Share

7 : Jared Kenapa?

Di salah satu bangku kafe perusahaan, Amy ditemani Dylan tampak asik mengobrol sambil menikmati camilan yang dipesan sebelumnya. Amy tidak menyangka Dylan tipe orang lumayan easy going. Padahal selama ini Amy lebih sering melihat sosok Dylan yang pendiam, kalem, tapi sekalinya bicara tajam. Terutama saat bicara dengan Nicholas, raut wajah Dylan seperti ingin membunuh Nicholas.

"Aku heran kenapa kau dan Nic sering terlihat tidak akur," tanya Amy penasaran.

"Aku tidak begitu suka dengan orang banyak omong kosong seperti Nic. Dia seperti tidak menjaga citranya sebagai salah satu atasan di ATT corp," jelas Dylan, kemudian memasukkan kukis coklat ke dalam mulutnya.

"Ya, kau benar," jawab Amy terkekeh pelan. "Jared juga sering bilang begitu. Terkadang Jared jengah melihat tingkah sahabatnya satu itu," lanjutnya.

"Oh iya, kudengar kalian akan melangsungkan pesta pernikahan di sini. Apa benar?" 

"Ya, itu benar. Lagi pula gedung perusahaan tempat kalian bekerja ini memiliki ball room besar. Kenapa harus repot mencari lagi? Betul tidak?" tanya Amy pada pria di hadapannya.

"Kau benar. Jared sangat beruntung bisa menikah dengan wanita yang tidak gila harta sepertimu. Asal kau tau, dulu sahabatku itu sangat bodoh hingga dia ditipu para wanita yang haus akan kemewahan. Mereka hampir setiap saat menuntut ini itu pada Jared," ucap Dylan, mengingat masa lalu Jared. 

Amy kembali terkekeh. "Aku tau."  

Di tengah-tengah suasana tawa renyahnya, tiba-tiba Edwardo muncul dengan wajah sedikit tegang. 

"Nona."

"Oh, Ed kau sudah di sini? Apa Jared sudah kembali?" tanya Amy kebingungan yang sudah melihat Edwardo

"Iya Nona. Tuan meminta anda untuk menemuinya," jawab Edwardo lembut, layaknya seorang bawahan yang sedang berbicara dengan atasan.

"Yah, sayang sekali. Padahal aku baru saja ngobrol dengan Dylan," ucap Amy dengan bibir mengerucut. "Bukannya kau katakan akan kembali jam satu?" 

"Kami kembali lebih awal Nona. Sebaiknya Nona segera ke ruang Tuan. Suasana hatinya sedang tidak baik," jelas Edwardo masih berdiri di antara Amy dan Dylan. 

Amy mengernyit.

Di lain sisi, Dylan menyuruh Amy untuk segera pergi. 

"Pergilah. Tugasmu sekarang menjinakkan singa," canda Dylan. "Aku bertemu Jared nanti saja," lanjutnya

"Baiklah. Aku duluan. Terima kasih atas waktumu Dylan. See you. Thanks Ed." 

Kedua pria itu menatap punggung Amy yang semakin menjauh. "Kenapa wajahmu, Ed?" tanya Dylan yang sudah berdiri di samping Edwardo dengan nada berbisik.

"Di kantor cabang terjadi keributan dan sebelum ke sini Tuan Jared mengamuk karena melihat dua botol minuman di atas mejanya. Apa itu ulah kau?" 

"Bukan ulahku. Tapi Amy yang menawarkanku minum. Ya sudah, aku balik ke ruangan dulu." Dylan tersenyum di akhir kalimatnya dan beranjak dari hadapan Edwardo.

"Dasar anak muda."

***

Ketika di perjalanan menuju ruang Jared, Amy berpapasan dengan beberapa karyawan ATT corp. Mereka menyapa Amy ramah, tentu Amy membalas dengan senyum sapa begitu menawan.Bahkan dia juga sering mendengar pujian dari karyawan wanita di sini akan kecantikan wajah Amy.

