Semakin lama Asoka memandangi batu itu, nyala cahayanya semakin membesar. Asoka tidak kuat menatapnya terlalu lama. Dia khawatir cahaya itu bisa membutakan kedua matanya.
Asoka menggeliat dan pergi ke sungai untuk membersihkan tubuhnya. Dia menguap lebar karena tadi malam tidak bisa tidur. Sambil bersiul kecil, dia masuk ke goa untuk mengambil kayu yang biasa dia gunakan menombak ikan.
Lumayan lama Asoka menunggui ikan di sungai, sampai dia bosan dan tertidur. Nampaknya tidak ada ikan yang selamat akibat ledakan energi yang terjadi semalam.
Asoka membangunkan Ki Seno, minta diajari ilmu meringankan tubuh.
"Untuk apa?" tanya Ki Seno singkat.
"Aku ingin pergi ke atas mencari buah-buahan yang bisa kita makan."
Ki Seno mengajari Asoka ilmu meringankan tubuh.
"Untuk pemula sepertimu, kau harus bisa memusatkan energi di bagian paha dan punggung. Letakkan kedua tanganmu di atas lutut, pastikan telapak tanganmu terbuka. Tegakkan punggung dan
Asokamenderita luka bakar di lengan kanannya. Rasanya panas sekali. Untung saja bukan api hitam yang digunakan Gatra.Pertarungan itu berlangsung cukup lama hingga membuat seperlima hutan terbakar. Asokaterus-terusan menghindar tanpa melayangkan satu serangan pun. "Gunakan pedang itu untuk melawanku!" teriak Gatrayang terbang agak tinggi di udara. "Gitu dong, mbok ya ngomong kalau aku boleh makai pedang ini buat ngelawanmu." Ki Senomenepuk jidatnya sendiri. Ternyata ada orang yang lebih bodoh darinya dulu waktu pertarungan pertama melawan Gatra. "Terapkan apa yang kuajarkan padamu, Asoka!" teriak Ki Senodari atas gua. "Kakek sialan! Udah nggak mau bantu malah marah-marah tanpa solusi!" "Siapa yang marah, Setan!" Semburan api Gatrakembali mengenai baju Asokadan membuat pemuda itu lari kocar-kacir. Karena apinya sangat panas, Asokaterpaksa memotong bajunya dan membuangnya di su
Dengan cepat, Ki Senomelesat menggunakan Ajian Sepuh Angin dan menyelamatkan Asokadari bebatuan sungai. Telat sepersekian detik saja tubuh Asokasudah hancur. “Byuh, syukurlah aku masih sempat,” lirih Ki Seno, lalu membaringkan Asokadi dekat goa. Di sisi lain, Gatramasih belum percaya kalau teriakan itu muncul begitu saja dari mulut Asoka. Dia mengepakkan sayap dan bertengger di atas goa. Ki Senomenyibak pakaian Asokadan Gatrapun melihat tato gagak hitam yang ada di leher pemuda itu. Tatonya menyala dan mengeluarkan cahaya keemasan. Mulai saat itu, Gatramengikuti kemana pun Asokapergi. Pada saat mencari pisang di keesokan harinya, Ki Senoterkejut karena tato gagak hitam milik Asokahilang. Dia bertanya serius, tapi Asokamenjawabnya dengan enteng. “Ya mana Asokatahu, ngelihat leher sendiri saja tidakbisa!” “Ooo bocah semprul! Aku tanya serius malah s
Sepintas terbayang kejadian pembantaian waktu itu, Asoka naik pitam. Energi Gatra meluap-luap dalam tubuhnya. Api kemerahan menyelimuti tubuh Asoka; api amarah bercampur api kekuatan mustika merah.Bono mundur beberapa langkah. Dia tidak pernah merasakan energi sebesar ini. Langkahnya gontai dan pandangannya mulai sayu.Asoka mendekati Bono dengan pedang terhunus. Entah siapa yang mengajarinya ilmu berpedang, dia tiba-tiba bisa menggunakannya. Asoka yang dulu berbeda dengan yang sekarang. Amarah menguasainya.- Pedang Tanpo Wujud -Satu kali kibatan pedang tidak berimbas apapun pada Bono."Lucu sekali. Kau hanya membelah angin," ejek Bono."Aku memang membelah angin, tapi angin itu akan membelahmu!"Bono mengernyitkan dahi. Namun tak berselang lama, muncul angin berbentuk baling-baling dari belakang Asoka. Angin itu memotong setiap yang dia lalui. Tubuh Bono terpecah menjadi dua. Asoka mendekati jasad Bono, mengambil peta yang ada di
Pertemuan Asoka dengan Mbok Sari berlangsung singkat. Banyak pelajaran yang bisa diambil, terutama alasan kenapa harus memilih pendekar tanpa aliran. Berjalan menyusuri hutan belantara, Asoka terus memikirkan kalimat terakhir yang diucapkan Mbok Sari, mengulanginya sampai Gatra bosan. Hitam belum tentu buruk, dan putih tidak selamanya baik, namun mereka berdua tidak bisa bersatu. Banyak sekali pendekar aliran hitam yang menolong sesama, memiliki asas gotong royong yang kuat, bahkan rela mengorbankan nyawa demi golongannya sendiri. Begitu juga pendekar aliran putih, tidak selamanya nampak baik di benak pendekar. Jawa merupakan markas pendekar aliran putih, penyebarannya begitu merata. Berbeda dengan aliran hitam yang hanya ada di bagian Timur. Namun pemikiran masyarakat sudah bergeser akibat maraknya pemalakan yang dilakukan oleh pendekar aliran putih. Perguruan Teratai Hijau dan Perguruan Awan Putih merupakan dua dari sekian perguruan yang ser
