Pedang terlempar ke tanah begitu saja karena sambaran satu batu kerikil kecil yang kuat dari arah lain. Mata Zhang Yuang terbuka menyadari dirinya masih hidup.
Di depan gerbang, Zhang Jin berdiri dengan wibawanya sebagai jenderal besar. Semua prajurit pengawas yang tadinya begitu angkuh menertawakan Zhang Yuan kini terdiam dengan wajah gugup. “Je-jenderal, kami hanya menerima perintah dari kaisar untuk membunuh setiap orang yang mencoba untuk keluar dari kediamanmu.” “Titah kaisar ada di tanganku, apa ucapanmu lebih penting dari titah yang tertulis? ... lagi pula aku melihatmu sendiri menyeretnya keluar,” ucap Zhang Jin membuat prajurit menundukkan wajah mereka, menahan kesal yang bercampur takut. “Bahkan sampai sekarang aku masih jenderal besar kerajaan Song. Aku bisa mengambil kepala kalian jika tidak melepaskannya sekarang juga!&r“Tunggu!” teriak Zhang Jin menghentikan ayunan pedang yang hampir memisahkan bagian tubuh istrinya. Atas perintah dari sang kaisar dengan tangan yang terangkat, eksekusi itu dijeda. Kedua orang yang berdiri di sampingnya terlihat begitu tak senang dengan penjedaan itu. “Saya mohon kaisar memberikan kemurahan hati terhadap keturunanku yang terakhir, mengingat akan kontribusiku terhadap kerajaan dan janji lisan yang diberikan kaisar sebelumnya untuk memberikan pengampunan terhadap keturunan terkahirku jika di masa depan didapati ada kesalahan yang aku lakukan,” jelas Zhang Jin membuat semua yang mendengar berbisik-bisik menganggukkan kepala. Memang sebelumnya, Zhang Jin adalah jenderal yang membantu kaisar terdahulu naik takhta. Oleh sebab itu kaisar mengucapkan janjinya di hadapan semua mentri dan bahkan hal ini telah diketahui oleh seluruh kerajaa
Di dalam kegelapan, aura dingin dan bau busuk, Zhang Yuan meringkuk beralaskan jerami yang tak tahu sudah berapa banyak ditempati oleh para tahanan. Kehidupannya benar-benar telah hancur. Hari-hari bahagia dan bebasnya telah berakhir. Keluarga, kekayaan, dan ketenarannya di kalangan para wanita menghilang dalam sekejab. Dalam lamunan pikirannya tentang ucapan sang ayah dan kasih sayang sang ibu, dia terlelap. Batinnya begitu letih untuk memikirkan semua kenyataan menyedihkan yang datang secara tiba-tiba itu.... “Ah Ibu, berhentilah menggangguku. Aku sangat mengantuk,” gumam Zhang Yuan yang merasakan seseorang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Namun suara tawa dari beberapa lelaki menyadarkannya kalau kebiasaan itu telah berakhir. Zhang Yuan membuka matanya yang masih terasa berat dan memfokuskan penglihatannya ke depan. Mata sembab itu terlihat sangat men
Rantai yang terhubung berhasil terlepas. Para tahanan lain berlari sedangkan dia malah tinggal bersama lelaki tua itu. Keputusan yang diambil Zhang Yuan justru tak bisa diduga oleh dirinya sendiri. Dalam hati kecilnya justru sangat menyayangkan kesempatan baik itu, tapi batinnya malah terbeban dengan lelaki tua di hadapannya. Jika harus memaksa menyelamatkannya maka seluruh tahanan pasti akan terhalang oleh mereka berdua. “Kenapa kau tidak memilih pergi dengan mereka dan menyelamatkanku yang sama sekali tidak kau kenal, anak muda?” “Batu di tanganku terlalu berat dan terpeleset mengenai rantai yang salah,” balas Zhang Yuan menyembunyikan kebenaran. “Kau memilih keputusan yang tepat. Lihatlah, “ ucap lelaki tua itu melihat ke belakang Zhang Yuan. Dari jauh terlihat para tahanan tadi telah tertangkap oleh prajurit. Mereka dibawa kembali
