Share

Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam
Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam
Penulis: missingty

I

“Selamat … kau akan menikah,” gumam seorang gadis yang berdiri di hadapan sebuah cermin antik nan indah. “Yah, kau sungguh akan menikah ...,” ulangnya lagi pada pantulan dirinya yang tampak menyedihkan dengan wajah sayu dan tatapan hampa.

Alunan lagu-lagu romantis bisa terdengar di luar kamar gadis tersebut. Alih-alih terdengar merdu alunan lagu tersebut lebih mirip hymne kematian di telinganya, menyakitkan sekaligus menyesakkan dada.

Bagaimana caranya bangun dari mimpi buruk ini,” batin gadis itu dengan ekspresi pilu bercampur  takut. Dia mencengkeram gaun seputih salju yang membingkai tubuh mungilnya, merasakan sejumlah permata menusuk telapak tangannya. “Sakit … ini benar-benar kenyataan, Amanda.” Alis gadis itu bertaut, “bagaimana ini bisa terjadi?

Gadis itu masih tidak mampu menerima kenyataan di hadapannya sekarang. Ia menutup matanya, mencoba mengulang kembali kejadian dini hari tadi saat dirinya berdiri kaku di tengah-tengah keluarga ‘asing’nya. Tatapan dingin ayah, ibu, dan adik tirinya serasa menusuk dirinya.

“Amanda,” panggil seorang pria dengan janggut tebal berantakan yang tampak jauh lebih tua dari umur sebenarnya.  “Kenakan pakaian itu,” perintah Baron Broke dingin pada putri kandungnya.

“Ada apa ini? Apakah mereka akhirnya menerimaku?"  Pertanyaan bertubi-tubi terus bermunculan di benak gadis yang sudah menginjak usia sembilan belas tahun itu. Sebuah harapan muncul dari rasa rindu yang begitu besar akan sebuah keluarga, didasari perlakuan berbeda dari ayahnya hari ini.

Melihat Amanda tak bergeming, gadis yang sedari tadi duduk di samping Baron Broke mulai mengumpat, “Penyakitan!” ucapnya seraya mengernyitkan dahi, seakan jijik.

“Gisella,” Baron Broke memanggil gadis tersebut, terkesan ingin menegur. Namun, dia malah berkata, “Apa yang kau harapkan? Dia memang cacat sejak lahir.”

Cacian dan hinaan adalah makanan sehari-hari Amanda. Lagi pula, selain cacian, pukulan dan tendangan juga merupakan hal yang biasa dia terima dari keluarganya. Perlakuan kejam dari ibu dan kakak tirinya bukanlah masalah baginya, seakan gadis itu sudah terbiasa.

Namun, tidak dengan perlakuan Baron Broke—ayah kandungnya. Seseorang yang sedarah dengannya, Amanda tak akan pernah terbiasa dengan rasa sakit itu. Selalu semakin sakit dari waktu ke waktu.

Amanda menundukkan kepalanya, membiarkan rambut keperakan menutupi separuh wajahnya. “Aku pun tak ingin terlahir berbeda ....” Manik ungunya menatap ke arah kulit seputih salju miliknya. “Apa aku seburuk itu?

Gisella menyeringai, puas dengan wajah terluka Amanda akibat komentar sang ayah. “Kau pasti bertanya-tanya kenapa kami memanggilmu ke sini,” ujar gadis berwajah kotak itu. “Mari aku bantu Ayah memberitahukanmu, kau akan segera menikah. Hari ini juga.”

Amanda segera menengadahkan kepalanya. “A-apa?” Matanya terbelalak lebar.

“Kau akan menikah dengan seorang pangeran, betapa beruntungnya gadis cacat sepertimu berjodoh dengan seorang pangeran,” timpal ibu tirinya sambil tersenyum sinis.

“Mereka pasti bercanda, ‘kan?” tanya Amanda dalam hati, tak berani mengutarakannya. Tapi ia sadar, sejak kapan ibu dan adik tiri mengajaknya bergurau, mereka tak seramah itu pada dirinya.

