Share

Bab 05: Kontrak Pernikahan

Lucas yang sebagai asisten pribadinya, ia meninggalkan tempat parkir mobil milik Tuannya, bergegas masuk kelantai rumah sakit, dimana ayah Aurora akan melakukan operasi. Ia segera mengurus mengenai segala hal pembayaran untuk perawatan ayah Aurora.

"Tuan, Nona Aurora?" ujar Susan bertanya kepada Lucas, yang saat itu menghampiri mereka.

"Dia sedang berbicara dengan tuan Xavier, tidak perlu khawatir!" Sahut Lucas penuh peringatan.

Ia bahkan langsung pergi untuk menemui dokter, agar segera melakukan operasi kepada ayah Aurora.

"Dok, lakukan yang terbaik, ini perintah tuan Xavier!" Tegas Lucas dengan nada serius.

"Baik Tuan, kami akan berusaha." Sahut dokter tersebut.

"Kalian boleh kembali, tuan Xavier telah mengutus anak buahnya untuk berjaga disini." Tegas Lucas kepada kepala penyidik kasus Ayahnya Aurora. "Masalah ini, biar nanti Tuan Xavier yang mengurusnya setelah keadaan Tuan Jordy stabil!"

Semua mengerti bahwa ucapan Lucas itu, mengandung peringatan dan perintah mutlak dari seorang Xavier.

"Baik Tuan, kalau begitu kami permisi."

Kepala penyidik itu, membungkuk hormat dengan sopan, ia dan anak buahnya segera bergegas meninggalkan tempat tersebut.

"Kalian, kembalilah! Tunggu keputusan tuan Xavier." Ujar Lucas kepada Susan, bibi Lani, dan bawahannya tuan Jordy.

"Tapi Tuan?" Sahut Susan hanya bisa menggantungkan ucapannya sendiri, ketika ia melihat ekspresi Lucas yang saat itu langsung menatapnya dengan tajam.

"Apa kalian tidak mengerti apa yang sedang terjadi?" ujarnya kembali menegaskan, bahwa siapapun tidak ada hak untuk bernegoisasi, terutama mereka.

"Jangan membuat pengorbanan Nona kalian sia-sia!" tegasnya.

Dengan ekspresi wajah serius dan penuh penekanan, Lucas mulai geram terhadap orang yang ngeyel, ia langsung meninggalkan tempat tersebut tanpa menoleh membali.

"Sekretaris Susan, apa yang akan terjadi kepada Nona Aurora?" Tanya bibi Lani khawatir.

"Bi, ingat! Jangan pernah bahas hal ini kepada tuan Jordy nanti."

Susan mengingatkan dan menegaskan seraya menghela nafas panjang yang berat, "Biarkan nona Aurora sendiri yang mengatakannya kepada Tuan!" sambungnya.

Bibi Lani mulai sedikit mengerti dengan apa yang tengah terjadi.

"Apa jangan-jangan, Nona membuat sebuah perjanjian dengan yang namanya Tuan Xavier itu?"

Dalam hatinya ia sedikit menebak, seraya mengerutkan kening penuh rasa khawatir.

"Nona Aurora, anda menyelamatkan semua orang, tapi anda mengorbankan dirimu sendiri, apa anda tidak tahu orang seperti apa tuan Xavier itu." Ujar Susan dalam hatinya seraya berkali-kali menghembuskan nafas berat, dengan ekspresi khawatir diwajahnya.

"Bi, kembalilah kerumah, saya yang akan menjaga Tuan disini, tolong siapkan segala macam untuk keperluan Tuan!" ujar Susan.

"Kamu tolong antarkan bi Lani pulang!" Serunya kepada salah satu bawahan ayahnya Aurora yang bisa dipercaya menurutnya.

"Baik, Nona." Sahut kedua orang tersebut bersamaan. Bi Lani juga segera pergi meninggalkan rumah sakit.

.........................................................................................................................

Didalam mobil milik Xavier, Aurora hanya terdiam menundukkan kepala tanpa berbicara.

"Apa kau menyesal?" tanya Xavier tegas, seraya ia melirik wajah Aurora dengan sinis.

"Tidak Tuan." sahutnya pasrah.

"Kita akan pergi ke kediamanku, untuk menandatangani kontrak hutang-hutang dari ayahmu!" tegas Xavier dengan santai.

"Baik Tuan, tapi ayah saya--"

"Dia sudah masuk ruang operasi." Jawab Xavier tegas dan dingin memotong ucapan Aurora.

Setidaknya Aurora bisa sedikit bernapas lega, baginya yang terpenting adalah nyawa ayahnya bisa terselamatkan.

Sementara dirinya, mulai saat ini, hidupnya berada dalam genggaman seorang pria gila yang berdarah dingin, yang terkenal dengan segala kekejamannya.

Lucas yang telah datang menghampiri mobil Xavier, ia langsung berdiri berbalik memunggungi mobil tersebut.

"Menyetirlah!" ujar Xavier kepada Lucas, seraya membuka sedikit kaca mobilnya.

Lucas segera bergegas masuk kedalam mobil, dan langsung menggenggam erat kemudinya.

"Tuan?" ujar Lucas bertanya.

"Kembali ke kediaman pribadi!" Sahut Xavier dengan tenang.

"Baik tuan."

Dalam hati Aurora ia berkata-kata, dengan menatap keluar arah kaca mobil, menatap langit yang sudah gelap, seperti hati dan hidupnya saat ini, yang seketika menjadi sebuah cerita hitam pekat dalam hatinya.

