Share

2 : Tuan Ceo

Meski hari pernikahan sudah dekat bukan berarti Jared bisa meninggalkan pekerjaan sebagai pemimpin ATT corp. Senin sampai sabtu dari pagi hingga malam Jared lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor. Jared mempunyai peran dan tanggungjawab besar demi kemajuan perusahaan.

Kesuksesan ATT corp tidak sepenuhnya dia peroleh sendiri. Tentu berkat bantuan seluruh staff yang bekerja di perusahaan. Edwardo atau biasa disapa Ed adalah tangan kanan sekaligus orang kepercayaan di keluarga Latrivis. Mengingat Ed sudah bekerja di ATT corp sejak ayah Jared memimpin hingga pensiun. Setiap minggu Jared selalu memperoleh informasi-informasi terbaru terkait perkembangan industri teknologi di seluruh dunia dari Ed. 

Jared seorang pemimpin tegas, disiplin dan teliti. Tidak heran hampir semua staff di perusahaan merasa segan dan takut pada Jared. Kata 'terlambat' sangat anti bagi seluruh staff. Jangan pernah bermain-main dengan Jared karena dia selalu konsisten pada ucapannya.   

"Baiklah, terima kasih atas kerja keras kalian semua. Ed, kirimkan padaku hasilnya dua jam lagi. Kalau begitu aku tutup meeting siang ini. Selamat menikmati jam makan siang kalian." Jared mengakhiri pertemuan dengan beberapa kepala divisi perusahaan.

Setelah semua orang keluar dari ruang pertemuan. Jared tetap tinggal di kursi kebesarannya. Sejenak dia merenggangkan otot-otot yang tegang akibat duduk hampir 2 jam.

Dia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya telah menunjukkan pukul satu siang lewat tujuh belas menit. Jared meraih ponselnya, menekan tombol satu pada layar touchscreen ponselnya untuk panggilan cepat Amy. Baru dua nada panggilan, Amy langsung menjawab panggilannya.

"Ya tuan Jared," jawab Amy lembut membuat Jared tergelak.

"Di mana posisi anda saat ini nyonya?"

"Jangan panggil aku seperti itu. Aku hanya seorang guru. Bukan pemimpin sepertimu."

"Tapi kau memimpin murid-muridmu di kelas. Itu artinya kau juga seorang pemimpin." Penjelasan Jared berhasil membuat keduanya tertawa.

Sejak Jared menjalin hubungan dengan Amy, dia menyadari satu hal, ternyata dia memiliki sedikit sifat humoris. 

"Aku baru saja selesai dari toko bunga. Ibumu memintaku untuk menambahkan vas bunga di setiap meja bundar para tamu dan Ibumu meminta agar menukar aroma lilin yang akan kita pakai nanti. Tidak masalah bukan?" 

Jared menggeleng meski tidak bisa dilihat oleh Amy. Karena mereka melakukan pangiian telepon biasa. "Aku serahkan semua padamu. Apa pun yang kau suka pasti aku akan menyukainya, karena segala tentangmu pasti aku suka." 

Kalimat Jared berhasil membuat pipi Amy merona. Hingga membuat Amy menggulum bibirnya. 

"Halo Amy, apa kau terdiam karena baru saja pipimu bersemi seperti tomat ?" tanya Jared bersamaan suara gelak tawa. "Kuharap aku bisa melihat wajahmu secara langsung karena aku sangat ingin mencium pipi merahmu itu." Jared kembali menggoda.

"Jared!"

Pria itu kembali tertawa pelan sebelum bertanya, "apa kau sudah makan siang?"

"Sudah. Sebelum ke toko bunga aku makan siang bersama Ibu. Namun setelah selesai dari toko bunga beliau langsung pulang. Katanya ada acara lagi. Bagaimana denganmu ? Apa kau sudah makan siang ?"

"Belum."

"Sebaiknya kau makan dulu. Kau setiap hari bekerja keras, kau tidak boleh melewatkan jam makanmu. Ingat, pernikahan kita sebentar lagi. Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa Jared Latrivis. Kenapa kau sangat susah disuruh makan?" ucap Amy penuh penekanan.

Terkadang Amy heran pada calon suaminya, bukankah orang seperti Jared harus menyimpan banyak energi untuk berpikir keras tentang dunia bisnis. Justru kebalikannya, Jared sering melewatkan jam makannya hanya demi menatap layar laptop atau tablet. Bagaimana bisa dia berpikir tentang perusahaan saat cacing di perut sudah melakukan aksi paduan suara.  

"Baiklah. Aku akan makan siang. Kabari aku jika kau sudah sampai rumah." 

"Oke. I love you."

"Love you. Aku tutup ya," ucap Jared.

