Share

Pendekar Pedang Naga
Pendekar Pedang Naga
Penulis: Moore

Era Kehancuran Bumi

Pendekar Nusantara menggabungkan kekuatan demi bisa menangkal serangan pendekar Tiongkok dan Negeri Sakura, mereka yang awalnya berseteru, terpaksa bersatu demi melindungi keutuhan Nusantara.

Peperangan itu berlangsung 10 hari 10 malam, dan di masa depan, Nusantara akan terus berselisih dengan orang-orang Tiongkok yang mengatasnamakan mereka sebagai Serikat Zhang Ze.

Nusantara melawan Serikat Zhang Ze.

Nusantara melawan Negeri Sakura.

Nusantara melawan pendekar aliran hitam seluruh dunia.

Takdir ini sudah digariskan oleh Dewata sampai era kehancuran bumi tiba, puncaknya saat pendekar terkuat Nusantara saat ini, sedang dikepung oleh ratusan pendekar dari serikat.

“Menyerahlah, Bhagawad Gita, kau tidak memiliki harapan lagi untuk hidup. Tanah ini akan menjadi saksi bisu kematianmu!” Teriak seorang lelaki dengan ikat kepala merah.

“Bhagawad Gita, kekuatanmu tidak akan bisa menandingi kami yang berjumlah lebih dari seratus orang. Kami semua adalah pendekar tingkat naga. Kau memang yang terkuat di era ini, tapi sekarang eramu harus digantikan dengan generasi baru,” sahut lelaki berambut putih dan ikat kepala putih.

“Kami akan membiarkanmu hidup apabila kau menyerahkan empat mustika legendaris itu!”

Era kehancuran bumi telah tiba. Era dimana seluruh pendekar berbondong-bondong untuk menjadi yang terkuat lalu menduduki tahta sebagai raja pendekar. Mereka memperebutkan satu hal, kekuatan empat mustika yang sangat dahsyat.

Era kehancuran akan terjadi setiap 400 tahun sekali dan akan ada seseorang yang nantinya terpilih menjadi penyelamat bumi serta mewarisi empat mustika legendaris Bhagawad Gita.

“Tidak!” Bentak Bhagawad Gita sangat lantang. “Empat mustika ini adalah sumber kehancuran dan peperangan. Kalian bukan anak dalam ramalan yang tertulis di kitab Sabdo Wasesa. Kalian tidak berhak memiliki keempat-empatnya!”

Ratusan pendekar yang sudah mengerumuni Bhagawad Gita tertawa keras. Mereka tidak menyangka kalau pendekar legendaris itu akan menolak memberikan empat mustikanya.

Salah satu pendekar muda yang disegani kawan maupun lawan, melangkah maju dan memberi tawaran kepada Bhagawad Gita.

“Pikirkan baik-baik, Kisanak! Ini mungkin kesempatan terakhir yang akan kami berikan. Kau akan tetap menjadi yang terkuat di era ini. Tidak ada seorang pun yang bisa mengalahkanmu jika bertanding satu lawan satu. Tapi, jika kau berkenan untuk memberikan empat mustika itu, Serikat Zhang Ze akan dengan senang hati menerimamu sebagai anggota, bahkan menjadikanmu sebagai wakil ketua.”

Bhagawad Gita hanya bisa memandang sinis orang-orang yang sedang menguruminya. Dia sadar jika penawaran itu hanya akal-akalan semata. Pasti terjadi pertempuran hebat dan banyak nyawa melayang akibat perebutan empat mustika ini jika tidak diberikan pada orang yang tepat.

“Walaupun taruhannya nyawa, aku tidak sudi memberikan empat mustika ini kepada kalian!”

Suara Bhagawad Gita menggelegar hingga membuat kilat kembali bersahutan dan menyambar tanah-tanah tandus di belakangnya.

“Jangankan empat, satu mustika saja akan kujaga dengan segenap jiwa dan ragaku. Sampai nyawaku ini hilang, aku tidak sudi memberikan Mustika Merah Pedang Naga ini kepada tangan-tangan kotor kalian. Camkan itu wahai para pendekar serakah!”

Bhagawad Gita berdiri dan menggenggam mustika merah, yang terkuat di antara empat mustika. Muncul pendar merah dari dalam tangan Bhagawad Gita hingga pendar itu membentuk pedang berlapiskan api hitam.

“Pedang ini hanya akan menjadi sumber kehancuran jika jatuh ke tangan manusia seperti kalian. Persetan dengan alasan perdamaian! Cuih... alasan sampah!"

