Share

4 : Ranjang panas

Kemampuan dan keahlian Jared saat bercinta tidak perlu diragukan lagi. Dia telah melakukan penelitian dan peraktek langsung di masa lalu dengan banyak wanita di club. Hal tersebut membuatnya menjadi ahli dalam segala hal aktivitas ranjang entah itu ciuman, sentuhan, mencapai kenikmatan dan banyak hal lainnya. 

Amy mengetahui masa lalu Jared. Namun dia sama sekali tidak keberatan. Dia menerima Jared yang dulu. Menurut Amy, dia dan Jared tidak perlu mengingat masa lalu. Saat ini mereka hanya perlu memikirkan masa depan.

Setelah mengakhiri kegiatan ranjang panas. Jared dan Amy masih bersembunyi di balik selimut tebal. Keduanya berpelukan sambil bertukar pandang. Biasanya  seusai menuntaskan urusan hasrat mereka sejenak melakukan pillowtalk.   

"Jared," panggil Amy lembut.

"hmm." 

"Ini pertama kalinya kau melakukannya tanpa pengaman," kata Amy yang sembunyi di bidang dada Jared. Sesungguhnya masih ada sedikit rasa takut dalam diri Amy setelah mereka melakukannya tanpa alat pengaman.

Sebelum menjawab, Jared lebih dulu mengangkat dagu Amy agar dia bisa melihat dengan jelas wajah Amy. "Apa kau tidak ingin punya anak dariku?" tanya Jared to the point

"Bukan begitu. Hanya saja ...." ada jeda sesaat sebelum Amy melanjutkan kalimatnya, "aku takut kau meninggalkanku. Hal seperti itu biasanya sering terjadi di novel atau film-film."

Bukannya menanggapi serius. Justru Jared tertawa lepas setelah mendengar penjelasan Amy. Hal itu tentu membuat Amy kesal.

"Jared! Ini tidak lucu," pekik Amy sambil mendorong tubuh Jared agar menjauh darinya karena kesal.

Jared menyudahi tawanya, lalu menjawab, "maaf maaf, tapi yang ini lucu honey. Sepertinya kau terlalu banyak menonton film dan novel sampai terbawa suasana. Astaga," jawab Jared kembali mengeratkan pelukannya pada Amy. Dia menyembunyikan kepala Amy di dada agar bisa menciumi puncak kepala wanitanya. 

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Cinta kita sudah direstui oleh kedua orang tuaku dan juga kakek. Aku sangat mencintaimu. Tidak ada alasanku untuk pergi dari sisimu," ucap Jared tulus.

"Sungguh?" tanya Amy balik sambil menengadahkan kepalnya agar dia bisa melihat Jared. Apakah pria itu berkata serius atau berbohong.

"Sungguh. Kau juga sungguh mencintaiku kan?" 

Amy mengangguk semangat. "I love you ever after Jared," ungkap Amy dengan senyum terpatri.

"I love you ever after Amy."

Setelah pernyataan cinta satu sama lain, Jared kembali mendaratkan bibirnya bertemu dengan bibir Amy. Suara decapan sensual kembali terdengar di kamar. Berhubung tubuh wanitanya masih polos kesempatan tersebut tentu tidak disia-siakan oleh Jared. Jari-jari panjangnya dengan teratur dan terampil kembali menyusuri setiap inci tubuh Amy. Jared mengelus dan sesekali menekan bagian sensitif tubuh Amy. Sungguh Jared sangat menyukai ketika melihat wanita yang berada di bawah kungkungannya menikmati permainan jari-jarinya. 

Jared yang mengetahui Amy butuh oksigen sejenak melepaskan tautan bibir. Saat Amy mengambil napas. Jared berbisik, "honey, sepertinya kita harus melakukan beberapa ronde lagi."

Amy tersenyum dan mengangguk. "Tapi lakukan dengan pelan."

Seketika senyum Jared semakin merekah.

***

Sore harinya, Jared turun sendiri menuju dapur. Meninggalkan Amy sendiri di kamar yang masih terbaring lemah akibat ulah Jared.

"Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu asisten

"Tolong bilang pada Carol buatkan sup untuk Amy. Setelah itu antar ke kamar," suruh Jared.

"Baik tuan. Ada lagi tuan?"

"Tidak. Aku akan buat sandwich-ku sendiri."

"Baik tuan. Saya permisi."

Selepas asisten pergi, Jared membuat sandwichnya sendiri di dapur. Dia perlu mengisi amunisi yang telah terpakai saat bercinta dengan Amy. Jared menikmati sandwichnya sambil tersenyum tipis-tipis. Hal itu tentu disadari oleh Edwardo, orang kepercayaan Jared, pria yang berusia di penghujung empat puluh tahunan itu menghampiri Jared dan duduk di sampingnya.

