Share

III

“Apa benar kau dikutuk?” tanya Pangeran Hitam menyuarakan isi kepalanya.

Amanda hanya membuka  dan mengisi udara dengan mulutnya tanpa ada satu pun kata yang berhasil keluar, sedangkan hidungnya seperti berhenti menghirup oksigen.

“Kau penyakitan?!” tanya pria itu lagi, kali ini dengan intonasi yang lebih tinggi. Hanya isakan sebagai jawaban. Pangeran Hitam yang tak sabaran mendorong Amanda ke tembok.

BRAK!

Sekarang Pangeran Hitam mengungkung gadis mungil itu sembari mendongakkan dagunya. “JAWAB!”, bentaknya yang malah membuat air mata Amanda semakin tak terkendali.

“Ck! Kau bisu ya? Atau tuli?!” kembali Pangeran Hitam bertanya dengan kasar.

“T-ti-ti ...,” Amanda tak berhasil menyelesaikan perkataanya, akhirnya ia hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. 

Pangeran Hitam memiringkan kepalanya, memperhatikan bibir merah Amanda yang juga gemetaran. Gadis itu sudah pucat pasi yang membuatnya semakin seputih kapas, andaikata Amanda adalah sebuah lukisan maka perpaduan netra ungu ametyst dan bibir merah cherry diatas kanvas putih kulitnya  adalah kombinasi warna langka tapi sangat indah. Pria itu sedikit tertegun menikmati keindahan dalam belenggunya itu.

“Sial!” umpatnya kemudian entah karena apa.

Mata besar berwarna keunguan yang basah, dengan hidung mancung dan bibir merah merona yang terbuka sedikit, terisak-isak menahan tangis.

“Cantik. Sangat cantik,” batin Pria itu.

Netra hitam Pangeran mulai turun ke leher gadis itu, garis leher yang cantik mau tak mau membuat pria tampan itu menelan ludahnya. Kembali matanya menjelajahi tubuh gadis itu, matanya berhenti pada belahan dada yang terbingkai oleh maxi dress dengan belahan rendah. Padat berisi, membuat libido Pangeran Hitam tiba-tiba naik.

“Apa kau akan melaporkan semua hal yang akan terjadi malam ini pada Ratu?” bisiknya tepat di telinga Amanda. Gadis itu tak tahu harus menjawab apa pada pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam konteks yang tidak jelas.

“Ia melapor ke Ratu? Buat apa? Dan siapa dirinya?” tanyanya dalam hati.

“Hei ... Apa kau mandul?” suara berat Pangeran Hitam kembali terdengar di gendang telinga Amanda. Kali ini lebih jelas karena Pangeran menempelkan bibirnya tepat di daun kuping Amanda. Dan menggigitnya pelan. Seketika bulu roma gadis itu berdiri. Dan saat bibir tipis Pangeran mulai turun mengecupi tenguknya, Amanda berhasil mengeluarkan suaranya walau ketakutan yang teramat sangat masih menyelimuti.

“Pa-pa-pangeran ... .“

Dengan tangan gemetar gadis itu mencoba mendorong pria yang sedang meninggalkan tanda di ceruk lehernya.

“Ja-jang-jangan ... .”

Demi tuhan ia tak mengerti apa yang pria ini lakukan padanya, tapi hal itu membuat jantungnya berdetak kian cepat dan hawa panas mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Pangeran Hitam menghentikan hisapannya, ia kembali menatap tajam gadis itu.

“Kau bisa bicara juga ternyata, kukira kau bisu. Jadi apa kau akan melaporkan segala hal pada sang Ratu? Berapa banyak ia membayarmu?”

Alis Amanda bertaut, “A-aku ... t-tak ... m-mengerti, s -sungguh ...,” jawabnya kemudian terisak kembali. Rahang Pangeran Hitam mengeras, ia tampak sangat jengkel tak berhasil mendapat informasi yang dia harapakan.

“Jangan kira aku mudah dibodohi! Sudah beratus-ratus orang mengeluarkan air mata di depanku, kemudian menusukku dari belakang, dan kau tak ada bedanya dengan mereka!” ucap pria itu sambil mencengkram kedua lengan Amanda dan membuat matanya sejajar dengan gadis itu. Menatap tajam pada netra ungu yang masih terus dialiri air. Amanda menghentikan kontak mata itu dengan menutupi kedua netranya.

Kembali bentakan keluar dari mulut sang Pangeran, “JANGAN TUTUP MATAMU!” dan cengkraman di kedua lengan gadis itu semakin erat. Gadis itu langsung membuka matanya, melemparkan pandangannya jauh ke pintu di seberang tempat mereka berdiri.

“Tuhan, aku takut. Aku ingin lari, lari sejauh mungkin dari ruangan ini! Aku bahkan tak tahu nama pria ini!” batin Amanda.

Jika dibandingkan ketakutannya pada pria ini maka ketakutan pada keluarga tirinya bukanlah apa-apa. Setidaknya keluarga tirinya tetap akan membiarkannya hidup, berbeda dengan monster besar yang mengukungnya sekarang.

“Tatap aku!” desis Pangeran dengan nada memerintah. Kembali sepasang manik ungu itu bertemu dengan netra hitam kelam. Amanda bisa merasakan napas berat sang Pangeran, ekspresinya tampak menginginkan sesuatu dan saat ini tak ada jarak di antara tubuh mereka. Gadis itu merasa ada sesuatu yang menekan perutnya, seringai muncul di bibir tipis pria tampan itu.

“Siapa namamu?” tanya Pangeran Hitam dengan suara baritonnya.

 “A-a-amanda W-w-wha-white ...,” jawab gadis itu parau.

Pangeran Hitam menaikkan sebelah alisnya. “Hmm. Aku akan memberikanmu bahan untuk dilaporkan kepada sang Ratu,” ujarnya sebelum merobek gaun pengantin Amanda White.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Lena Pangala
Wkwkkw bodohnya amanda
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
msksjzjzjsisnsjsibsnxkndkd
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status