Share

Bab 7 Bertemu Masalah

Limey menunjuk tangannya, “Belum yakin juga. tapi kita coba ke utara.”

“Apa itu ke arah keluar? Bagaimana kamu tahu utara atau selatan?” tanya Kinan heran.

Limey menghela napas, lalu berkata, “ Kita lihat sarang laba-laba saja.”

“Kenapa dengan sarang laba-laba?”

“Laba-laba suka membuat sarang menghadap selatan. Kita ambil arah sebaliknya.” Terang Limey kemudian.

“Wow, aku baru tahu…” desis Kinan. Keduanya kemudian memandangi sekitar, mencari sarang laba-laba ditengah hutan dan rerumputan tinggi.

Sekitar beberapa menit kemudian, mereka berhasil menemukan seekor laba-laba tengah berdiri dengan gagah ditengah sarang miliknya. Melihat hal tersebut, kemudian Kinan dan Limey mengambil arah sebaliknya dari arah sarang laba-laba itu.

“Kamu yakin memilih utara, ada apa di utara?”

“Aku tidak tahu pasti, tapi kita harus bergegas keluar dari hutan ini kak. Sebelum malam.”

Kinan memegang lengannya, tegang. Tapi dia tetap berjalan. Limey mengeluarkan kembali hpnya dari dalam tasnya, segera melihat sinyal. Hp dalam keadaan tanpa sinyal sama sekali, dan tanpa petunjuk lokasi. Dengan gelisah dimasukkan kembali hpnya ke dalam tas.

Cukup lama juga mereka berjalan, menyusuri hutan yang sedikit terasa mengerikan. Lama-lama Kinan jadi bingung sendiri. hutan apa ini, sedari tadi bahkan Kinan tidak melihat ada orang melintas, kalau ini cagar alam di Pangandaran, pasti akan berpapasan dengan orang atau minimal gubuk penjaga.

Ternyata sudah sejam mereka berjalan, belum ada satu orang pun yang mereka temui. Tepat saat Kinan berpikir begitu, mendadak dari atas pohon terdengar siulan angin, disusul dengan tiga bayangan yang melesat turun. Kinan dan Limey pun menghentikan langkah mereka, menatap dengan mata menyipit pada ke tiga orang bertampang sangar dihadapan mereka. Pakaian tiga orang itu hitam-hitam. Ketiganya menyeringai senang ketika melihat Kinan dan Limey.

“Hehehehe, cewek—cantik-cantik lagi!! Bisa kita jual, atau jadi gundik hehehehe!” ucap mereka sambil terkekeh-kekeh.

Kinan terkejut, langsung dengan sigap tubuhnya merapat ke arah Limey, dan berbisik, “Mei, mereka…”

“Sssst! Orang jahat. Iya sepertinya.”

“Kok bisa? Bagaimana ini?”

Limey memperhatikan ketika orang tersebut, yang tengah mengais-ngais berewok mereka. “Ssst! Kakak bisa ngadepin mereka.” Bisiknya pada Kinan.

“Nggak tahu, mereka kayaknya kuat-kuat.”

“Nggak apa-apa, tahan mereka sebentar. Di tas ada hairspray dan korek, cukup bikin ledakan untuk melarikan diri, yang penting ada kesempatan. Kakak siap?”

Kinan mengangguk.

“Oke, Kita mulai. Satu, dua….TIGA!!” tepat ketika Limey berteriak Tiga, Kinan segera melompat menendang salah satu pria berewok itu.

Tendangan Kinan hanya kena tempat kosong, karena saat itu pria brewok tersebut menangkap kaki Kinan dan menguncinya. Kinan sigap, dengan satu kaki lagi disapunya tubuh ke udara, menghantam iga musuhnya, dan kena dengan telak. Si brewok mundur dua tindak lalu membetulkan letak bajunya yang agak lecet sedikit. Seringai mengembang dari bibirnya yang penuh cambang.

“Wuihhhh, galak juga…jadi makin menarik hehehehe…” serunya sambil tertawa.

Anehnya dua temannya yang lain hanya tertawa-tawa saja melihat semua kejadian tersebut. keduanya seakan tidak tertarik untuk bergerak membantu, hanya memegang ikat pinggang hitamnya sambil terkekeh-kekeh geli.

Kinan segera ambil sikap, menyusun kuda-kuda. Limey memperhatikan ketiga orang tersebut dengan ujung matanya, mengambil sikap waspada. Pikirannya sedang berkejar-kejaran mencari celah dan waktu yang tepat.

“Nah Nona manis, keluarkan semua kemampuanmu…” si brewok kembali bergerak, tampak santai dan menunggu sikap selanjutnya.