Mendengar suara sang pujaan hati sukses mengurangi sedikit rasa lelah Jared. Pikiran yang awalnya kalut kembali rileks. Jared sangat bersyukur dengan kehadiran Amy di hidupnya sekarang dia lebih memiliki energi positif dan pastinya lebih terarah.

Jared kembali ke ruang kerjanya dengan wajah berseri. Baru saja dia duduk dan hendak menyesap minuman berkarbonasi favoritnya tiba-tiba pintu ruangan terbuka tanpa izinnya, memunculkan dua sosok pria seumuran berjalan santai memasuki ruangan.

"Hei bro, bagaimana kabarmu?" seorang pria dengan setelan safari putih merangkul bahu Jared. Dia adalah Nicholas. Sahabat Jared sejak di bangku kuliah.

"Aku baik. Bagaimana liburanmu, Nic?"

"Sangat sangat memuaskan. Terima kasih, bro. Berkat kau aku bisa menemukan wanita saat liburan. Kau tau tubuh gadis yang aku temui di sana sangat seksi, bro. Bagian depan dan belakang tubuhnya sungguh ekh... aku sulit mendeskripsikannya, bro, " ujar Nic antusias dengan gestur senonoh.

"Ya ya ya, Kuharap kau berjodoh dengan wanita itu," ceplos Jared to the point

"Sayangnya aku masih ingin bersenang-senang dengan banyak wanita. Aku belum siap untuk pensiun dari dunia yang sangat menyenangkan ini," ungkap Nic masih berdiri di samping Jared. 

"Lagi pula, aku masih punya teman untuk diajak bersenang-senang di club, yakan, Dylan?" lanjut Nic bertanya pada Dylan, pria yang duduk di hadapan Jared.

"Kurasa iya," jawabnya singkat.

Jared, Nic dan Dylan adalah tiga pria dewasa yang sudah mengenal satu sama lain sejak di awal tahun perkuliahan. Di antara mereka bertiga tentu Jared paling kaya. Bukan berarti Nic dan Dylan tidak kaya, hanya saja mereka masih kalah jika dibandingkan dengan Jared.

Sejak Jared memimpin perusahaan, Jared merekrut dua temannya untuk bekerja di ATT corp dan Jared memposisikan kedua temannya sebagai ketua di dua departemen berbeda. Bukannya memberikan privilege pada keduanya. Jared tahu bahwa Nic dan Dylan memang mempunyai kemampuan yang sesuai hingga patut diperhitungkan untuk bergabung di ATT.

"Bagaimana persiapan pernikahanmu?" tanya Dylan yang duduk berhadap dengan Jared.

"Hampir sempurna. Bisa dibilang tinggal finishing saja," jawab Jared.

"Oh iya, btw kau ingin hadiah apa dari aku dan Dylan?" giliran Nic bertanya.

"Tidak usah. Kehadiran kalian thats enough for me."

"Euuww, kenapa aku merasa jijik mendengar jawabanmu," keluh Nic becanda. 

"Ayolah Jared katakan saja pada kami kau ingin hadiah pernikahan seperti apa atau bentuk bagaimana dari kami. Atau jangan-jangan kau tidak ingin kami kasih hadiah, karena kau berencana menikah dua kali?" tuduh Nic tidak-tidak.

Ucapan Nic otomatis membuat Jared mendorong tubuhnya, "Sialan. Jaga ucapanmu. Aku bukan sepertimu yang haus akan wanita."

Bukannya merasa bersalah. Justru Nic dan Dylan hanya tertawa.

"Hei Dylan, sebaiknya kau seret temanmu ini keluar. Ganggu saja," tukas Jared.

"Come on, kita bertiga dulu sama aja. Eh, maksudku kita berempat. Hampir saja aku melupakan Zac." ungkap Nic.

"Di mana dia? Aku tidak melihatnya beberapa hari ini," tanya Jared mengernyit

"Dia menghadiri pameran teknologi buatan Rusia di Moskow," terang Dylan.

"Hei, kulihat belakangan ini gerak-gerik Zac sedikit mencurigakan. Dia seperti menyembunyikan sesuatu. Dia lebih memilih pulang ketimbang kuajak ke club. Sudah dua kali aku mengajaknya ke club selalu dia tolak." Nic menjelaskan pada dua sahabatnya berdasarkan penilainya.

"Bukannya itu bagus? Sepertinya Zac proses resign dari gemerlap malam. Mungkin dia ingin bernasib sama seperti CEO kita. Lagipula aku juga sedang tidak tertarik pada wanita. Sepertinya mulai sekarang kau harus ke club sendiri. Aku ingin bernasib sama seperti bos kita," lanjut Dylan lagi-lagi menyindir Nic.

"Sialan kau Dylan," upat Nic

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status