Share

004 | Bertemu Lagi

"Meskipun bukan pertama kali bertemu tapi tatapannya tetap membuat salah tingkah."

°°°

Awalnya Damian menolak ketika disuruh Gilsa-manajernya-untuk ikut bersama Dedi Kuncoro-sutradara film terbarunya-mengisi kelas sebagai dosen tamu, tapi begitu Gilsa menyebutkan nama Universitas tujuan mereka jawabannya langsung berubah. IKJ, tempat Adinda menimba ilmu. 

Mungkinkah dia akan bertemu dengan gadis itu? Kira-kira bagaimana reaksinya saat melihat Damian? Terkejutkah atau senang?

"Lo kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Dedi kepada artisnya itu. 

Damian diam seketika, senyum yang semula terkulum tipis mendadak lenyap tak berjejak. Masalahnya dia tidak mungkin mengatakan bahwa ada gadis yang ingin dijumpainya. Mau ditaruh kemana wajah tampannya jika orang lain tahu Damian sedang tergila-gila pada seorang gadis. Gadis yang bahkan jauh sekali dari kriteria idamannya selama ini. 

"Lagi pengin aja," jawab Damian seadanya. 

Dedi tidak langsung percaya dengan jawaban itu, Damian yang dikenalnya tidak akan membuang-buang waktu untuk melakukan hal yang tidak diinginkannya. Pasti ada alasan lain dibalik sikapnya saat ini. Namun, kendati bertanya kembali, pria akhir empat puluhan itu memilih mengangguk saja sebelum mengalihkan fokus menatap jalanan. Sebentar lagi mereka tiba, begitu seingatnya. 

"Lo tahu nggak anaknya teman gue ada yang kuliah di IKJ, lo mungkin kenal orangnya." Dedi kembali bersuara begitu matanya menangkap gerbang besar Universitas tujuannya. 

"Dia cantik, kalau ketemu dia lo bisa jatuh cintrong kayaknya." Dedi menambahkan kalimatnya. 

Mobil yang membawa mereka berhenti di lobby, Damian segera memakai maskernya. Dedi turun lebih dulu, memantau keadaan sekitar. Mahasiswa cukup ramai pada pukul sepuluh pagi, semoga saja yang mengikuti kelasnya tak kalah ramai. 

"Ayo, Dam, cepetan!" 

Tangan Dedi membuka pintu tempat Damian duduk, menarik tangan kekar artisnya agar segera turun. Kalau menunggu Damian bersiap bisa-bisa dia telat menghadiri kelas. Dedi paling tidak suka membuat orang lain menunggu. 

"Iya, sabar dong, Om!" pekik Damian kesal. 

Mereka menjadi sorotan beberapa mahasiswa, beberapa yang mungkin mengidolakan Damian berbisik-bisik karena yakin bahwa yang ada di depan mereka adalah sang idol. Di depannya Dedi semakin mempercepat langkah, membuat Damian harus mengimbangi dan menghentikan tebar pesonanya sampai di sana. 

Mereka masuk ke dalam Aula Jurusan Film dan Televisi, ada sekitar seratus kursi yang tersedia. Hampir semua kursi terisi Mahasiswa. Sepertinya mereka sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Ya, memang kehadiran dosen tamu bisa menjadi refreshing. Damian pun dulu lebih rajin menghadiri kelas dosen tamu daripada kelas wajib yang diambilnya. 

"Saya nggak sendirian loh, ada tamu spesial juga untuk kalian. Dam, ayo masuk! Buka dong maskernya!" 

Dengan gerakan malas Damian masuk ke dalam Aula, ketika masker yang dipakainya terbuka terdengar pekikan dari banyak gadis di dalam ruangan. Para pemuda yang memutar bola mata malas merasa kesal karena pacarnya menyebut pemuda lain dengan heboh, ada juga yang menatap kagum sosok Damian yang terlihat sempurna. 

Damian memberikan senyum tipis kepada mahasiswa di ruangan tersebut sambil meneliti setiap sudut—mencari sosok Adinda, ia dapati gadis itu duduk di kursi bagian tengah, matanya mendelik saat Damian memberi kedipan padanya. 

°°°

Adinda risih sekali karena sejak tadi ditatapi oleh Damian, dia tidak terbiasa. Matanya sesekali mendelik ke arah pria itu, memberi peringatan agar pria itu berhenti menatap ke arahnya. Dia itu sedang menjadi pusat perhatian, bisa bahaya jika teman-temannya sadar kalau Damian sedang menatap objek lain. Lebih bahaya kalau mereka mengikuti arah pandang Damian dan mendapati dirinya. 

Mau menjawab apa dia jika ditanya?

"Gue kok ngerasa Damian lagi melamun, ya?" bisik Angel di sebelah telinga Adinda. 

Melamun? Begitu kah pemikiran orang terhadap sikap Damian saat ini? Bagus kalau memang begitu!

"Hah? Oh, mungkin sih. Bosan kali dia," kata Adinda memberi balasan. 

"Tapi, kok gue ngerasa dia ngelihat ke arah kita? Masa ngeliatin gue?" Pertanyaan lain datang dari Ayara, gadis itu merupakan fans Damian, dia terlalu peka terhadap sikap seseorang. "Atau malah ... ngeliatin Adin?!" pekik Ayara tertahan. 