Amy hampir sampai di ruangan Jared.Sebelum masuk, Amy perlu memastikan pada satu karyawan yang duduk apakah ada tamu di ruang Jared. Karyawan tersebut juga mengatakan bahwa bos mereka tidak ingin diganggu dan segala jadwalnya mulai siang ini telah ditunda. Sepertinya Jared sedang memiliki masalah serius, pikir Amy sendiri.

Amy pun berjalan di lorong sepanjang sepuluh meter dengan sisi kanan kiri dinding dihiasi wallpaper bermotif klasik berwarna lembut. Tiba di depan pintu ruang Jared, Amy mengetuk pintu tersebut sebanyak dua kali, lalu menekan kenop pintu bewarna emas. Pintu belum terbuka sepenuhnya, hitungan per-sekian detik, Amy langsung dikejutkan oleh satu genggaman Jared di pergelangan tangannya dan tangan satunya Amy yakini digunakan menutup pintu. 

Tanpa basa-basi, tanpa aba-aba, seperti orang kesetanan, Jared mendaratkan bibirnya bertemu bibir Amy. Tidak lupa pria dengan kemeja hitam itu menekan leher bagian belakang Amy kuat agar ciuman itu tidak terlepas. Ciuman siang itu terkesan Jared sangat menuntut. Amy yang merasa kaget dan sesak memukul dan medorong tubuh Jared. Namun nihil, Jared malah semakin menciumnya dalam. Akhirnya, Amy mengeluarkan jurus andalannya, yaitu mencubit bagian pinggang pria itu dan dia pun mengaduh kuat.

"Aw! Astaga. Honey, cubitanmu pedih sekali," rengek Jared kesakitan dengan wajah mesemnya.

"Siapa suruh menciumku tiba-tiba. Itu akibatnya. Lagi pula kau ini kenapa sih?" tanya Amy kesal, setelah berhasil terlepas dari Jared.

"Maaf. Suasana hatiku sedang buruk. Karena itu aku butuh penyemangat, yaitu kau," Jared mengaku

"Aku tahu. Tapi jangan seperti tadi. Aku bisa mati kehabisan napas Tuan Latrivis."

Amy bukan seperti wanita diluar sana yang senang dicium sang kekasih secara tiba-tiba. Dengan menunjukkan wajah kesal sambil melipat kedua tangan di depan dada, Amy masih memberikan tatapan tidak suka pada Jared.

"Jangan menatapku seperti itu. Seram," ungkap Jared masih berdiri berhadapan dengan Amy.

Amy menghela napas berat, lalu menetralkan kembali air wajahnya. "Apa kau sudah makan?" tanya Amy.

Jared menggeleng diam.

"Kita pulang saja ya. Sepertinya kau butuh istirahat," saran Amy.

Lagi-lagi Jared hanya diam dan mengangguk.

"Kau ingin makan apa? Biar sekalian mampir beli sebelum ke rumah," tanya Amy

"Aku ingin makanan yang kau buat," lirih Jared yang kini sudah menatap kedua mata indah Amy. Mendengar kalimat tersebut membuat Amy tersenyum geli menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Baiklah. Ayo kita pulang," ajak Amy.

Melihat kondisi Jared sekarang rasanya bukan waktu yang tepat untuk bicara. Amy takut semakin memperkeruh suasana hati dan pikiran Jared.  

Selama perjalanan pulang Jared hanya diam. Namun satu tangannya tetap menggenggam tangan Amy di bangku belakang. Sedangkan pandangannya menatap ke arah luar jendela. Memandangi jalan kota yang ramai kendaraan. 

Tiba di rumah, Amy dan Jared langsung mengganti pakaian rumah. Ketika Amy hendak turun ke dapur, dia meminta pada Jared untuk istirahat di kamar selagi dia menyiapkan makanan. Awalnya Jared mengiyakan. Tapi lima belas menit kemudian Jared sudah turun.

"Kenapa turun? Makanannya belum selesai," kata Amy terlihat masih repot mengaduk sesuatu di dalam panci. 

"Aku bosan, tidak ada yang bisa kupeluk." 

Amy kembali terkekeh mendengar jawaban Jared.

"Jangan seperti anak kecil. Kau manja sekali."

"Pikiranku sedang kacau honey. Alangkah lebih baik jika aku melihatmu di sini dari pada terbaring menatap langit-langit kamar."

