Share

Bagian 8

Rendra

Pagi ini aku keluar rumah mendapati rumah Mayang sudah sepi, bahkan mobilnya pun juga sudah tidak ada. Aku yakin kalau dia berangkat sengaja pagi untuk hari ini. Sebenarnya secara terang-terangan aku belum menunjukkan kalau aku suka dengan dia. Aku masih menyimpannya sendiri. Terlalu cepat jika aku mengatakan. Aku akan mengikuti alur yang Mayang pilih, jalur apa yang akan dia tempuh. Apakah dia akan menyadari kalau aku sayang dengan dia cepat atau lambat? Aku hanya ingin membuktikan itu.

Pagi ini aku ingin sarapan tongseng ayam jawa yang deket dengan pasar Bantul, walau jaraknya lumayan jauh dari rumah dan tidak searah denganku ke kantor tapi aku tetap sarapan di sana. Toh saat ini masih pukul tujuh kurang lima belas, masih banyak waktu untuk aku bisa sarapan di sana.

Tongseng ini sangat legendaris yang terletak di pojok selatan pasar Bantul. Menu tongseng ayam dan tempe koro nya yang membuat aku ketagihan makan di sini. Aku memesan tongseng ayam, tempe koro, dan es teh. Menu yang berat untuk sarapan. Biasanya aku hanya sarapan dengan teh dan roti, tapi hari ini ingin makan yang banyak biar tenagaku bisa menghadapi Mayang yang semakin hari semakin cantik.

Perjalanan ke kantor di dalan Bantul utara lampu merah masjid agung ada toko bunga yangs udah buka. Masjid Agung Manunggak Bantul adalah masjid agung kebanggan masyarakat di Kab.Bantul D.I Yogyakarta. Masjid ini memiliki arsitekstur bergaya jawa yang serupa dengan Masjid Agung Demak dengan atap berbentuk Joglo, empat tiang penyangga berlapis kayu jati ukir dan pintu masuk berbentuk gunungan. Aku membeli bunga mawar merah dua tangkai dengan tulisan penyemangat hari ini, agar Mayang selalu semangat setiap harinya. Entah hal gila apa yang membuat aku memberanikan diri untuk memberikannya bunga.

Pukul delapan kurang lima belas menit aku sampai kantor. Saat aku melewati ruang Mayang masih kosong, padahal tasnya sudah ada di sana. Bahkan meja Danu dan Ganis pun juga kosong, aku menaruh bunga yang tadi sudah aku beli. Aku terus berjalan ke pantry. Sayup-sayup aku mendengar percakapan laki-laki dan perempuan. Aku mendengar terkait pernikahan-pernikahan, karena aku penasaran, aku semakin mendekat. Ternyata perbincangan antara Danu dan Mayang. Semakin mendekat ke pantry aku semakin paham arah pembicaraan mereka. Aku jadi tau kalau Mayang ditinggalin pacarnya menikah, kenapa nasib Mayang sungguh malang sekali. Aku jadi paham kenapa Mayang sekarang aku dekatin seperti menghindar. Aku tau kalau dia berusaha melupakan mantannya. Aku juga iri dengan kedekatan dia dengan Danu. Merasa iri saja mereka bisa sedekat itu. Aku kan tetap memantau Mayang jangan sampai dia memiliki pengganti mantannya selain aku.

Siang ini ketika aku keluar ruangan Mayang, Danu, dan Gadis sudah tidak terlihat di meja kerjanya. Ruangan mereka terlihat sepi. Padahal niat awal ingin mengajak Mayang makan siang, tapi karena dia sudah pergi aku harus mencari teman untuk menemani makan siang. Akhirnya aku mengajak Clara sepupuku karena dia jeda kuliah, kebetulan kampusnya juga dekat dengan kantor. Clara mengajak makan di Yamie Panda, sebenarnya aku tidak begitu suka dengan makanan yang  dominan mie, tapi karena Clara memaksa akhirnya aku ikut saja.

Ternyata aku melihat Mayang, Danu, dan Gadis juga makan di sana. Tetapi mereka sudah ingin pulang. Rasa kecewa karena hanya sebentar melihat Mayang. Aku juga menyesal kenapa dengan Clara ke sini nya, pasti Mayang mengira kalau Clara pacarku. Aku sengaja menghampiri meja mereka, karena samping meja mereka masih kosong. Tatapan Mayang sangat beda saat melihatku. Aku langsung duduk sedangkan Clara di depanku.

“Kak, mau pesan apa?”

Untung Clara memanggilku Kakak, coba kalau seperti biasanya memanggil Mas, bisa berabe kan. Pasti Mayang akan salah paham.

“Samakan aja”. Karena aku bingung mau makan apa, aku juga gak terlalu suka makan mie.

“Uangnya Kak, buat bayar.” Tangan Clara di depanku.

“Kamu ya, yang ngajak-ngajak tapi minta dibayarin. Dasar bocil.”

Sepuluh menit kemudian Mayang, Danu, dan Gadis pamit duluan karena jam makan siang juga sudah selesai. Aku masih melanjutkan makan dengan Clara. Gadis ini memang paling dekat dengan aku. Padahal dia punya kakak laki-laki tapi lebih cocok cerita denganku.

“Yang tadi cantik gak Ra?” Aku sengaja tanya ke Clara karena selera dia memang jauh di atas ku.

“Yang mana Kak?”

“Tadi yang di meja sebelah, yang pakai baju warna mocca” Aku menjelaskan ke Clara.

“Ohh yang itu, Kakak suka?”

Bukannya menjawab malah menambah pertanyaan. Aku tidak menjawab pertanyaan Clara karena makanan yang kami pesan sudah datang.

Pukul setengah dua aku kembali ke kantor, Clara kembali ke kampusnya. Aku melewati ruangan Mayang, dia masih fokus dengan pekerjaanya. Aku melihat bunga mawar yang tadi aku letakkan di meja, ternyata sama Mayang diletakkan di vas sebagai hiasan meja. Dalam hatiku tersenyum melihat hal tersebut, walaupun hanya sepele tapi membuat hatiku senang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status