Zhang Yuan menegakkan badan dan menggenggam gagang belati dengan erat. Dia berlari cepat sembari mengangkat tangan, bersiap untuk menyerang Wei Hongli.
Sedangkan Wei Hongli yang melihat ekspresi Zhang Yuan hanya tersenyum, menikmati penderitaan musuhnya saat kehilangan nyawa seseorang karena diri sendiri.
Begitu jarak sudah dekat, Zhang Yuan melampiaskan berkali-kali serangan sayatan ke arah Wei Hongli. Namun sayang sekali masih berhasil dihindari, hingga akhirnya membuat bara api dalam diri Zhang Yuan yang telah disirami kepedihan akan kehilangan Chao Yun menyeruak hebat.
Serangan berkali-kali dari Zhang Yuan memang berhasil dihindari, tapi dengan kondisi Wei Hongli yang terluka saat pertarungan dengan Chao Yun membuatnya mulai kewalahan. Ditambah lagi tendangan Zhang Yuan baru-baru ini semakin memperburuk fisiknya.
Gerakan dan serangan dari Zhang Yuan mulai ta
“Pangeran Hongli, ikut aku kembali ke kerajaan dan akui semua perbuatanmu!” Weiheng membalikan badan dari Zhang Yuan lalu melihat Wei Hongli yang ada di depannya. Wei Hongli tertawa paksa, menahan perihnya sayatan di tubuh, “siapa kau sehingga aku harus mematuhimu? Kau pikir aku bodoh?!” Bagi Wei Hongli, kembali ke kerajaan hanya akan membuat dirinya dipermalukan atau bisa saja dihukum berat oleh kaisar, jadi lebih baik meneruskan perjuangannya di sini. Meski harus terluka saat peperangan terjadi itu tidak masalah asalkan bisa menduduki singgasana kerajaan Song dan menjadi penguasa. Dengan begini dia bisa mencapai keinginannya. Meski pun dia adalah seorang pangeran, tapi statusnya berbeda dengan pangeran lain karena dia terlahir dari seorang selir tingkat rendah. Keinginan menjadi pewaris takhta juga tidak bisa didapatkan hingga dia sendiri harus berjuang menjadi yang terhebat dalam pertar
“Zhang Yuan, kau pikir aku juga tidak ingin membunuh Wei Hongli setelah tahu semua kebenarannya?” Weiheng menyambung perkataan Liu Bai. Setelah tahu Wei Hongli akan menyerang untuk menguasai kerajaan Song, Weiheng segera melaporkan hal itu pada kaisar hingga akhirnya bisa mendapatkan kepercayaan untuk meneruskan titah penangkapan Wei Hongli. Dia bahkan sengaja tidak beristirahat dalam perjalanan agar bisa menyusul pasukan Hongli. Sekarang perkataan kedua lelaki yang ada di samping mulai membuat hati Zhang Yuan bimbang. Dia menarik napas panjang dan memejamkan mata sejenak. Keputusan ini membuat hatinya bingung, di lain sisi ada janji yang harus ditepati untuk setia pada Qin Huang dan kerajaan, di sisi lain juga dia tak terima dengan kematian Chao Yun. “Zhang Yuan, jangan khawatir, Wei Hongli akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku jamin!” “Baik!” S
Kedua pedang mengayun dan saling membentur beberapa kali. Kekuatan terakhir Zhang Yuan digunakan sepenuhnya untuk mengakhiri pertarungan melawan Wei Hongli dengan menggunakan teknik pedang yang diajarkan Chao Yun padanya. Meski pun Wei Hongli sempat menghindar dan membalas serangan Zhang Yuan, tapi untuk tebasan terakhir tak bisa dihadang lagi. Pedang Zhang Yuan kini telah menembus tubuhnya hingga ke bagian belakang. Zhang Yuan tersenyum puas menatap manik hitam Wei Hongli yang memaku. Keduanya saling berhadapan dengan posisi pedang di tangan Zhang Yuan telah menancap ke bagian jantung Wei Hongli. Kegeraman di dalam hati mulai terkikis sebab telah membalaskan penderitaan Chao Yun. “Meski hari ini aku meninggal, tapi akan timbul semakin banyak orang sepertiku,” ucap Wei Hongli beriring dengan keluarnya cairan merah dari mulut. “Tidak masalah ... selama aku ma
Tak lama setelah Weiheng pergi, seseorang muncul di ambang pintu. Pandangan Zhang Yuan yang masih tertuju di pintu saat mengantar kepergian Weiheng memaku pada wanita cantik berstatus selir agung di dalam kerajaan. “Bagaimana keadaanmu?” Yinping masuk bersama dengan pelayan pribadinya, dia duduk dengan santai di depan Zhang Yuan yang masih berdiri. Zhang Yuan menjauh dari meja yang memisahkan jarak antara dia dan Yinping lalu menjura, “aku sudah jauh lebih baik, terima kasih selir agung.” Ekspresi Yinping yang tadinya terlihat santai kini telah berubah menjadi datar, dia melirik pelayan pribadinya—Yuwan, menginstruksikan agar menyajikan makanan di meja. “Semua ini adalah makanan yang sangat bernutrisi untuk memulihkan kesehatanmu—” “Terima kasih atas kebaikan selir agung, tapi maaf aku sudah selesai makan dan minum obat. Sekarang harus beristirahat,” sela Zhang Yuan menundukkan wajahnya. Yinping sontak berdiri memasang wajah kesal. Dia melirik sekali lagi ke arah Yuwan hing