Kinan bergerak agak pelan menunggu kesempatan, lalu kemudian memutar kakinya cepat dengan sapuan bergerak menyerang. Si brewok sudah siap, kali ini menghindar dengan pintar, malah dengan tangannya dia memukul kaki Kinan. Kinan terdorong ke belakang dan terjengkang. Kakinya seperti patah, seakan Kinan dihantam pemukul bisbol.

“Jangan sampai luka, nanti susah jualnya!!” salah satu teman si brewok berteriak spontan ketika melihat Kinan sudah terjengkang.

“Tenang…hanya diberi sedikit Imdok. Tidak akan parah, paling patah!” seru si brewok sambil mengais-ngais jambangnya.

Imdok? Limey agak kaget mendengar ucapan dari si brewok. Segera dia menatap ke arah Kinan yang sudah mengaduh-aduh sambil mengepit kakinya dengan tangan. Keadaan Kinan tidak begitu baik, Limey jadi agak cemas. Lalu kemudian tangannya terulur mencari sesuatu di dalam tasnya. Tangannya sudah berhasil menggenggam hair spray di dalam tas.

Si brewok tertawa-tawa, dan kemudian berjalan mendekat ke arah Kinan yang sedang berusaha berdiri sambil memegangi kakinya yang serasa patah—dan mungkin memang patah.

Si brewok mendekat perlahan-lahan, dan Limey tidak menyia-nyiakan kesempatan, dia berlari melesat mendekati Kinan dan menghadang tepat di depan brewok, mengeluarkan hair spray dan segera menyemprotnya di arah si brewok. Si brewok terkejut, kaget dan segera menghindar. Matanya jadi terasa pedih. teman-teman brewok memperhatikan sambil terheran-heran.

“Kak, bangun!!” Limey berteriak, dan Kinan berusaha dengan tertatih berdiri. Lalu Limey mengeluarkan korek api gas dari tasnya dan segera menyemburkan hair spray hingga menyulut api menjadi besar. Si brewok kaget, segera menjauhi Limey beberapa tindak.

Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan Limey segera membuat ledakan kecil dari hair spray yang disulut api sambil berteriak memanggil nama Kinan. Mendengar aba-aba tersebut, Kinan segera meloncat dan berusaha berlari ke arah berlawanan. Mereka berdua berlari secepat mungkin, menjauhi para penjahat tersebut. Tapi malangnya, salah seorang dari para penjegal justru melompat ke atas pohon dengan ringannya mengejar kedua gadis tersebut. Kini kejar-kejaran pun terjadi.

Sayangnya, kemampuan berlari Kinan terhambat karena kakinya. Kaki yang nyeri tersebut membuatnya terjatuh karena tidak kuat.

“Kak!!!” Limey menjerit, langkahnya terhenti, ingin segera membantu Kinan bangun, tapi musuh sudah mengejar dengan cepat. Sekali melenting musuh sudah tepat berdiri di depan mereka. Kini wajah Kinan dan Limey pucat, tapi Kinan tidak mau menyerah, segera berusaha berdiri dan mendorong Limey agar berdiri di belakangnya.

“Cepat lari!!” seru Kinan pada Limey yang berada di balik punggungnya.

“Ninggalin kakak? Nggak mau!”

“Lari! Kalau di sini kita berdua bisa ketangkap!” Kinan masih berkata dengan kesal.

“Kakak gimana?!!” seru Limey panik.

“Percaya aja!” kini Kinan memasang kuda-kuda lagi dengan serius, walau kakinya sudah setengah pincang. Bila dia harus mati hari ini, setidaknya Kinan sudah melakukan perlawanan.

Seumur hidup baru kali ini Kinan serius menghadapi seseorang, dan dengan seluruh kemampuannya, karena Kinan tahu, kali ini yang dihadapinya adalah orang jahat yang bisa menghantam dengan sentuhan bagai dihantam batu raksasa. Semua kemampuan yang dipunyanya dia keluarkan, Aikido, karate dan taekwondo.

Kinan menyerang, dengan kaki siap menedang. Ternyata musuh dengan enteng mengelak, bahkan kemudian memukul balik kaki Kinan dengan tangan. Kinan buru-buru menarik kakinya, lalu mendekati orang tersebut dan langsung menyarangkan pukulan. Sekali lagi orang tersebut berkelit, dan dengan segera mengincar perut Kinan yang terbuka. Mendapat serangan mendadak begitu, Kinan menggunakan kedua tangannya menangkis tendangan yang masuk, dan menggunakan kaki lawan yang terkunci untuk mendorongnya jatuh, sayangnya lawannya dengan ringan melentingkan tubuhnya, menggunakan hentakan Kinan sebagai tenaga tambahan untuk meloncat. Dalam hitungan menit saja, Kinan sudah kewalahan. Serangan lawan tidak terduga, dan kelincahan tubuhnya pun luar biasa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status