Share

3 : Jared Nakal

Tinggal di rumah besar mewah bak istana terkadang membuat Amy lelah. Dia harus berjalan jauh ke mana pun. Istana Jared memiliki lorong panjang, jalan berbelok serta banyaknya pintu menuju ke ruangan yang bisa saja terhubung ke ruang lain. Butuh waktu satu bulan bagi Amy mengingat denah istana Jared.

Kelewat luas, Amy meminta Jared untuk menyediakan minibar di kamar untuk menyimpan camilan dan minuman jika sewaktu-waktu merasa lapar atau haus tanpa harus turun ke dapur.

Di rumah, Amy tidak hanya tinggal berdua dengan Jared. Ada puluhan asisten. Semua asisten akan diawasi oleh kepala asisten utama, Bibi Carol. Dahulu beliau bekerja di rumah Ayah Jared, sebelum akhirnya Jared meminta Bibi Carol untuk ikut ke rumah ini. Tak jarang Amy dan Bibi Carol sering bertukar cerita. Bibi Carol juga sering menemani Amy yang menunggu Jared pulang. 

"Nona Amy sebaiknya pergilah tidur. Bukan kah Tuan Jared sudah mengatakan jika dia pulang larut malam," ujar Carol kasihan melihat Amy duduk menahan kantuknya di sofa.

"Ah, aku heran pada diriku, Bi. Kenapa mataku tidak pernah bersahabat jika menunggu Jared hingga pulang larut malam."

"Bukankah itu sesuai perintah tuan Jared."

"Ah, Bibi bener. Baiklah, aku akan pergi tidur. Jika Bibi mengantuk tidurlah, tak usah menunggu Jared. Jangan takut, bibi tidak akan ditegur olehnya."

"Saya sudah terbiasa."

"Ya sudah. Aku ke kamar ya, Bi. Selamat malam," pamit Amy bangkit dari sofa dan perlahan menaiki anak tangga, berlalu meninggalkan Carol.

***

Pukul 01.15 dini hari Jared tiba di rumah masih dengan setelan kantoran saat dia meninggalkan rumah kemarin pagi. Hanya saja jasnya dan dua kancing bagian atas kemeja telah dibuka. Jared yang hendak akan naik ke atas bertemu dengan Carol di ruang tengah.

"Malam Tuan. Apa Tuan ingin saya siapkan makan atau minum teh?" tanya Carol menyambut Jared

"No, thanks Carol. Aku langsung istirahat saja. Kau juga sebaiknya istirahat."

"Baik Tuan."

Jared langsung menaiki anak tangga menuju kamar. Sesampainya di kamar, dia mendapati Amy sudah tertidur pulas. Jared meletakkan tas kerjanya di sofa lalu bergerak mendekat ke arah Amy untuk menyelimuti wanitanya. Lanjut menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.

Selesai urusan di kamar mandi Jared bergabung ke atas tempat tidur bersama Amy dan memeluk tubuh mungil wanitanya. Pergerakan Jared membangunkan Amy dari alam bawah sadarnya.

Dengan mata sayup-sayup Amy menatap Jared yang memeluknya.

"Kau baru pulang?"

"Iya," jawab Jared.

"Kau sudah makan?"

"Belum."

Amy langsung mendorong tubuh Jared dan menatapnya tidak suka. Sungguh Amy kesal dengan kebiasaan Jared suka melewatkan waktu makannya.

"Apa? Jangan menatapku seperti itu."

"Apa setiap saat aku harus menelponmu untuk mengingatkanmu makan? atau mungkin lebih baik setiap hari aku mengantarkan makanan langsung ke kantormu?" tanya Amy ketus, malah membuat Jared mendengus sambil tersenyum dan kembali memeluk Amy

"Yang mana pun aku tetap suka selama Amy-ku yang melakukannya."

"Jared aku bicara serius."

"Aku juga serius honey."

Amy kembali mendorong dada Jared. "Ayo, kutemani kau makan."

"Aku lebih tertarik memakanmu sekarang. Bagaimana?" goda Jared dengan menaik turunkan kedua alisnya.

"Tidak mau," bantah Amy cepat

"Ayolah, lagi pula sebentar lagi kita akan menikah. Aku tidak mungkin tidak bertanggung jawab," ujar Jared. Tiga bulan belakangan ini Jared dan Amy memang telah melakukan hubungan seksual. Hanya saja saat bermain Jared selalu memakai pengaman. Sedangkan di awal-awal mereka berpacaran Jared sepakat untuk tidak menyentuh Amy. Jared benar-benar menjaga Amy dengan baik dan tulus.

"Bukan soal itu Jared. Kau seharian bekerja, pulang larut malam, lalu kau juga melewatkan jam makanmu. Apa kau masih punya tenaga?"