AKHIR KATA ....Terima kasih banyak saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah turut campur tangan dalam pembuatan novel ini sejak dari pertama hingga boleh berakhir di season 1. Sangat luar biasa berkat yang saya terima.Terima kasih banyak untuk semua pembaca yang telah mengikuti perjalanan Zhang Yuan. Harapan saya semoga dengan adanya cerita ini bukan hanya untuk menjadi bahan hiburan, melainkan boleh bermanfaat, menjadi motivasi, dan suatu dorongan bagi kita semua dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Tetap semangat, jangan pernah menyerah!Jika jatuh, bangkit lagi! Kita tak akan pernah bangkit jika tidak mengalami kejatuhan.Jika salah, maka perbaikilah! Gagal? Bangkit lagi!Selama Anda berjuang, maka akan ada proses yang terjadi!Terima kasih sedalam-dalamnya untuk seluruh pihak Goodnovel yang telah menyediakan wadah bagi saya untuk belajar, mengembangkan, dan mempublikasi tulisan saya ini. Semoga Goodnovel semakin berjaya dengan kualitas-kualitas karya yang lu
SINOPSIS Setelah berhasil menghabisi pengkhianat di dalam kerajaan, bahkan melibatkan begitu banyak nyawa prajurit untuk berperang, akhirnya kerajaan Song boleh menikmati kedamaian. Kaisar Qin Huang menikmati menjadi penguasa atas empat kerajaan di usia mudanya. Namun hal itu belum juga memuaskan sebelum lima kerajaan berhasil ditaklukkannya. Rumor yang tersebar di seluruh kerajaan tentang panglima perang yang mendominasi layaknya seorang penguasa membuat kehidupan Zhang Yuan kembali memasuki medan perang yang sebenarnya. Ditambah lagi kecemburuan Qin Huang terhadap kisah cinta Yinping adalah akar dari kehancurannya. Susah payah dia mempertahankan hidup di tengah-tengah jebakan yang mengancam nyawa, akhirnya Zhang Yuan boleh kembali lagi. Namun sayang kedatangannya ke kerajaan bukanlah hal yang baik, sebab sosok Qin Huang telah berubah menjadi sangat kejam dan bahkan mengajukan persyaratan menakutkan sebagai syarat Zhang Yuan diterima kembali olehnya. Melalui identi
BRAAKK!....TLINNGG!.... “Lancang!” Teriakan Qin Huang yang terdengar begitu geram membuat semua pelayan di dalam ruangan berlutut dan membungkukkan badan, tak berani mengangkat kepala mereka meski dahi telah menyentuh lantai yang dingin. Kesabaran Qin Huang tak tertahankan lagi setelah semenit lalu mendengarkan kalimat seorang pelayan yang membangkitkan kegeramannya. Semua barang di atas meja dilemparkan ke depan hingga mengenai sang pelayan. “Ampuni aku, Yang Mulia!” seru seorang wanita pelayan istana yang masih dalam keadaan membungkuk. Dengan nada terdengar ketakutan dia melanjutkan perkataannya, “ha-hamba hanya mengatakan apa yang hamba lihat dengan mata sendiri. Hamba tidak berani membohongi Yang Mulia.” Sorot mata Qin Huang memerah. Semburat nadi di pelipis terlihat bersamaan terdengarnya kertakan gigi. “Pengawal!” Bariton tegas menahan kertakkan gigi mengiring beberapa pengawal istana masuk ke dalam ruanga
Qin Huang merangkul erat pinggang kecil Yinping hingga kedua tubuh mereka menempel. Tindakan itu berlanjut, dia hendak mengecup, tapi yang didapatnya adalah penolakan dari Yinping. Tangan yang merangkul itu terlepas, tubuhnya terenyak ke belakang setelah mendapatkan penolakan yang cukup kuat di bidang datar.“Aku benar-benar lelah, yang mulia. Maaf telah mengecewakanmu, silakan keluar!” Yinping mengarahkan tangannya ke pintu keluar dengan wajah datar, “Wuhan!” teriaknya menoleh ke samping,tapi setelah lewat beberapa detik bayangan Wuhan tak juga muncul. Suasana tegang itu sedikit berubah saat Qin Huang tertawa. “Kau mendorongku dengan begitu kuat Yinping, kau tidak lelah, tapi sengaja menolakku!”“Benar! Lantas kenapa?” tantang Yinping menatap angkuh, “pernikahan ini hanya karena aliansi. Jika bukan terpaksa, aku tidak akan pernah menjadi selirmu, bahkan dalam mimpi pun tidak!”Perkataan ini membuat telinga Qin Huang panas. Dia tahu jelas apa alasan Yinping menolaknya. Mer