Bhagawad Gita berucap dengan sorotan mata merah menyala, tidak takut sedikitpun pada ratusan pendekar tingkat naga yang akan membunuhnya. Meskipun tahu kemungkinan menangnya hanya sedikit, tapi ia sudah berjanji pada Dewata untuk tetap menjaga empat mustika legendaris ini.

Janji tetaplah janji. Seorang pendekar sejati harus menepati janjinya walau harus mempertaruhkan nyawa.

Seperti itulah sumpah para pendekar.

“Kau sombong sekali, Bhagawad Gita... jangan terlalu jumawa seperti kau bisa mengalahkan kami semua!" pendekar berambut putih maju selangkah.

“Kami tahu kau adalah yang terkuat di era ini. Kami juga tahu hanya kau yang bisa mengendalikan kekuatan empat mustika. Tenaga dalam yang ada di tubuhmu tidak bisa ditandingi siapapun. Tapi ingatlah, kau tidak mungkin bisa bertarung dengan kondisi tubuh penuh darah dan penuh luka sayatan pedang,” tambah pendekar yang paling muda.

Bhagawad Gita tidak menghiraukan ucapan mereka dan mempersiapkan seluruh tenaga dalamnya untuk memulai serangan terakhir.

Empat mustika yang ada di dalam kantongnya mulai bergetar hebat dan terlempar ke atas tanah.

Dalam hati, ia berkomunikasi dengan roh penunggu keempat mustika dan menitipkan sebuah pesan.

“Inilah perjumpaan terakhir kita,” ucap Bhagawad Gita, memberi salam pada empat mustika yang telah menemaninya puluhan tahun.

“Hanya mustika merah yang berhak memilih tuannya sendiri. Sedangkan mustika putih, emas, dan cokelat akan kusembunyikan di suatu tempat. Siapapun yang menemukan kalian bertiga, dia lah yang akan menjadi tuan kalian!"

Setelah mengucapkan salam perpisahan, Bhagawad Gita berteriak hebat karena tenaganya diserap habis oleh empat mustika. Dia menatap tajam ke arah ratusan pendekar yang sudah mengerubunginya.

“Kalau kalian menginginkan empat pusaka legendaris ini, ambillah! Tapi langkahi dulu mayatku.”

Bhagawad Gita menggenggam mustika merah yang bentuknya berubah menjadi sebuah pedang. Pedang Naga Api Sulong, pusaka terkuat sepanjang masa.

Puluhan pendekar yang mengetahui seberapa mengerikannya Pedang Naga milik Bhagawad Gita, mundur beberapa langkah karena tidak ingin mati dalam peperangan ini.

Pedang Naga diayunkan, menimbulkan gelombang angin dahsyat berbentuk bumerang yang ukurannya sangat besar. Bhagawad Gita langsung menunduk karena energinya banyak terkuras untuk satu serangan.

Gelombang angin itu mengayun cepat mengincar pendekar ikat kepala merah dan putih. Keduanya reflek menggunakan ilmu meringankan tubuh, namun kecepatan mereka tidak bisa menandingi serangan dahsyat Pedang Naga. Seketika tubuh kedua pendekar itu terbelah.

Sungguh mengagumkan kekuatan dari mustika merah terkuat Pedang Naga!

Pendekar yang lain berteriak sangat kencang begitu tahu dua petinggi Serikat Zhang Ze berhasil dibunuh Bhagawad Gita.

Mereka kompak menyerang Bhagawad Gita. Ribuan panah kanuragan hingga pukulan tak kasat mata diluncurkan. Debu pekat bertebaran di udara, membutakan pandangan semua pendekar yang sedang bertarung. Bhagawad Gita menarik badannya mundur dan berhasil menghindari serangan musuh.

Hueekk!

Darah merah segar keluar dari mulut Bhagawad Gita. Tenaganya terkuras habis. Matanya perlahan rabun karena efek samping dari kekuatan dahsyat Pedang Naga Api Sulong. Terlebih, Bhagawad Gita sudah membagi energinya pada tiga mustika lain selain mustika merah.

Semua anggota Serikat Zhang Ze tahu seberapa mengerikannya kekuatan mustika legendaris. Konon kekuatan satu mustika legendaris bisa menghancurkan sebuah kota sebelum mata berkedip.

“Hati-hati, Kisanak! Dia memasang kuda-kuda menyerang, bersiap mengeluarkan jurus pamungkas terakhirnya! Tahan sebentar karena aliran energi di tubuhnya sudah mulai menghilang. Dia semakin lemah dan kita akan memenangkan pertempuran ini!”