"Sepertinya mood-mu bagus," ucap Ed. Karena masih sibuk menguyah, Jared hanya mengangguk sebagai jawaban iya. Dua pria beda generasi berbicara layaknya teman dan orang tua di luar jam kerja. Jared tidak ingin bersikap sebagai atasan Ed setiap waktu. Dia juga manusia biasa. Sosok anak yang membutuhkan kritik dan saran dari orang tua.

"Kau tau, ayahmu juga pernah melakukan hal seperti ini. Bukannya ke kantor malah bercinta. Kau benar-benar mirip dengan ayahmu."

Jared telah menyelesaikan suapan terakhirnya. Lalu menjawab,"tentu saja. Aku kan putranya," jawab Jared, lanjutnya menenggak habis segelas air. "Ahh...segar."

"Oh iya, apa segala kebutuhan honeymoon aku dan Amy telah selesai?"

"Semuanya sudah beres."

"Baguslah," jawab Jared. "Pantas saja ayahku menyukaimu, Ed. Kau selalu totalitas segala hal," tambahnya.

"Terima kasih."

Beberapa saat Jared dan Ed terdiam. Sebelum akhirnya Edwardo mulai buka suara. "Aku sangat tidak menyangka kau akan menikah," ucap Ed santai.

"Bahkan aku masih ingat betul saat ayahmu marah-marah karena ulahmu yang sering main di club bersama para wanita. Jared yang dulu kukenal telah berubah ke arah yang lebih baik. Aku senang," tutur Edwardo.

Jared mendengus mendengar ungkapan hati Edwardo. "Aku juga tidak percaya pada diriku yang sekarang, Ed. Kehadiran Amy di hidupkan seperti membawa energi positif. Meski Amy seorang anak yang tumbuh tanpa kedua orang tua, hanya didikan seorang abang dia mampu menjadi gadis yang sopan dan pekerja keras. Sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama Amy dan abangnya, Keenan, harus berjuang keras. Jika hal itu terjadi padaku mungkin saja aku tidak sanggup."

"Kupikir kalian imbang. Satu sama," kata Ed membuat Jared mengernyit. Tanda dia bingung.

"Amy sejak kecil harus berjuang hidup agar bisa sekolah hingga kuliah, sekarang dia mendapatkan pria tampan dan kaya raya. Dia tidak perlu lagi bekerja keras. Karena kau memiliki segalanya. Sedangkan perjuanganmu meninggalkan gemerlap dunia malam, berhasil membawamu bertemu wanita baik seperti Amy," jelas Ed panjang.

Kini dia paham maksud kalimat Ed.

"Kau benar, Ed. Kami imbang. Semua ini berkat kakek juga. Jika dia tidak memberikan peringatan padaku saat itu. Mungkin aku akan menyesal."

"Tidak ada orang tua yang ingin memberikan jalan sesat ke seorang anak."

"Aku sangat bersyukur saat Amy tidak pernah membahas masa laluku. Dia menerimaku sebagai Jared yang sekarang, bukan Jared dari masa lalu. Sungguh, aku sangat sangat mencintai Amy," ungkap Jared tulus. Ed dapat melihat jelas tatapan Jared dengan penuh rasa keyakinan, tanpa ada sedikitpun rasa kebohongan. Terpancar jelas dari sorot mata Jared.

"Aku tau itu."

Jared merubah posisi duduk yang awalnya lurus menghadap dapur, kini menghadap Edwardo. "Berjanjilah padaku, Ed," ucap Jared memberikan tatapan penuh harapan, "setelah aku menikah nanti kau harus memaksimalkan penjagaan pada Amy. Aku tidak ingin dia kenapa-kenapa. Kau tau kan bagaiman mengerikannya perang dunia bisnis. Mereka bisa sengaja menjebak untuk mencoreng nama keluarga Latrivis dan ATT corp. Aku tidak mau semua hal itu terjadi," ungkap Jared panjang.

"Aku janji Tuan."

Jared berdecak kesal. "Jangan panggil aku Tuan. Kita sedang di rumah."

"Tapi kita sedang membicarakan keamanan nama perusahaan," jawab Edwardo.

"Ah, kau benar juga. Tapi ...ah, sudahlah. Intinya kau harus ingat apa yang kukatakan barusan."

Layaknya anak sedang bercengkerama dengan orang tuanya tertawa sambil minum bersama di mini bar. Mereka melanjutkan pembicaraan topik lain. Tidak lama kemudian bibi Carol muncul dari balik pintu dapur sembari membawa baki berisi dua mangkuk berisi sup sesuai permintaan Jared.

Jared yang melihat bibi Carol otomatis berdiri dan mengambil alih baki tersebut. "Biar aku saja. Terima kasih, Car."

"Sama-sama Tuan."

"Oh iya, Ed, jika kau ingin supnya mintalah pada Carol. Aku naik dulu."

"Kudoakan benih yang kau tanam segera tumbuh di dalam tubuh Amy," teriak Ed.

"Terima kasih. Kuharap kau juga Carol tidak lupa mendoakannya," balas Jared ikut berteriak yang kini telah menaiki anak tangga menuju kamar.

"Tentu Tuan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status