Pertemuan itu mengantarkan Asoka pada sebuah gubuk reyot yang sudah lama tidak dihuni. Batara Wasji menjaga gubuk itu selama beberapa tahun untuk menunggu kedatangan seorang lelaki.Asoka dipersilakan masuk. Pandangannya menatap lekat sabuk hijau yang tergantung di balik pintu kayu. Tangannya bergerak sendiri, walau dia tidak ingin menggerakkannya. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi sabuk itu sangatlah berat.Cahaya pendar hijau muncul dari batu akik yang ada di tengah sabuk. Mengernyitkan dahi karena heran, Asoka menyentuhnya. Cahayanya memantul dari sudut ke sudut hingga mengenai perut Asoka.Huek!Khawatir melihat tuannya muntah darah, Gatra bergegas masuk, tapi Batara Wasji melarangnya."Biarkan dia melakukan tugasnya," kata Batara Wasji.Mengangkat salah satu alisnya karena penasaran, Gatra berubah wujud jadi seorang lelaki. "Dia siapa maksudmu?""Damardjati Sunandar. Kau pasti mengenalnya.""Mustahil!" Gatra menelan luda
Sadar melihat dirinya terikat di sebuah pohon beringin, Asoka coba membakar tali yang melilit tangan, perut, dan kakinya. Bermula dari tali di belakang agar tangannya bisa berberak bebas, percobaan itu tidak berhasil."Guru," ujar Asoka dalam hati. "Bantu aku. Pinjamkan kekuatan apimu!"Gatra tidak menjawab sampai Asoka berteriak dalam hatinya. "Guru ... bangunlah! Apa kau tidak ingin membantuku? Aku sedang disandera. Jangan tidur terus!""Sepertinya aku tidak bisa membantumu karena aku rasa, tali itu terasa sedikit aneh. Tapi aku akan memberimu sedikit energi api. Jika itu gagak, kau harus bisa mengalahkan mereka dengan tanganmu sendiri.""Ta-tapi..."Hangat mulai merasuk dari jemari Asoka, mengalir hingga ke punggung. Asoka coba membakar tali yang mengikat tangannya dengan energi api milik Gatra, beberapa kali, hingga energi Asoka banyak terkuras.Padahal tali itu hanya tali rotan biasa, tapi kenapa tidak hangus saat dikenai energi api?
"Mau ke mana kau? Aku tahu ada roh yang bersarang dalam tubuhmu. Roh itu tidak bisa menggunakan kekuatannya karena mustika merahmu sudah aku sembunyikan di tempat khusus."Mengernyitkan dahi karena heran, Asoka baru sadar kalau mustika merah Pedang Naga tidak ada di saku belakang celananya. Dia meluncur dengan ilmu meringankan tubuh sembari mengalirkan tenaga ke tumit kaki kanan.Tendangan sabit memutar berhasil memojokkan Jabran, namun keributan itu terdengar oleh anggota perampok yang lain.Paham apa yang harus dilakukan, Gatra melepaskan diri dari tubuh Asoka dan terbang mencari mustika merah di sekitar markas Perampok Macan Kumbang. Sementara Asoka bertarung untuk mengalihkan perhatian.Sial, dan sangat sial, Jabran ternyata memiliki mata batin. Lelaki jangkung itu bisa melihat ke mana Gatra terbang. Jabran melesat lalu mencengkeram sayap Gatra.Posisi yang jauh dari mustika merah membuat Gatra kewalahan karena dia tidak bisa berbuat apapun kar
Gatra menjetikkan jarinya. Segerombol gagak hutan menyerbu markas Perampok Macan Kumbang. Beberapa goresan dituangkan menggunakan kanvas pipi serta punggung anggota perampok. Jabran mengalami hal yang sama. Punggungnya robek karena cakar dua ekor gagak.Memanfaatkan kesempatan yang ada, Asoka melepaskan energi alam yang ada di telapak tangannya. Tubuhnya terlempar seperti kapas yang tertiup angin kencang."Racunnya mulai bereaksi!" Gatra terkapar tidak berdaya, menggeliat di atas dedaunan kering yang mulai menguning. "Na-nadiku! Kenapa racun ini berdampak pada roh mustika sepertiku?"Tergeletaknya Gatra dimanfaatkan beberapa anggota perampok. Mereka ingin merebut mustika merah, tapi Asoka bergerak lebih cepat. Lekukan indah Pedang Kalacakra milik Asoka menanggalkan beberapa kepala dalam sekali tebas.Jabran bangkit, namun Asoka tidak mengetahuinya. Meski darah mengucur deras dari punggungnya, Jabran masih bisa bangkit. Tubuhnya bergetar hebat. Nadinya ber