Baru saja beberapa menit di dalam sana, tangannya telah pegal untuk menggali sesuatu yang tak pernah habis. Entah apa yang akan dia temukan dengan usahanya itu. Zhang Yuan Ingin beristirahat untuk mengumpulkan energi, tapi teriakan seseorang yang menjerit kesakitan membuatnya mengurungkan niat. Keringat telah mengucur deras di seluruh tubuh. Tangannya tiba-tiba terhenti saat merasakan sesuatu di dalam tanah yang keras. Sepertinya dia telah berhasil mendapatkan tujuan dari penggalian itu. Batu logam sebesar buah strawberry berada di tangannya. Dia tersenyum penuh semangat akan keberhasilan itu. “Aku menemukannya! Aku menemukannya! Kemari, lihatlah ini. Aku telah menemukannya,” teriak Zhang Yuan melihat ke arah pria yang mengawasi mereka. Pikirnya jika telah menemukan apa yang mereka perintahkan maka dia bisa keluar dari tempat menyesakkan ini. Semua orang hanya meliriknya seka
“Puih!” Zhang Yuan meludah ke tanah begitu baru saja benda kecil dihancurkan oleh giginya. Rasa aneh di dalam mulut membuatnya hampir saja muntah. “Ha ha ha … ada apa?” “Bagaimana kau bisa menelan hal buruk seperti ini?” “Hal buruk inilah yang membuatku bertahan sampai sekarang. Kau akan menyesal nanti jika tak akan ada lagi makanan di sini,” lanjutnya memasukkan semua semut itu ke dalam mulut. Bahkan suara kunyahannya semakin membuat Zhang Yuan mual. “Bagaimana kau bisa sampai ke sini?” tanya Zhang Yuan mengangkat pembicaraan dan bersandar ke dinding tanah dengan santai. “Sama sepertimu.” “Lalu apa sudah lama?” “Sejak usiaku sebelas tahun. Kira-kira sudah 17 tahun yang lalu.” Zhang Yuan menoleh keheranan. Ternyata lelaki yang duduk di
“Kita semua akan mati, tapi setidaknya bisa menundanya sekarang,” balas Zhang Yuan tersenyum. Dia mengulangi perkataan sang kakek yang pernah diucapkan sebelumnya. Akhirnya hati Zhang Yuan bisa lega karena upayanya untuk berbagi tidak sia-sia. Dia memakan separuh mantou itu, tapi baru saja mengunyah, rasa basi membuatnya ingin membuang kembali. “Ini benar-benar sangat enak.” Mendengar perkataan sang kakek, Zhang Yuan terbungkam saat mulutnya hendak mengeluarkan mantou yang baru saja dia masukkan. “Benar. Ini sangat enak. Ayo habiskan, Kek,” balas Zhang Yuan tersenyum paksa. Dalam mengunyah makanan, Zhang Yuan sempat memikirkan bayangan saat keluarga mereka menikmati hidangan lezat. Sekarang dia sendirian ditemani dengan mantou basi yang terpaksa harus dia telan. Tidur di alam terbuka rasanya sangat menyiksa. Seluruh tulang juga ter
Begitu keluar dari dalam sana dan menyerahkan hasil pekerjaannya, pandangan mata Zhang Yuan teralihkan pada seseorang yang berjalan dengan bebas di dalam area kerja menuju ke tempat Hong Qi. Dari pakaian pria itu bisa dia kenali sebagai salah satu dari prajurit di dalam kamp militer ayahnya. “Hei kau! Apa yang kau lihat?!” tegur bawahan Hong Qi membuat Zhang Yuan memindahkan arah pandangannya. Zhang Yuan terdiam menggelengkan kepala, tapi bawahan Hong Qi justru mendorongnya paksa dan meminta dia terus berjalan entah ke mana tujuannya. Begitu mendekati tempat tinggal Hong Qi, pria berpakaian militer yang dilihatnya tadi berjalan keluar. Wajah tersebut memang asing tapi seragam yang dipakainya sangat tak asing di mata Zhang Yuan. Pria itu berhenti saat melihat Zhang Yuan. Dia mendekat dengan senyuman remeh memperhatikan penampilan Zhang Yuan yang sudah
Sekarang Zhang Yuan baru tahu kalau alasan dia dipukul karena identitas ayahnya. Semua orang itu pastilah menyimpan dendam terhadap jenderal besar kerajaan Song. Dia masih meringkuk di tanah saat tendangan dan pukulan mulai berhenti. Suara tawa dari Hong Qi dan bawahannya bagaikan ribuan anak panah yang menembus diri. Bahkan itu lebih sakit dari pukulan-pukulan tadi. Penghinaan yang besar itu tak bisa diterima olehnya, tapi dengan keterbatasan yang ada hanya bisa menyerah pada keadaan. Saat ini yang dipikirkan Zhang Yuan adalah kehidupannya akan sengsara ketika mereka mengetahui identitasnya. Tubuhnya gemetar menangisi kebodohan dan ketidakberdayaan diri sendiri akan keadaan. Lama dia masih terbaring di tanah hingga akhirnya kedatangan Yi Lang mengakhiri kesedihan, dipikirnya bahwa masih ada seorang sahabat yang akan membantunya melewati hari-hari. “Yi Lang.”