"Ibu... Aurora tidak tahu apa yang akan terjadi kepada Aurora setelah ini, maaf kalau aku membuat ibu kecewa, tapi aku tidak ingin kehilangan ayah Bu." dalam hatinya berbicara dengan pilu, seraya ia meneteskan air mata menatap gelapnya malam.

Xavier saat itu hanya melirik sedikit kearah Aurora, dengan ujung matanya. Ia menghela nafas panjang kemudian memejamkan matanya, menyandarkan tubuh ke kursi mobil miliknya.

Suasana didalam mobil yang sangat mencekam, tanpa sebuah pembicaraan dari ketiga orang tersebut, membuat suasana begitu sunyi sepi.

........................................................................................................................

Setelah beberapa lama diperjalanan, mereka tiba di kediaman milik Xavier, sebuah bangunan yang sangat megah dan luas, bak sebuah keraton kerjaan. Namun suasana dari luar halamannya begitu sepi dan dingin, seperti tidak ada orang yang menempati kediaman tersebut. Walau begitu mewah, tapi auranya terasa begitu mencekam dan penuh tekanan, terutama bagi orang yang pertama melihatnya.

Aurora melirik semua arah disekeling kediaman tersebut, ia seketika bergidik merinding dibuatnya. "Apa ini adalah kediaman manusia, kenapa terlihat seperti kediaman para vampir dalam film-film." Ucapnya dalam hati seraya sekujur tubuhnya terasa begitu berat untuk melangkahkan kakinya lebih jauh lagi.

"Apa kau berfikir bahwa ini bukan kediaman manusia?"

Xavier spontan menebak isi pikirannya, hal itu sontak membuat Aurora kaget dibuatnya, bahkan pikirannya bisa ditebak dengan benar.

"Tidak Tuan, rumah ini sangat mewah." Sahut Aurora sedikit canggung.

"Mulai dari sekarang, rumah ini adalah tempat tinggalmu, tanpa ijin dariku, kau tidak boleh meninggalkan kediaman ini!"

"B-b-baik Tuan." Sahut Aurora menjawab sedikit gelagapan.

Xavier yang melihat ekspresi Aurora yang ketakutan, ia hanya menyeringai dan mendengus pelan.

Kini mereka akhirnya sampai dilantai tiga, dimana ruangan kerja pribadi milik Xavier berada.

"Ikuti aku!" tegas Xavier kepada Aurora.

Ia hanya bisa menurut dengan patuh, mengikuti kemana langkah kaki Xavier menuju.

"Lucas!"

Xavier meminta sebuah lembaran kertas yang isinya adalah sebuah perjanjian kontrak, yang harus Aurora tanda tangani.

"Baik."

Lucas segera mengambil kontrak perjanjian itu, dan meletakannya diatas meja, dihadapan Aurora

"Tanda tangan itu!" Ucap Xavier tegas kepada Aurora, seraya menunjuk kontrak tersebut.

"Bolehkah saya membacanya terlebih dahulu Tuan?"

"Kau sangat banyak waktu ya... aku begitu sibuk untuk menghambur-hamburkan uang, terutama bagi orang-orang yang bersalah dan tidak penting." tukasnya.

Aurora yang mendengar ucapan Xavier tersebut, ia ketakutan setengah mati, dan segera menandatangani kontrak tanpa pikir panjang.

"Patuhlah, dan jadilah anak baik di rumah ini!" Ucap Xavier mencondongkan tubuhnya kepada aurora, seraya menyentuh bawah dagu wanita itu dengan telunjuknya, diangkatkannya ke arah dirinya, hingga wajahnya berhadapan cukup dekat.

"Baik Tuan."

Lagi-lagi, Aurora refleks dan langsung mundur menjauh dari Xavier.

"Cih." Ucap pria itu kesal.

BRAAK....

Xavier segera pergi meninggalkan ruangan tersebut, menutup pintu dengan sangat keras

Aurora hanya bisa terdiam mencengkram kontrak itu erat. Menunduk, dan gemetar melihat kekesalan Xavier kepadanya.

"Nona, silahkan ikuti saya!" ujar Lucas membawanya ke sebuah kamar, yang sudah diperintahkan sebelumnya oleh Xavier.

"Ini kamar untukmu Nona, silahkan istrahat! mulai besok anda harus mematuhi semua yang diucapkan dan diperintahkan oleh Tuan muda Xavier!" Tegas Lucas dengan serius diwajahnya.

"Apapun itu, Tuan?" Ucap Aurora bertanya dengan ragu.

"Nona, patuhlah! Kalau anda dan ayah anda masih ingin hidup!"

Lucas mengingatkan Aurora dengan tegas, yang saat ini banyak bertanya, membuatnya sedikit jengkel oleh ocehan wanita tersebut, yang sama sekali tidak mengerti posisinya saat ini.

"Baik Tuan."

Lucas langsung melangkah pergi meninggalkan Aurora, ia segera menghampiri dimana Tuannya berada.

"Tuan, apa ada hal lain lagi yang perlu saya lakukan?" Ucap Lucas bertanya kepada Xavier.

"Apa dia sudah kau urus?"

Xavier bertanya, Mengacu kepada kamar Aurora yang sudah disiapkan sebelumnya.

"Tentu Tuan." jawabnya.

"Pergilah istrahat, mulai besok kau akan lebih sibuk dari biasanya."

"Baik, kalau begitu saya permisi." Ucap Lucas seraya membungkuk. Sementara Xavier hanya melambaikan tangannya saja, menandakan agar Lucas segera pergi meninggalkannya sendiri.

"Cih... wanita itu benar-benar sudah tidak mengenaliku ya?" gumam Xavier seraya menarik napas panjang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status