Mata Jared seketika terbelalak. "Honey, kau meragukan kekuatanku?" pekik Jared tidak terima merasa harga dirinya dilecehkan. "Ayolah, bahkan jika kita melakukannya sampai pagi nanti aku sungguh sanggup."

"Jangan gila, Jared. Sudah tidurlah. Besok kau harus kembali bekerja." Akhir kalimat Amy mengecup bibir calon suaminya sekilas. Kemudian membenarkan kembali posisi selimutnya.

"Honey, jadi tidur nih? Mainnya gak jadi? Sebentar aja," pinta Jared memelas tanpa dilihat Amy.

"Jared tidur."

"Tapi aku butuh men-charge tenagaku."

"Honey. Honey," panggil Jared berulang, namun tetap diabaikan Amy. Pria dewasa itu berdecak, lalu bergumam, "lihat saja nanti."

***

Amy dibuat heran oleh Jared pagi ini. Pasalnya sudah jam tujuh pagi namun Jared masih santai memakai piyamanya sambil menyesap kopi di depan tv. Tentu membuat Amy tanda tanya. Setau Amy, calon suaminya ini adalah tipe workholic. Bahkan waktu weekend dipakai untuk kerja lembur.

"Kau hari ini ke kantor agak siangan?" tanya Amy 

"Tidak," balas Jared.

"Apa kau ada meeting di rumah?" 

"Tidak."

Kesal dengan jawaban yang serba tidak dari Jared. Amy pun menghela napasnya kasar. Ingin rasanya dia memukul tubuh keras Jared.

"Lalu? Kenapa kau tidak berangkat Jared?" tanya Amy mulai bernada emosi.

Jared bangkit dari posisi duduknya, lalu pria itu mendekat ke arah Amy. Jared sedikit mencondongkan tubuhnya. Menyisakan jarak beberapa jengkal pria itu berbisik tepat di telinga Amy. "Aku mau menagih tadi malam yang sempat tertunda," bisik Jared disertai seringai

Mendengar kalimat tersebut otomatis membuat mata Amy melotot. "Apa? Kau gi--."

Belum sempat wanita itu menyelesaikan kalimatnya, Jared bergerak lebih cepat mengangkat tubuh kurus Amy. Dia membopong Amy kembali ke kamar.

"Hei, turunkan aku Latrivis! Hei! Jared kau harus bekerja. Shit!" upat Amy kesal sambil memukul punggung keras Jared.

Para asisten rumah yang melihat kejadian tadi hanya tersenyum geli melihat kelakuan dua pasangan itu. Mereka tau calon nyonya muda mereka bukanlah tipe wanita pembangkak dan keras. Amy hanya bersifat keras jika pada kondisi tertentu. 

"Carol, jika ada yang datang bilang aku tidak ada. Jangan ganggu aku saat bersenang-senang," teriak Jared masih berjalan menaiki tangga sambil membopong Amy layaknya karung.

"Baik tuan," jawab Carol dari bawah tangga.

Jika sudah begini. Maka tidak ada satu pun asisten diizinkan untuk naik ke lantai dua. Para asisten hanya akan menunggu hingga tuan dan calon nyonya turun.

Sampai di kamar yang luasnya hampir sama dengan ukuran lapangan basket, Jared menjatuhkan tubuh kecil calon istrinya dengan pelan ke atas tempat tidur king size. Bukannya langsung menyingkir dari atas Amy, Jared betah memposisikan tubuhnya berada di atas Amy. Namun tidak menekan tubuh Amy. Kedua tangan Jared dia jadikan sebagai penyangga tubuhnya. 

"Jared! Ini tidak lucu."

"Memang tidak lucu. Tapi akan menyenangkan. Karena kita akan bersenang-senang."

"Jared!" pekik Amy cukup kuat.

Jared meletakkan satu jarinya di bibir Amy. "Shhh, tidak baik berteriak seperti itu pada calon suami," goda Jared. Tidak lupa senyum seringai khasnya.

"Ini akibatnya jika kau mengabaikanku."

"Iya iya. Aku minta maaf. Tapi ... bukan kah aku benar? Kau lelah seharian bekerja. Bagai--." Belum sempat menyelesaikan ucapannya. Bibir Jared sudah lebih duluan mengecap bibir manis Amy. 

Amy kaget akibat ciuman spontan Jared. Awalnya dia membiarkan kedua matanya terbuka. Menahan dada Jared agar mundur. Namun Jared malah memperdalam ciumannya. Detik demi detik Amy pun membalas pergerakan lumatan lembut Jared. Tidak hanya bibir, permainan tangan Jared yang lihai menemukan titik sensitif selalu ikut serta disetiap inci tubuh Amy. Keduanya mulai terbawa suasana hangat akan dekapan dan manisnya ciuman dua insan manusia yang saling mencinta.

Jika sudah begini jangan harap hanya dua atau tiga jam. Karena Jared adalah seorang pria yang sangat tergila-gila pada tubuh dan ciuman seorang Amy Savares.

  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status