Adinda melirik Ayara lewat sudut matanya, bisa dirasakannya sahabatnya itu sedang menatapnya lekat-lekat, mencari jawaban kebenaran pertanyaannya sendiri. Menatap Damian dan Adinda bergantian. 

"Tuh kan! Bener deh dia ngeliatin elo, Din. Wah, ada apa ini? Apa Yayang gue itu terpesona sama sahabat gue sendiri? Cinta gue tertolak sebelum diperjuangkan," rengek Ayara dari tempatnya, kesal pada pemikirannya sendiri—yang memang adalah kebenaran. 

"Apa sih? Ngadi-ngadi kamu kalau ngomong," desis Adinda, tidak suka dituduh seperti itu, meskipun yang Ayara katakan tidak salah. 

"Iya-iya, setelah gue liat lagi ternyata dia emang ngeliatin kesini, ngeliat Adin! Tuh tuh, dia senyum-senyum sendiri!" Angel kembali berkomentar, kali ini setuju dengan pemikiran Ayara. 

Rasanya Adinda tidak betah berlama-lama mengikuti kelas ini. Dia mengerang dalam hati, kapan sih kelasnya selesai?!

°°°

"Ternyata benar, memang Adin!" pekik Dedi heboh begitu langkahnya semakin dekat dengan anak dari temannya. "Ini Dam yang saya bilang tadi, anaknya teman gue!" ujarnya pada Damian. 

Pria itu tersenyum simpul menanggapi ucapan Dedi, terlebih saat ini ia berhadapan dengan Adinda dan dua gadis lainnya. Matanya meneliti Adinda dari atas sampai bawah, gadis itu tidak menatapnya, padahal sejak kelas tadi terus-menerus memberi pelototan tajam padanya. Dia ... punya kepribadian ganda ya? 

"Halo, Pak!" sapa Adinda ramah, dia kenal dosen tamu hari ini, salah satu sutradara kondang dan teman Mama. 

"Kok Pak, sih? Biasanya juga manggil Om," dengkus Dedi tidak suka. "Santai aja, Din, kelasnya udah selesai kok!" timpalnya. 

Adinda mengangguk sopan, ia memperkenalkan dua sahabatnya pada Dedi. Angel yang merupakan fans Dedi dan Ayara yang mengidolakan Damian. Dedi mengajak tiga gadis itu ikut bersamanya ke kantin, katanya ingin mencoba makanan di almamaternya itu. 

Mereka jadi pusat perhatian, tentu karena ada Damian di tengah-tengah mereka. Dedi geleng-geleng kepala melihat antusias para gadis menyambut artisnya. Agak menyesal karena eksistensinya tenggelam jika berjalan bersama Damian. 

"Bapak emang sering ajak artis kalau jadi dosen tamu?" tanya Angel penasaran. Sejak tadi ia terus bertanya, kenapa Dedi membawa artis? Padahal itu agak melenceng dari pelajaran yang mereka terima. 

Dedi tertawa sebelum menjawabnya. "Saya tadi niatnya mau menjelaskan bagaimana sikap salah satu artis jika bertemu sutradara dan bagaimana kita akan merespons mereka, tapi karena sepertinya perhatian mahasiswa lebih fokus pada Damian daripada ke saya, maka saya batalkan. Nyesal juga bawa Damian, tapi tidak menghasilkan apa-apa," jelasnya. 

Angel tertawa mendengar penjelasan tersebut. Dia akui bahwa fokusnya memang terpecah saat di kelas tadi. Satu sisi menyimak materi yang Dedi bawakan, sisi yang lain memikirkan alasan kenapa ada Damian di sana. 

"Bang Damian beneran masih sendiri, ya?" Kali ini pertanyaan datang dari Ayara, si fans garis keras Damian. 

Pria itu terkekeh pelan, matanya melirik Adinda yang fokus pada minumannya sebelum berkata. "Sampai tadi malam iya, tapi sekarang sudah tidak. Saya mau menikah, tapi ini rahasia kita aja, ya?" Ia mengedip pada Ayara. 

Sebagai fans yang berharap bahwa artisnya akan menjadi pasangannya—meskipun kecil kemungkinan—merasa patah hati mendengar itu. Ia memastikan sekali lagi jika hal itu hanya bercandaan, tapi Damian kembali menjawab sama. Dia sudah mau menikah. 

"Kok nggak ada bilang ke gue, Dam?" tanya Dedi, agak tersinggung karena tidak diberitahu. 

"Belum resmi, nanti aja kalau udah mau dibawa ke depan umum ya, Om!" 

Dedi kembali geleng-geleng melihat tingkah bocah yang tiga tahun ini banyak terlibat kerja sama dengannya. Penasaran gadis seperti apa yang akan menjadi sial nasibnya karena memilih Damian. 

Satu gadis lain mendadak bisu, ia panas dingin mendengar jawaban Damian. Pria itu ... kenapa bisa percaya diri sekali Adinda mau menerima dirinya menjadi suami? 

Apalagi sekarang pria itu curi-curi pandang ke arahnya. Dia tidak takut ya? Damian itu artis yang sedang naik daun, apakah dengan tersiarnya kabar pernikahannya tidak membuat karirnya meredup?

__________b a t a s  s u c i__________

Catatan Penulis:

'Kadang ada satu orang yang walaupun bertemu berkali-kali tetap bisa menggetarkan hati.'

Halo, kembali lagi dengan Damian-Adinda. Semoga betah dan mau lanjut baca yaa. 

Sampai jumpa di bagian selanjutnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status