Semua yang mendengar intruksi Xiu Fo langsung mengerti dan memasang kuda-kuda bertahan. Di depan mereka, Bhagawad Gita sedang terlihat berbicara dengan roh Gatra, gagak hitam raksasa penghuni Mustika Merah Pedang Naga.

“Puluhan tahun lamanya menunggu, akhirnya kau menggunakan jurus itu. Sudah lama sekali tidak ada orang yang berani menggunakan Pedang Naga kecuali dirimu,” kata Gatra.

“Entahlah, Gatra, aku sudah mencium bau-bau kematian. Kelak jika aku mati, tuntunlah ketiga sahabatmu mencari tuan yang pantas sebagai penerusku.”

“Hahaha... tidak kusangka, setelah 46 tahun berlalu, ternyata tuanku jadi selemah ini. Apakah ketebalan jenggot mempengaruhi kekuatanmu?”

"Gagak paruh ayam, diam kau!"

"Jenggotmu tidak lebih bagus dari pada jenggot kambing!" ledek Gatra yang sama menyebalkannya dengan Bhagawad Gita.

“Diamlah dan bantu aku!” Bentak Bhagawad Gita sedikit emosi.

Roh pemilik Pedang Naga bernama Gatra ini memang agak menjengkelkan. Disaat orang serius, dia malah berbicara seenak hati.

“Baiklah, aku akan membantumu. Aku tidak perlu menjelaskan resikonya lagi padamu. Setelah kau menggunakannya, aku akan tertidur lama dan kekuatanmu harus musnah karena Pedang Nagaku menghendaki nyawa untuk jurus terlarang itu.”

“Tidak masalah, selama pedangmu ini tidak jatuh ke tangan orang yang salah.”

Dua detik setelah Bhagawad Gita menyetujui tawaran Gatra, seberkas cahaya merah dari langit turun. Cahaya itu menggumpal di udara, lalu turun menyelimuti Pedang Naga. Ketiga mustika lain berbaris sejajar di depan Bhagawad Gita. Sang legenda paham apa yang harus dilakukan. Dia membungkuk, memberi salam perpisahan pada mereka seraya menyampaikan pesan terakhir sebelum kematiannya tiba.

“Kelak saat anak dalam ramalan itu lahir, bimbinglah dia agar tidak terjerumus dalam jurang kegelapan! Dia yang akan meneruskan titah perjuanganku. Pertanda kelahirannya, adalah ketika langit terbelah dan muncul api berbentuk naga dari belahannya.”

Ratusan pendekar masih berdiri dengan kuda-kuda terpasang. Mereka saling berbisik, saling tanya mengenai jurus yang akan dikeluarkan Bhagawad Gita. Mereka mundur begitu merasakan aura kematian yang begitu dahsyat dari tubuh Bhagawad Gita. Mereka tidak pernah merasakan kekuatan yang mahadahsyat seperti ini sebelumnya.

Usai mengucap pesan terakhir pada tiga mustika lainnya, Bhagawad Gita menghempaskan sebuah serangan dahsyat yang membuat bumi dan langit berguncang. Ratusan petir menghujam bumi. Mereka menyambar satu sama lain.  Langit murka dengan kegilaannya; terbelah menjadi dua untuk beberapa saat.

Bumi tidak mau kalah dengan langit. Dia memanggil lima puting beliung sangat kencang, menghempaskan semua anggota Serikat Zhang Ze. Perisai energi dibentuk, tapi energinya tidak bisa membendung efek samping kemarahan Bhagawad Gita.

Kedahsyatan itu berakhir saat cahaya kemerahan muncul dari dalam tanah. Cahaya itu terus membesar hingga terasa panas seperti terbakar. Ada sesosok naga yang muncul dari belahan langit. Naga itu meraung sangat keras hingga membuat bumi berguncang.

Blam!

Pemusnahan massal terjadi. Masing-masing dari empat mustika terpental jauh. Ledakan itu membuat tubuh Bhagawad Gita hancur berkeping-keping bebarengan dengan hancurnya ratusan pendekar dari Serikat Zhang Ze.

Moore

Selamat Datang di lapak sederhana saya. Semoga kalian suka. Saran dan kritik dipersilakan demi kepuasan kalian semua. Selamat membaca!

| 8
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Hijau Tondano
bagusss lanjut lagi
goodnovel comment avatar
Langos Sanjaya
tour Bimantara gk beres awas yang ini harus beres
goodnovel comment avatar
saklekdoank
semoha gak macet upnya...krn banyak yang macet ketika lagi seru2nya membaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status