Share

Bab 2 Suamiku Seperti Lelaki Hidung Belang

     Pikiranku tidak bisa tenang. Memikirkan foto-foto suamiku dengan mbak Zorah. Bagaimana caranya untuk mencari kebenaran yang ada di antara mereka.

    

    Sementara anak-anak sedang berenang, Ada baiknya kucoba menghubungi mbak Zorah. Bukan untuk memarahinya, tapi untuk  mendengar sebatas mana kebohongan mereka.

   

     Pertama kuhubungi, tidak diangkat. Dua kali, tidak di angkat. Kucoba sampai kelima kalinya, barulah terdengar suara mbak Zorah di ujung sana.

    

     "Ya hallooo Nadine. Maaf tadi saya sedang di kamar mandi, tidak sempat mengangkat panggilan dari kamu."

    

     "Ya nggak apa-apa, Mbak. Oh ya, sekarang  Mbak sedang dimana ya? Kami mau mampir nih kerumah mbak..!"

    

     "Aduuh maaf, Nad.  Saya dan Debbie sedang di rumah Farah temennya mbak nih."

    

     Hadeeeh kan ketahuan bohongnya. Tadikan Arza bilang mau mengantar Debbie ke kampus, sekarang kok mbak Zorah mengatakan dia dan Debbie sedang di rumah temannya. Bertolak belakang sekali.

    

     Eh bentar-bentar ada suara berbisik-bisik panik di sana.  Entah apa yang di perdebatkan. Ku tajamkan pendengaran. Seperti ada suara laki-laki. Kemungkinan itu suara bisik-bisik dari mulut Arza.

    

     "Lhoo tadi kan Arza yang nganterin Debbie ke kampus. Kok bisa sekarang jadi di rumah temennya mbak Zorah?"

    

     "Bukan begitu maksudku, Nadine. Tadi memang Debbie diantar kekampus oleh Arza, tapi sekarang aku dan Debbie sudah  mau pulang. Lagi pula tadi suamimu langsung pulang setelah mengantar Debbie."

    

    Dari suaranya saja terdengar gugup. Alasan yang terdengar di buat buat. Mungkin untuk menyembunyikan jejak.

   

    Aku belum boleh menunjukkan kecurigaanku pada mereka. Ini kan baru sebuah asumsi saja. Belum melihat secara langsung. Tidak seharusnya aku memprovokasi mereka terlalu cepat.

***

     Arza pulang ketika hari mulai larut malam. Ada kelelahan yang nampak pada gurat wajahnya. Namu lelah itu di bungkus dengan senyum lebar yang dibuat-buat.

    

     "Kok jam segini baru pulang, Pa."

    

     "Tadi habis nganterin Debbie, Papa langsung ke kantor ada pertemuan mendadak."

    

     Ketahuan bohongnya, ke kantor katanya tapi kok tadi duduk bareng sama Debbie dan Mbak Zorah.

    

     Huuuh... Walaupun hatiku bergemuruh hebat, namun sebisa mungkin aku bersabar. Aku belum bisa memprovokasi secara membabi buta. Akan ku telisik lebih lanjut.

    

     Seusai mandi, seperti kebiasaan nya Arza baru-baru ini, dia akan masuk ke kamar atas, katanya mau istirahat. Atau kalau tidak dia biasanya akan keluar, katanya mau merefreshkan pikiran.

    

     Selama ini aku tidak pernah berprasangka buruk dengan kebiasaan barunya. Aku maklumi mungkin dia capek butuh istirahat atau menyejukkan pikiran.

    

     Tapi sejak aku melihat postingan Debbie tadi siang, mendadak rasa curiga itu muncul. Kutinggalkan si kembar yang sedang bermain di depan tv. Dengan mengendap-endap aku membuntutinya ke kamar atas. Samar-samar ku dengar suara tertawa yang tertahan.

    

     "Malam besok ya sayang. Terus siangnya kita akan berlibur kemanapun kamu mau. Aman pokoknya semua aku yang tanggung. Kita akan bermalam di vila puncak . Sebenarnya nih aku sudah kebelet sayang, udah nggak tahan."

    

     Jijik telingaku mendengarnya bicaranya yang terdengar cengengesan khas lelaki hidung belang. Rupanya ini yang dia lakukan. Bodohnya aku yang terlalu percaya dengannya selama ini.

     "Kamu tenang saja aku Aku pasti bisa mengatasi Nadine. Dia mudah untuk di atur. perempuan seperti dia mah tidak akan menjadi masalah besar. Pokoknya kamu siap-siap aja deh."

     Sayangnya aku tidak bisa menangkap suara seseorang perempuan yang menjadi lawan bicaranya.

    "Kamu seksi banget sayang, menggoda banget. Pintar sekali deh memanjakan mata saya. Enggak kayak Nadine. Kamu membuat benar-benar bisa membuat aku jatuh cinta. Pokoknya cuti minggu depan, aku akan bawain kamu ke Bali deh. Di sana kita akan bebas. Nggak ada yang ganggu. jangan lupa ya semingguan ini kamu harus melakukan perawatan rutin, supaya tetap terlihat cantik dan menarik. Pokoknya harus is the best. Jadi pas kita berlibur nanti kita akan menikmati kebersamaan yang sangat menyenangkan. Menikmati waktu hehehe."

     Oooowwh... Rencana yang bagus. Aku masih berusaha menahan kesabaran, karena masih penasaran apa yang akan mereka bicarakan selanjutnya.

     "Kamu pinter banget, membuatku semakin naf*u saja. Itu loh yang bikin nggak nahan. Seandainya kamu berada si disini, pasti sudah ku lahap tubuh seksi mu. Sayangnya kamu berada jauh disana."

     Bicaranya berhenti di saat suara tawa cekikikan manja dari gawai ponselnya.

     "Kita ketemu malam ini saja yuk sayang. Soalnya udah gak sabar nih. Pengen ketemu, kamu dandan yang cantik ya sayang. Biar aku tambah sayang sama kamu. Manjain lagi aku  malam ini dong. Enggak bosan deh sama kamu. Enggak kayak Nadine yang emang sangat membosankan permainannya gitu-gitu aja. Enggak menarik. Pokoknya kamu servis saya malam ini ya sayang. Tenang saja seperti biasa, aku akan berikan apa yang kamu butuh. Tuh cepat atau lambat kamu akan jadi istriku juga. Nggak rugi kan? Aku bantuin kamu. Oh ya besok aku dah ambil cuti lagi selama dua hari. artinya dua hari kita akan menghabiskan waktu bersama. Uummmach."

     Penasaran sekali, Siapa yang menjadi lawan bicaranya di handphone. Bicara mereka panas sekali.

    

     Ku intip sedikit lewat lubang kunci. OMG....! Mbak Zorah dengan bangga mempertontonkan gunung kembar super guedenya yang hanya di bungkus bra yang jauh di bawah ukuran. Pantasan saja Arza menjadi begitu ter*ngs*ng. Terdengar tadi dari cara lelaki itu berbicara.

    

     Dadaku dag dig dug tidak menentu lagi. Bagaimana ini? Harus kulabrak sekarang atau harus bersabar dulu?

Bersambung...

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
capekkkkkk
goodnovel comment avatar
M Arkanudin
menariiiiillkk
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Buang kelaut nadine ... gak usah dipertahankan laki2 sampah bikin jijik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status