Hati Gisella semakin berjingkrak riang melihat keterkejutan Amanda. “Tidakkah itu terdengar seperti mimpi? Calon suamimu seorang Pangeran yang memiliki wajah tampan, juga fisik yang sempurna.” Gadis itu melanjutkan dengan alis kanan terangkat, menampakkan ekspresi mengejek. “Namun, semua itu hancur karena cedera yang dia dapatkan saat perang. Dia adalah seorang pangeran cacat.” Gisella menunjukkan wajah simpati pura-puranya hanya sesaat kemudian lengkungan tipis muncul di bibirnya. “Tapi itu artinya kalian berjodoh, ‘kan? Sama-sama cacat!”

Tawa melengking terdengar bergema dalam ruang utama mewah tersebut. Tak hanya Gisella, tapi ibunya juga tertawa sinis.

Kedua alis Amanda bertaut sambil menatap putus asa pada ayahnya, tapi pria tua itu malah membuang mukanya. Baron Broke hanya terdiam di pojok ruangan, seolah tak peduli alih-alih membela anak yang sudah ia buang delapan tahun lalu ke puri tua di belakang kediamannya sendiri.

Gisella tersenyum, lalu menghampiri Amanda. Dia melewati gadis itu dan berhenti ketika dirinya berada di belakang kakak tirinya itu. Mendadak, Gisella menjambak surai keperakan milik Amanda dan memaksa gadis itu untuk menatap dirinya.

Amanda meringis sembari bertanya-tanya dalam hati, “Bukankah Gisella sepanjang hidupnya ingin menjadi bangsawan kelas atas, kenapa bukan dia yang menikahi pangeran ini? Apa hanya fisiknya yang cacat?” Amanda merasa hal ini cukup aneh, “kenapa mereka menyodorkan pernikahan ini kepadaku?”

“Kenapa harus dirimu dan bukan diriku?” tanya Gisella seolah bisa membaca isi kepala Amanda. Seringai muncul di wajah kotaknya sebelum melanjutkan perkataannya. “Karena tentu saja aku tak ingin menikah dengan seorang pembunuh.”

“Apa maksudmu ...?” tanya Amanda sambil menahan sakit di puncak kepalanya.

“Pria itu telah membunuh dua istrinya. Darah adalah hal yang paling dia sukai, terutama ketika sedang berada di atas ranjang.” Gisella menyusuri jarinya di leher Amanda, membuat gadis itu memancarkan ekspresi sakit bercampur ketakutan. “Kau tentu pernah mendengar rumor tentangnya, bukan? Sang Pangeran Hitam.”

Amanda menatap lekat-lekat wajah adik tirinya, berharap kalau gadis itu hanya menakut-nakutinya seperti biasa. Tapi kilat mata Gisella tampak meyakinkan, seolah tak ada kebohongan di sana.

Pangeran Hitam, seorang pria yang selalu bermandikan darah hingga baju zirah hitamnya berbau anyir. Putra raja yang berhasil menjatuhkan semua musuh kerajaan tanpa mengedipkan mata. Kekejaman pria itu diketahui oleh semua orang.

P-pria itu … akan menjadi suamiku?!” Amanda kembali melemparkan pandangan memelas pada ayahnya. Namun, pria itu malah keluar begitu saja dari ruangan, menyisakan Amanda bersama dua orang yang paling ditakutinya; Ibu tiri dan adik tirinya.

Hal yang berikutnya terjadi seperti biasanya Amanda hanya menjadi mainan bagi Gisella dan ibunya. Siksaan dan cacian adalah hal yang tak pernah bisa dia hindari ketika berada dalam satu ruangan dengan kedua orang itu.

Amanda membuka matanya, sekali lagi menatap pantulan dirinya di cermin. Semuanya nyata, dia akan dijodohkan dengan pria paling berbahaya di kerajaan, juga akan mati di tangan pria tersebut.

“Pernikahan?” Amanda memasang sebuah senyuman tak berdaya di wajahnya. “Ini adalah hari kematianku.”

Komen (18)
goodnovel comment avatar
Affad DaffaMage
baru mulai sudah tegang banget, menarik
goodnovel comment avatar
Polorida Hutahaean
mantap ceritanya
goodnovel comment avatar
Marsa Marsa aulia putri
iya yah iy
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status