan kening nya heran atas tingkah spontan sahabatnya itu. 

"Genit." ucap Maria yang membuat Amel menahan ketawanya, soalnya dia sadar kalau mereka sekarang ada di dalam ruang belajar, Amel sangat suka menggoda Maria.

Reyhan tersenyum melihat Maria. 

"Maria belum berubah sama sekali, Dia masih tetap cantik, tomboi dan selalu cuek." pikir Reyhan dalam hatinya. 

Setelah kelas bubar, Amel mengajak Maria dan Reyhan ke perpustakaan. 

"Rey, ikut kami aja yok. Kamu satu kelompok bareng kami aja. Kan cuma kami yang kamu kenal di sini. Gapapa kan Mar?" Amel meminta persetujuan sahabatnya. 

"Ya terserah.." ucap Maria sambil berlalu. 

Reyhan akhirnya mengikuti mereka dari belakang, gadis-gadis lain iri melihat mereka bisa langsung dekat dengan Reyhan, tapi mereka tidak ada yang berani ganggu Maria. Karena papa Maria adalah donatur tetap di kampus besar ini. 

Semenjak kejadian itu mereka bertiga semakin dekat. Reyhan juga tidak canggung lagi berbicara dengan Maria. Dia tidak sakit hati atas ke-cuekan Maria, karena sekarang Reyhan sudah tau bahwa itu memang sifat bawaan Maria. 

Perasaan Cinta tumbuh lagi di dalam hati Reyhan. Sebenarnya semenjak mereka duduk di bangku SMA, Reyhan sudah menaruh hati kepada Maria. Tapi sikap dingin dan ke-cuekan Maria membuat Reyhan mengurungkan niatnya.

Selama dia di singapore, dia selalu mencari kabar tentang Maria. Dia menjauhi wanita yang mencoba mendekati Reyhan. Dan setelah dia dapat kabar dari papanya kalau mereka akan kembali ke Indonesia, Reyhan sangat senang.

Dia kembali mencari tau di mana gadis pujaannya itu kuliah. Bukan hal susah untuk mencari tau tentang keberadaan Maria, karena papa Maria sangat berpengaruh di negeri itu dan Maria juga lumayan terkenal karena dia juga sudah ikut mengurus bisnis-bisnis papanya.

Akhirnya Reyhan memilih kampus yang sama dengan Maria, dan kebetulan yang sangat Reyhan syukuri adalah bisa satu ruangan dengan Maria, ternyata mereka memilih jurusan kuliah yang sama. 

Perhatian-perhatian kecil mulai di perlihatkan oleh Reyhan. Mulai dari jemput Maria sebelum berangkat ke kampus dan antar Maria setelah jam kuliah selesai.

Reyhan juga sering menemani Maria ke tempat latihan karatenya, karena sampai sekarang Maria masih aktif melakukan olahraga itu. Reyhan juga makin sering melakukan chat dengan Maria, Reyhan rajin mengingatkan Maria untuk makan, menyuruh Maria jangan begadang dan membangunkan Maria pagi hari jika ada kelas masuk.

Reyhan menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaan cintanya. 

Reyhan juga sudah kasihtau tentang rasa sukanya terhadap Maria kepada sahabat Maria satu-satunya.Yaitu Amel.

Amel sangat setuju dan mendukung mereka, dia melihat Reyhan yang sangat Tulus dan tidak neko-neko. Dia ingin sahabatnya itu mendapatkan orang yang baik. Amel ingin Maria bahagia.

Maria awalnya merasa risih atas perhatian Reyhan, Maria belum pernah pacaran. Dia selalu menolak orang yang mencoba dekat dengan dia. Tapi melihat kegigihan Reyhan, Maria lama-lama jadi nyaman.

Dia kadang merasa rindu jika Reyhan tidak ada kabar dalam satu hari. Tapi Maria masih gengsi mengakuinya dan tidak pernah Maria duluan menanyakan kabar Reyhan. Gengsi di dalam diri Maria sangat tinggi. 

Hari ini tepat hari ulang tahun Maria yang ke-21, Reyhan berencana untuk mengaku cintanya kepada Maria.

Perayaan ulangtahun Maria sangat mewah. Ulang tahun Maria di rayakan di hotel berbintang lima. Teman-teman Maria berdatangan, sahabatnya Amel juga sudah tiba, rekan-rekan bisnis papanya juga sudah mulai bermunculan. Maria tampak sangat cantik dan anggun dengan dress merah di atas lutut. Dia memakai high heels setinggi 10 cm.

Orang-orang yang datang terkesima dengan kecantikan Maria. Mereka memang sering melihat Maria, tapi belum pernah melihat dia secantik ini, tidak ada nampak ke tomboian Maria. Biasanya dia cuma berpakaian seadanya walaupun tetap bermerek. Mereka tidak berhenti memuji kecantikan Maria malam ini. 

Pesta akan segera dimulai, Maria mencari-cari Reyhan yang dari tadi belum dilihatnya. Dia kwatir Reyhan tidak datang. 

"Ayo sayang, waktunya potong kue." Ucap pria umur sekitar 50an tapi masih terlihat tampan ditemani oleh seorang wanita elegan yang menggunakan dress warna biru cerah dan menggandeng lengan pria itu. 

"Iya pa, ini Maria mau ke sana." jawab Maria kepada pria yang ternyata papanya itu. Maria masih mencoba mencari Reyhan. 

"Tiup lilinnya.. Tiup lilinnya.. Tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga."

Prokk.. Prokk.. Prokk.. 

Suara tepuk tangan terdengar sangat meriah di dalam ruangan itu. 

"Suapan pertama buat papa, makasih ya pa udah membesarkan Maria dengan baik." Ucap Shiren dengan mata berkaca-kaca. 

"Iya sayang, makasih juga udah menjadi Putri papa." Brema Santoso mengecup kening Putri kesayangannya itu. 

"Ini untuk mama, makasih ya ma udah menemani papaku sampai sekarang." Sambil memberikan suapan pada mamanya. 

"Iya sayang, mama juga makasih sama kamu udah tumbuh jadi gadis yang baik dan nerima mama di keluarga ini." Ucap wanita itu sambil mencium pipi Maria. Wanita itu adalah mama tiri Maria, tapi dia memperlakukan Maria seperti putrinya sendiri.

Tiba-tiba lampu mati... 

Sayup-sayup terdengar suara gitar dengan nyanyian romantis dari depan pintu. Setelah lampu kembali nyala, semua mata tertuju penasaran dengan apa yang akan terjadi....

Bersambung.... 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status