Share

Kesal

Seperti pencuri yang tertangkap basah, Verana pasrah diseret Ratna, yang mengaku sebagai ibunda Josh. Mendengar bel dan ketukan di pintu mengganggu aktivitas membaca majalahnya terganggu. Asisten rumah  tangganya sedang pamit mandi, mau tidak mau Ratna harus membuka pintu rumah. 

“Sebenarnya nama kamu siapa?” tanya Ratna menyelidik. Setelah menarik tangan Verana secara paksa dan gadis itu pasrah, wanita yang masih terlihat awet muda itu menyuruh Verana duduk di sofa. 

“S-saya Verana, Tante.” Meskipun kesal lantaran menyebut nama anaknya brengsek, tapi wanita itu tetap menerima uluran tangan Verana. 

Setelah tangan Ratna menyentuh kening Verana, keduanya sama-sama terdiam. Ratna dengan tatapan penuh tanya dan menyelidik, Verana yang takut, cemas dan gelisah. 

“Terus?” Setelah terdiam cukup lama, Ratna membuka obrolan lagi. 

“Emm, saya mau ketemu Josh, Tante.” Verana sangat gugup dan meremas tangannya mencoba menghilangkan rasa takutnya. Tatapan wanita ini sangat tajam, seperti silet yang berkilau terkena sinar matahari. 

“Josh gak ada di rumah, biasanya dia di apartemen. Kamu siapanya?” Ratna menyesap kopi yang sudah ada sebelum Verana hadir. 

“Kamu mau minum apa?” tawarnya lagi, meskipun kaki kirinya bertumpu di atas kaki kanannya, tetapi tetap ingin menjamu tamu. 

“E-enggak usah repot-repot, Tan.” Tentu saja wanita anggun itu tidak mendengarnya, sudah terlebih dahulu melangkah menuju dapur. Hal itu berhasil membuat Verana mengumpat. 

.

“Saya hamil, Tante,” ucap Verana pelan setelah mencoba menetralkan detak jantungnya yang berdetak sepuluh kali lebih cepat, nyaris copot. Keringat dingin di dahinya begitu jelas dan bibirnya yang bergetar meski sudah mengeluarkan aibnya. 

“Kamu bercanda?” Ratna tertawa ringan lalu menyuruh gadis di depannya untuk meminum jus mangga yang dibuat asistennya. “Kamu harus coba ini juga setelah minum jus,” ujar Ratna setelah mencomot bolu kukus di atas piring. 

Ada tiga potong bolu kukus perisa pisang menurut pengamatan Verana setelah melihat ada potongan-potongan pisang kecil. Dari aromanya tentu membuat perut Verana meronta-ronta ingin diisi. Tapi rasa malu dan gengsi bersembunyi di balik rasa sopan sebagai tamu. 

“Saya enggak bercanda, Tan.” Verana menguatkan tekad untuk menatap wajah wanita anggun itu. Tampaklah alis Ratna terangkat ke atas, meminta penjelasan yang lebih. 

“S-saya ....” 

“Kamu siapanya Josh?” Belum selesai Verana memberikan penjelasan, wanita itu sudah menyela. 

“Saya pacarnya, Tante.” Kerutan di dahi Ratna muncul. Rasa tidak percaya, marah, kesal bercampur aduk dalam pikirannya. Pacar, hamil. Itu artinya Josh telah menghamili anak gadis orang? 

“Jangan bercanda, berapa yang kamu minta bisa saya kasih sekarang.” Nada putus asa bisa ditangkap Verana. 

“Saya enggak bercanda, Tante. Saya ke sini butuh pertanggung jawaban.” Verana berbicara lancar kali ini meski tatapan tajam Ratna ingin membunuhnya. 

“Josh enggak mungkin seperti itu!” bantah wanita itu. “Jujur saja, kamu pengemis dari mana?” lanjutnya. 

Seolah wajahnya tersiram air panas, Verana lantas berdiri. Wanita yang merupakan ibunda Josh merendahkannya? 

“Maksud Tante?” Pertanyaan yang jelas-jelas konyol keluar dari kedua bibir tipisnya. 

“Kamu mau mengemis dengan pura-pura hamil, kan?” Wanita itu juga berdiri kemudian melipat kedua tangan di bawah dada. 

“Enggak gitu, Tan. Josh emang pacar saya dan kami sudah melakukan itu,” elak gadis itu. Enak saja wanita itu merendahkannya sebagai pengemis, meskipun ayahnya hanya petani dan ibunya guru SD di desanya, belum pernah orang merendahkannya. 

“Berarti kamu ....” Ratna sengaja menggantungkan ucapannya dan membuat Verana semakin cemas. 

“... Murahan?” Verana memukul meja bening dengan secarik kain mahal sebagai pelapisnya. 

“Tante merendahkan saya?” Pertanyaan konyol yang jawabannya sudah tersirat, Verana kesal. 

“Hmm, saya rasa kamu paham maksud saya, kamu bisa tulis nomor rekening kamu. Pergi jauh dari hidup kami.” Wanita itu meletakkan kertas dan pulpen yang awalnya terselip di majalah.

“Tulis saja berapa yang kamu mau,” ucap wanita itu santai dan melenggang menaiki tangga yang mengubungkan lantai atas dan bawah. 

“Sesantai itu?” Verana menganga tidak percaya, sesantai itu, ya, kehidupan orang-orang kaya? 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status