Share

BAB V

"Siang sayang, aku kangen banget sama kamu. Kamu kok gak pernah hubungi aku sih? Kan jadi aku yang datang ke Indonesia nemui kamu."

Reyhan kaget melihat Aila sudah ada di dalam ruang kerjanya. Dia tidak sadar kapan Aila masuk. Dari tadi Reyhan sangat sibuk memeriksa dokumen-dokumen yang akan ditandatangani nya.

"Kapan kamu masuk? Kamu perlu apa nemui aku?" Rasa kaget Reyhan masih belum reda. 

"Ihh sayang,, kok bicaranya gitu sih? Kamu gak senang aku datang? Aku sebenarnya udah dari pagi sih sampai Indonesia, tapi aku jumpai Maria dulu. Soalnya aku dengar dari orang-orang Maria dekati kamu ya? Berani-beraninya dia. Aku tadi kasih pelajaran buat dia, aku tunjukkin aja foto kita dulu waktu di bar." Jawab Aila dengan manja dan senyum genit di bibirnya.

"APA?? KAMU JUMPAI MARIA, APA KAMU SUDAH KEHILANGAN AKAL?? MARIA ITU PACAR AKU AILA DAN AKU HANYA MENCINTAI MARIA??"

Reyhan kaget atau pengakuan Aila. Reyhan marah atas perbuatan Aila. 

"Aduh sayang, kamu itu milikku dan hanya jadi milikku. Kita akan menikah. Udah dulu ya sayang, aku mau pergi nemui papa aku, nanti kita jumpa lagi ya. Jangan coba-coba ketemu sama Maria lagi ya. Awas aja." 

Aila pergi setelah memberikan ancaman itu. Reyhan panik, bagaimana dia akan menjelaskan ini sama Maria?

Reyhan segera ambil ponsel nya dari dalam tas kerjanya. Reyhan melihat 18 panggilan tak terjawab dari Maria. Reyhan tadi memang tidak ada memeriksa ponselnya karena dia sangat sibuk. Reyhan makin panik, dia tau pasti sekarang Maria sangat marah. 

Reyhan coba hubungi balik Maria, tapi ponsel Maria sudah tidak aktif lagi.

Reyhan buru-buru keluar dari ruangannya, dia mengabaikan semua kerjaannya yang numpuk. Dia sekarang hanya fokus sama Maria. Dia terus mencoba menghubungi Maria, tapi Nihil. Ponsel Maria non aktif. 

Reyhan langsung bawa mobilnya dengan kecepatan tinggi pergi ke rumah Maria, dia berharap Maria ada di rumah. Reyhan sangat takut membuat Maria sakit hati atau kecewa pada Reyhan. 

"Bi, Maria di dalam?" Reyhan bertanya dengan nada berharap pada bi Minah setelah pintu rumah mewah itu terbuka.

"Oh, ada Den, Non Maria ada di kamarnya. Tadi pulang-pulang langsung naik ke atas. Kayaknya non Maria lagi ada masalah. Den Reyhan langsung ke atas aja."

Tanpa menunggu lama, Reyhan langsung menaiki tangga rumah Maria. Dia langsung menuju kamar Maria. 

"Sayang, buka pintunya ya. Aku mau bilang sesuatu sama kamu."

"Kamu pulang aja Rey, aku capek. Aku juga gak mau bicara apa-apa sama kamu."

"Ngak sayang, aku gak akan pulang kalau kamu gak buka pintunya. Aku akan berdiri terus di sini."

"Terserah..."

3 jam berlalu, Maria belum juga keluar dari kamarnya. Sedangkan Reyhan masih tetap berdiri di depan kamar Maria, menunggu Maria sampai gadis itu mau keluar. Tapi wajah Reyhan sudah pucat, Reyhan memang tidak makan dari kemarin. Tapi mencoba tetap kuat, dia harus meluruskan masalah ini hari ini juga.

Bruakkk... 

Tiba-tiba dentuman keras terdengar dari balik pintu Maria. Maria kaget, dia langsung keluar melihat apa yang terjadi. Dia melihat Reyhan jatuh dengan wajah yang pucat. Maria kaget, dia berusaha membawa Reyhan ke atas kasurnya. Maria menyuruh bi Minah ambil air minum. 

"Rey kamu kenapaa?? Bangun Reyhan." Tangis Maria penuh penyesalan, Maria memeluk tubuh Reyhan. 

Pelan-pelan Reyhan bangun, dia sebenarnya hanya kecapaian ditambah lagi tidak ada masuk apapun ke dalam perutnya dari kemarin. 

