Share

Bagian 2

Malam ini aku selalu teringat kata-kata Danu. Harusnya aku memang sudah bisa melepasnya apalagi seminggu lagi status dia akan berubah. Aku tidak bisa lagi membayangkan dia untuk bisa Kembali lagi bersamaku semua mustahil. Aku sendiri merasa heran kenapa aku susah sekali melupakan dia, bahkan room chat tiga tahun yang lalu pun masih aku simpan. Dengan penuh keyakinan aku membuka room chat dan menghapus semua pesannya. Dengan begitu semua kisah ini benar-benar aku tutup. Aku ingin membuka lembaran baru. Dia bisa mudah melupakanku, seharusnya aku pun begitu.

Sampai pukul dua belas aku tetap belum bisa tidur yang kulakukan hanya membukan media sosial dan merenung. Saat ini aku baru menyesali semua kejadian yang aku ingat selama tiga tahun. Ternyata sia-sia. Tidak ada satu kata pun yang dia kirimkan setelah kalimat yang dia kirimkan.

*****

“Sial… aku telat nih. Udah jam Sembilan kenapa alarm ku gak bunyi. Aku langsung negcek HP ku ternyata batre habis. Aku langsung mandi singkat, make up tipis dan langsung berangkat ke kantor. Duh mana hari ini ada rapat jam setengah Sembilan. Ini sudah jam Sembilan nanti sampe kantor pasti jam setengah sepuluh. Mampus pasti Pak Edi bakalan ngamuk.”

Aku terus ngomel dan memesan ojek online, kelamaan kalau aku harus bawa mobil sendiri. Sambil nunggu ojek online datang di depan kos aku minum susu kotak dan makan roti buat sarapan.

“Dengan mbk Mayang?” Tanya tukang ojol.

“Iya Mas, cepetan ya mas sudah telat ini.” Aku langsung naik dan memakai helm.

“Sabar mbk, ini jalannya macet apalagi alamat yang mbak tuju jam kerja gini pasti macet.”

Aku sadar memang Jalan Tamansiswa di jam kerja pasti macet parah.

Setelah empat puluh lima menit akhirnya aku sampai di kantor, tepatnya pukul sepuluh aku sampai kantor. Aku jalan pelan-pelan dengan harapan tidak ada yang mengehatui kalau aku telat. Mustahil tapi jelas-jelas pagi ini ada rapat tapi aku berangkat telat.

“Loh May, baru datang?” Suara Mbak Sinta, resepsionis menyapaku cukup keras.

“He he he iya mbak, bangun siang tadi.” Aku jawab memelas. Biar dikasihani. Awalnya tapi tu hanya mimpi.

“Mayang, bisa ke ruangan saya sebentar!” Suara Pak Edi terdengar tegas dan menuntut.

“Ba baik Pak.” Jawabku gugup.

Sampai di depan ruang Pak Edi tanganku gemetar Ketika mau memegang gagang pintu. Pelan-pelan aku mengetuk dan mendorong pintu. Pertama melihat ruangan pak Edi kaget, karena pak Edi tidak sendirian di sana. Ada satu laki-laki yang hanya terlihat punggungnya.

“Selamat pagi Pak.” Aku menyapa Pak Edi ramah membungkukkan badan.

“Pagi, May. Silakan duduk.” Pak Edi mempersilakan aku duduk. Saat aku mendudukkan pantat pandanganku langsung tertuju pada laki-laki yang kini ada di depanku. Dia masih asyik dengan ponselnya. Suasana mendadak jadi hening.

“Hemmm, suara deheman Pak Edi membuyarkan lamunanku.”

Pak Edi berjalan di sofa tepat di samping laki-laki yang ada dihadapanku “Mayang, kamu tau kan apa kesalahan kamu?”

Aku tidak bisa berkata bahkan menatap Pak Edi karena ini memang kesalahanku. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Saya tidak akan menghukum kamu, tapi sebelumnya perkenalkan dulu laki-laki yang disamping saya ini yang akan menggantikan saya, karena saya dipindah dibagian ilustrasi jaid untuk bagian editor saat ini dipimpin oleh Pak Rendra.”

Aku manggut-manggut mendengarkan pembicaraan Pak Edi. Ternyata Namanya Rendra batinku.