"Terserahmu saja. Tunggu sebentar lagi ya, makanannya hampir siap."

"Santai saja. Setiap makanan yang kau buat pasti tidak akan pernah aku lewatkan," ucap Jared dengan senyum tipis dari kursi meja makan.

Sepuluh menit kemudian, makanan telah tersaji di atas meja. Keduanya menikmati menu makan siang sederhana dengan bahan dasar salmon. Amy senang setiap melihat Jared yang selalu ekspresif setiap menyantap masakannya. Mungkin orang lain menganggap hal itu biasa aja. Tapi bagi Amy ibarat suatu penghargaan.  

Selesai makan dan membereskan piring kotor, Amy menyusul Jared ke kamar namun tidak menemukan Jared di sana. Melihat pintu ruang kerja Jared terbuka dia inisiatif untuk melihat ke sana. Dan benar, Jared dalam posisi tertidur di sofa panjang dengan satu lengannya di letakkan di atas kening sambil memejamkan mata. 

Amy menghampiri Jared dengan langkah sepelan mungkin agar Jared tidak menyadarinya. Sayang, Jared lebih dulu sadar kehadirannya.

"Tidak usah mengendap-endap. Seperti maling saja," kata Jared, saat kondisi mata terpejam.

Amy tersentak. "Bagaimana kau tahu?"

"Aroma salmon menempel di bajumu," cela Jared

Amy berdecak membuat Jared bangkit dari posisinya sambil tersenyum tipis dan berkata, "becanda."

"Sedang banyak masalah masih sempat becanda. Dasar!" gerutu Amy. 

Ada jeda diantara keduanya, hingga Jared meraih kedua tangan Amy, menggenggam erat dan mengelus punggung tangan putih mulus milik sang pujaan hati membuat hati Amy seketika melunak. 

"Apa masalah perusahaan sedang serius?" tanya Amy lembut berdiri di hadapan Jared. "Jika iya aku tidak keberatan pernikahan kita diundur," lanjutnya

Jujur, dalam hati Amy sama sekali tidak keberatan jika hal itu terjadi. 

Perkataan Amy sontak membuat tatapan Jared yang awalnya menunduk kini tepat ke arah dua bola mata indah Amy. "Tidak tidak. Itu tidak akan terjadi honey. Aku sangat menantikan hari pernikahan kita," kata Jared menolak mentah-mentah. "Aku minta maaf membuatmu kesal saat di kantor. Aku benar-benar stres. Di saat hari pernikahan kita semakin dekat justru perusahaan mendapat masalah. Tapi aku janji akan segera menyelesaikannya sebelum pernikahan kita. Supaya acara bulan madu kita tidak terganggu," lanjutnya 

"Jared, jujur aku sama sekali tidak keberatan jika harus memundurkan kembali tanggal pernikahan kita. Aku tidak ingin menjadi penghancur perusahaan Latrivis."

"Apa maksudmu penghancur? Jangan bicara aneh Amy. Aku tidak suka!" Jared langsung berdiri dari duduknya. 

"Maafkan aku tidak bisa membantu apa-apa, aku tidak paham tentang perusahaan. Aku hanya tidak ingin pikiranmu terpecah menjelang hari pernikahan kita. Aku ingin di hari pernikahan nanti kau sama sekali tidak memikirkan pekerjaan. Hanya beberapa hari saja. Setelah itu, aku  tidak keberatan. Karena itu aku katakan padamu, aku tidak keberatan jika per-,"

Belum sempat Amy menyelesaikan kalimatnya, Jared lebih dulu mencium bibir merah muda Amy.

"Aku pastikan pernikahan kita tetap berlangsung. Aku janji. Jangan katakan hal yang tidak-tidak lagi. Aku tidak suka Nona Savares."

Amy pun mengangguk pasrah. Jared tersenyum dan dia kembali mengecup bibir Amy, "I love you."   

s.khalishah

Terima kasih telah mampir ke cerita ini. Maaf ya jika tulisanku masih banyak kekurangan. Aku juga masih belajar untuk memperbaiki tulisanku. Jangan lupa dukung cerita ini .

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status