"Sayang, maafin aku ya. Aku tau Aila datang nemui kamu tadi." Reyhan berbicara dengan nada penuh penyesalan. 

"Kita bicaranya nanti aja ya Rey, kamu istrahat dulu."

"Ngak Maria, masalah ini harus selesai sekarang. Aku gak mau kamu kepikiran yang ngak-ngak. Aku memang sama Aila berteman di singapore. Aku udah tau dari dulu kalau dia suka sama aku. Tapi aku gak mau nerima dia. Aku masih berharap dari dulu sama kamu. Dan masalah foto itu, kami rame-rame ke bar dengan teman-teman Indonesia. Kami malam itu memang mabuk. Dan aku tidak tau foto itu kapan diambil dan siapa yang ambil. Kamu jangan marah lagi ya, aku gak mau kehilangan kamu." Jelas Reyhan setengah memohon agar Maria mau mengerti. 

"Iya Rey, sebenarnya aku juga tadi gak percaya sama Aila. Makanya aku nelpon kamu berkali-kali tapi kamu gak jawab, buat aku jadi perpikir yang aneh-aneh." Jawab Maria tersenyum manis. 

"Makasih sayang." Reyhan lega Maria mengerti dirinya. Sekarang masalah mereka sudah teratasi. Mereka kembali tertawa bahagia. 

"Tapi kamu harus janji kejadian ini jangan terulang lagi ya Rey. Aku takut kehilangan kamu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku menjalani hari-hariku tanpa kamu di sisiku." Wajah Shiren memelas. 

"Aku janji sayang, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Separuh hatiku sekarang hanya milikmu." Janji Reyhan sambil mengecup kening wanita yang begitu dia cintai ini. 

Makin hari mereka menjalin hubungan yang makin bahagia. Mereka semakin sering bertemu. Cinta mereka makin dalam. 

Mengetahui hal itu Aila marah dan pergi menemui papa dan mamanya yang kebetulan duduk di ruang tamu. 

"Aku pokoknya mau nikah sama Reyhan ma, pa. Aku gak peduli apa pun yang terjadi, papa harus mengusahakan bagaimanapun caranya supaya Reyhan mau sama Aila. Kalau ngak sama Reyhan, lebih baik Aila mati aja sekarang." tangis Aila. 

"Aila, jangan bicara seperti itu nak. Cuma kamu anak papa dan mama. Tolong jangan pernah mengucapkan hal seperti itu lagi ya. Papa sama mama janji akan bantu kamu membuat Reyhan jatuh ke pelukanmu. Kamu tenang saja ya." mamanya memohon sama Aila. 

"Aku tunggu ma, pa." jawab Aila sambil memeluk orangtuanya. Dia tau betapa besar kasih sayang mama papa nya sama dia. Aila kembali tersenyum dan masuk ke kamarnya lagi. 

Sepergian Aila, mama dan papanya merencanakan sesuatu. Keluarga Aila juga merupakan keluarga terpandang yang memiliki saham dimana-mana. 

***

Kring.. Kring.. Kring.. 

Terdengar ponsel Maria berdering, dengan malas dia meraih ponselnya. Maria masih setengah sadar, ini masih terlalu pagi untuk bangun pikirnya. 

"Halo tante, ada apa ya?" Tanya Maria setelah tau siapa yang menghubungi dia pagi-pagi sekali. Ternyata Mama Reyhan. Maria sedikit terkejut. 

"Halo Maria, tolong kamu datang sekarang ke rumah tante ya, ada yang mau tante bicarakan." Terdengar suara balasan dari sudut telepon Maria. 

"Baik Tante." Ujar Maria tanpa banyak bertanya lagi. 

Maria heran kenapa sepagi ini mama Reyhan nyuruh dia datang. Maria bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang terjadi. Tanpa berpikir lebih lama lagi, Maria langsung mandi. Setelah berdandan sedikit dia segera berangkat. Maria tetap cantik walaupun dia hanya memakai lipstik yang tipis. Maria meminta pak Heri untuk mengantar dia ke rumah Reyhan. 

"Pak, bapak duluan aja ya, nanti aku nyuruh Reyhan yang antar." Ucap Maria setelah sampai di depan rumah Reyhan dengan senyuman khas di bibirnya. 

"Baik Non." Ucap pak Heri dengan sopan. Nona mudanya ini telah banyak berubah setelah mengenal Rmembukanya Maria lebih ramah dan mudah tersenyum pada orang yang dia temui. Pak Heri bersyukur Maria bertemu dengan orang yang tepat. 