“Pak Rendra ini putranya Pak Hilmawan, tapi dia bersedia menjadi pemegang bagian editor, jadi saat ini kalau ada apa-apa silakan hubungi Pak Rendra ya, karena mulai hari ini juga saya sudah pindah di lantai dua.” Pak Edi masih menjelaskan siapa laki-laki yang ada di hadapanku. Tapi kali ini tatapan Pak Rendra menajam melihat penampilanku. Perasaan penampilanku baik-baik saja. Tidak ada yang berubah. Baju yang aku pakai juga seperti biasanya, terlihat sopan. Ahh sudah lah lupakan.

“Pak Rendra, ini Mayang coordinator editor di sini, jadi kalau ada sesuatu yang belum paham bisa ditanyakan, saya harus segera pindah ke ruangan yang baru.” Pak Edi langsung berdiri dan pergi.

Setelah kepergian Pak Edi, aku juga berdiri untuk Kembali ke ruangan. Baru saja menaikkan pantat suara bariton Pak Rendra menghentikan “Mau Kemana, di sini dulu saya mau tanya-tanya.”

“Baik Pak.” Ada perasaan gak enak Ketika duduk berdua dengan Pak Rendra, apalagi beliau adalah putra pemilih penerbit ini. Jadi kaku rasanya.

“Kamu tau kesalahan hari ini?” Pak Rendra langsung memberikan pertanyaan yang gak perlu aku jawab seharusnya, karena dia tau kalau aku jelas-jelas terlambat.

“Tau pak.” Aku tidak berani melihat wajahnya. Perasaan takut menyelimuti diriku.

“Besok jangan diulangi, sekarang boleh keluar.”

“Baik Pak.”

Aku langsung keluar dari ruangan Pak Rendra dan Kembali ke ruanganku. Ketika sampai ruangan Gadis dan Danu sudah fokus di depan laptop memegang kerjaan mereka.

Aku sengaja tidak mengganggu mereka karena tidak mungkin aku menceritakan kejadian yang saja aku alami di ruang Pak Randi. Ohh mungkin mereka juga sudah tau kalau Pak Edi sdudah tidak lagi atasan kita.

****

Sore ini aku berjalan ke lobby kantor sendirian karena aku memang pulang agak telar menyelesaikan pekerjaanku yang harusnya selesai sore jadi mundur gara-gara kau telat tadi pagi. Sedangkan Danu dan Gadis sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Saat ini jam menunjukkan pukul lima sore, kantor sudah terlihat sepi karena jam kantor pulang jam empat. Saat aku akan pesan ojek online di halaman kantor tiba-tiba ada mobil yang sangat asing berhenti di depanku.

“Nungguin apa Yang? Yuk masuk saya antar.” Pak Rendra menurunkan kaca mobil. Menawari ku untuk pulang bareng. Ingin nolak tapi gak enak, kalau mau nanti dikira gimana.

“Udah gak usah mikir yuk naik.” Seolah Pak Rendra tau pikiranku. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang bareng beliau.

Jalan Tamansiswa sore ini sangat ramai karena jam pulang kantor. Suasana di dalam mobil juga terasa sepi. Tak ada suara radio atau apapun.

Aku memberanikan diri untuk minta ijin menyalakan radio “Pak, boleh dinyalakan gak radionya?”

Pak Rendra hanya mengangguk sebagai jawaban. Tepat saat aku menyalakan radio terdengar lagi yang sangat viral yang isinya sangat aku suka. Lagu Titi Dj dengan judul Jangan Berhenti Mencintaiku. Aku gak sadar kalau aku ikut menyanyi lagu tersebut.

Jangan berhenti mencintaiku

Meski mentari berhenti bersinar

Jangan berubah sedikit pun

Di dalam cintamu kutemukan bahagia

Jalan mungkin berliku

Takkan lelah bila di sampingmu

Semakin 'ku mengenalmu

Jelas terlihat pintu masa depan

Jangan berhenti mencintaiku

Meski mentari berhenti bersinar

Jangan berubah sedikit pun

Di dalam cintamu kutemukan Bahagia

“Suara kamu bagus.” Tiba-tiba Pak Rendra mengatakan itu.

“Duh maaf pak, berisik banget ya. Saya gak bisa diem kalau dneger lagu itu pak. Enak banget. Asli pak.” Aku sambal senyum malu-malu. Tengsi dong ketahuan nyanyi padahal suaraku kayak kaleng rombeng.

“Gak papa, saya suka.”

Hah? Gimana maksudnya? Suka dalam hal ap aini. Wahh ambigu bener ini kalimat Pak Rendra .

Yogyakarta, 26 Juli 2021

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status