Share

VII

“Oh ...,” jawab Amanda singkat mendengar kabar itu, sedangkan tiga pelayan lainnya menatap ke arahnya dengan gugup.

“Dia tak akan melaporkan perbuatan kita pada suaminya, ‘kan?” bisik pelayan yang sedari tadi memerintah Amanda pada pelayan lain yang urung memakan sup di depannya.

“Tenang saja ia sudah dilupakan, bahkan jika ia memberi tahu suaminya kurasa Tuan Besarlah yang pertama mati.”

Amanda melirik sekilas pada mereka, kemudian kembali melanjutkan memotong tumpukan labu di hadapannya.

“Kau tak tahu? Pangeran tak pernah memberimu kabar? Ayahmu tak memberi tahu?” tanya Nesa bertubi-tubi.

Amanda menggeleng pelan. “Tidak” jawabnya lirih.

Pelayan yang tadi berbisik itu tersenyum sambil menaikkan kedua alisnya. “Lihat aku benar ‘kan, ia tak memiliki daya tarik! Pangeran terlalu jijik padanya hingga tak mau menyentuhnya dan sekarang malah sudah melupakannya!” ujarnya nyaring mencemooh Amanda.

Mendengar hal itu gadis bersurai perak itu bangkit dari tempatnya kemudian pergi meninggalkan dapur tanpa berkata sepatah kata pun.

“Hei! Mau kemana kau?! Akan kulaporkan pada Nyonya Besar, lihat saja! Dasar kain gombal!” jerit salah seorang pelayan yang ingin menyusul Amanda tapi ditahan oleh Nesa di depan pintu dapur.

Bagi mereka Amanda hanyalah kain gombal yang dibuang begitu saja oleh suami dan keluarganya, ia sama sekali tak berharga.

“Apa yang harus kulakukan sekarang?” gumam Amanda. “Kenapa aku merasa sedih? Bukannya ia tak akan mungkin mengingatku? Jangan mengharapkan ini seperti cerita novel romantis, Amanda. Sadarlah!” Gadis itu menepuk kedua pipinya dengan kencang yang menghasilkan semburat merah muda. “Aku harusnya tak bersikap membangkang yang akan menyusahkan diriku sendiri, Amanda bodoh!” rutuknya sambil berbalik ke arah dapur dan bersiap menghadapi para pelayan yang murka akibat sikapnya barusan.

Kontras dengan keadaan Kota tua Sulli yang tenang, ibu kota Anarka pagi ini tampak gegap gempita menyambut kepulangan Pangeran Hitam. Sudut-sudut kota dipenuhi dengan bendera Singa Emas, siap untuk menyambut pahlawan perang itu. Warga kota sudah berdiri di sepanjang jalan perbatasan hingga pintu masuk kerajaan, menanti dengan suka cita kedatangan Pangeran Hitam. Kemenangan legiun hitamnya menjadi topik pembicaraan utama di setiap pertemuan warga Anarka.

“Ini sungguh kemenangan besar, Pangeran Hitam menguasai daerah Exilas yang terkenal subur dengan luas sepertiga Anarka! Ia bisa disebut sebagai salah satu dari sepuluh besar penguasa terkaya di dunia”

“Kau dengar cerita para pengelana yang melintas di gurun dekat Exilas? Mereka sampai merinding ketika seruan kemenangan pasukan Pangeran Hitam bergema di langit, sangat kontras dengan jeritan pilu pengawal kerajaan negeri tembok baja itu.”

“Hal yang paling mengerikan saat baju zirah Pangeran Hitam yang nyaris berubah warna menjadi merah darah sedangkan pria itu dengan tatapan sedingin es memamerkan kepala Raja Exilas yang telah ia penggal di balkon istana.”

Riuh rendah percakapan hangat warga ibu kota Anarka mulai mereda saat tiupan terompet terdengar. Tak lama barisan rapi pasukan dengan baju zirah serba hitam disusul pasukan berkuda dan pasukan gajah –yang membawa meriam- memasuki kota. Entah karena warna atribut pasukan yang serba hitam, atau karena bau khas darah yang masih menempel di pedang, tombak, dan senjata lainnya, suasana tiba-tiba begitu kelam menyesakkan, tak seperti tadi yang terlihat berwarna penuh keriaan.

Semua orang tiba-tiba terdiam ketakutan, saat pemeran utama dalam parade itu muncul. Pangeran Hitam terlihat angkuh dan kejam menunggangi kuda hitam ras shire-jenis kuda terbesar di dunia-. Selain karisma Pangeran Hitam yang sangat mengintimidasi, warga kota juga dibuat terkagum-kagum dengan betapa tampannya paras putra mahkota ketiga itu.

Rahangnya yang tajam, tulang hidung yang tinggi, ditambah dengan sorot mata hitam yang dingin seolah terbingkai sempurna di wajah tampannya. Pria itu bagai karya seni berjalan. Sepertinya ini kali pertama sejak lima belas tahun yang lalu warga kota melihat kembali sosok Pangeran Hitam.

“Kuharap wanita itu sudah tahu tentang hal ini,” batin Pangeran Hitam dengan senyuman sinis menghiasi wajahnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ling Ling
penasaran....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status