Maria menekan bel rumah Reyhan, tidak ada sahutan. Maria memegang gagang pintu dan ternyata tidak terkunci. Maria heran, tidak biasanya rumah besar ini tidak dikunci. Setelah dia masuk, rumah dalam keadaan sepi, tidak ada terlihat satu orang pun menyambut kehadiran Maria. Mama Reyhan juga tidak ada disana. Maria menyapu seluruh ruangan dengan pandangannya. Maria berharap ada seseorang disana. Ternyata tetap kosong. Maria akhirnya pergi ke kamar Reyhan dan mengetok pintu Reyhan. Tidak ada suara juga.

Maria mencoba membukanya dan ternyata tidak terkunci juga. Mata Maria tertuju ke atas ranjang Reyhan, betapa terkejutnya batin Maria melihat Reyhan telanjang dan hanya selimut yang menutupi area sensitifnya. Reyhan nampak tertidur pulas. Maria lebih terkejut lagi melihat wanita yang di samping Reyhan yang juga hanya ditutupi oleh selimut tidur sambil memeluk tubuh kekar Reyhan, ternyata wanita itu adalah Aila perempuan yang menemui Maria tempo hari. 

Maria lemas, kakinya tidak dapat digerakkan. Lutut indahnya gemetar. Lidahnya kelu tidak bisa berbicara. Tatapan matanya penuh dengan kemarahan dan ketidakpercayaan. 

Disaat bersamaan, Reyhan dan Aila membuka matanya. Reyhan terkejut bukan kepalang, dia menatap Maria tanpa berkata apa-apa. Sedangkan tubuh Aila yang masih memeluk Reyhan dilemparkannya menjauh. Aila tersenyum penuh arti. 

Reyhan cepat-cepat memakai pakaiannya. Reyhan tidak menyangka ada Maria di rumahnya sepagi ini. 

"Maria, kamu ngapain sih ganggu orang pagi-pagi buta? Sayang aku masih ngantuk tau, semalam kamu kuat banget, lama lagi. Aku sangat puas sama servisan kamu. Nanti malam lagi ya.." Ucap Aila dengan gayanya yang manja dan penuh kebahagiaan sambil memakai pakaiannya untuk menutupi badannya yang seksi dan berisi itu. Suara Aila membuat Maria ingin membunuh mereka berdua, tapi langkah kakinya tertahan. 

"Apa mama Reyhan tadi nyuruh aku datang untuk menyaksikan ini? Tante tega banget." batin Maria dengan rasa sakit yang tidak tertahankan. Mama sama Reyhan hari ini menghianati kepercayaan Maria. Hatinya sakit seperti ditusuk ribuan benda tajam. 

"Aku pulang dulu ya sayang, jangan lupa nanti malam lagi." Aila beranjak dari ranjang sambil mencium pipi Reyhan yang mematung dan pergi dari kamar Reyhan meninggalkan Maria dan Reyhan dengan senyum penuh kemenangan. Peperangan akan terjadi sebentar lagi pikir Aila. Dia tidak sabar menunggu hal itu, tapi Aila juga tidak ingin berada disana. Bisa-bisa dia nanti kena. 

Reyhan membisu, dia tidak tau harus berbuat apa. Percuma sekarang menjelaskan apapun pada Maria, Maria sedang kalut. Maria tidak akan percaya apapun yang keluar dari mulut Reyhan. Maria hanya mempercayai apa yang ada di depan matanya. Tapi Reyhan tetap mencoba menghampiri Maria. 

Plakk.. Plakk.. 

Dua kali tamparan mendarat di pipi Reyhan. Terdengar sangat keras. Sesakit hati Maria sekarang. Maria tidak percaya kekasihnya adalah seorang bajingan. 

Reyhan meringis kesakitan, tapi dia menahannya dan tetap berdiri di depan Maria. Air mata Maria sudah bercucuran. Tidak ada yang bisa Reyhan ucapkan, lidahnya membeku. Reyhan juga menangis membayangkan Maria akan pergi meninggalkan dirinya. 

"Tega kamu Rey, semua janji kamu ternyata hanya sampah." Ucap Maria penuh kesakitan. 

Reyhan berusaha menahan Maria. Dia ingin memeluk gadis itu. Dia ingin menjelaskan semuanya. Tapi Maria menolak. Maria mendorong tubuh Reyhan sekuat yang dia bisa dan langsung berlari keluar kamar Reyhan. Terdengar suara isakan tangis yang begitu perih saat Maria melewati ruang tamu yang indah ini. Semua terasa kosong. 

Bersambung... 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
sejauh ini suka banget ama ceritanya! bakal lanjut baca setelah ini~ btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status