Share

Percaya

Setelah mengambil tas dari sofa, Verana gegas meninggalkan ruang tamu yang mewah itu. Kertas itu sama sekali tidak diberikan coretan barang setitik pun. 

Marah, kecewa, kesal, panas menjalari tengkuknya, napas tidak teratur, meski malam sudah datang membawa angin yang menyejukkan. Verana merasa gerah. 

“Sialan!” Itu adalah kata terakhir setelah dia pamit pada satpam dan menerima kartu nama pemilik rumah itu. 

.

Tak berselang lama setelah Verana meninggalkan rumahnya, Ratna menghela napas lega. 

“Huh, memangnya saya gampang ditipu?” Ratna mencebikkan bibirnya merasa bangga karena bisa memberantas seorang Verana yang dianggapnya penipu. 

“Papa pulang!” Teriakan dari pintu depan itu membuat wanita itu berhenti mengoceh. Dka segera menyambut suami tercintanya yakni ayah Josh. 

Menikmati teh hangat dan bersantai di ruang keluarga, Ratna dan Josh bercerita tentang satu hari ini. Ratna juga menceritakan tentang Verana yang mengaku hamil dan pacarnya Josh. 

“Terus?” Josua yang sudah membuka kancing kemejanya bertanya penasaran. 

“Aku usir dong, Pah. Mama gak mau kejadian di rumah kakak Mila terjadi di sini.” Ratna kembali mencomot kue dan memakannya. 

Ratna dua bersaudara, satu lagi namanya Mila. Mereka berdua sama-sama mempunyai anak laki-laki yang beranjak dewasa. Nama anak Mila adalah Krish. 

Pernah suatu hari Krish menang sebagai juara pertama di pertandingan basket antar kampus, seorang gadis datang mengemis pertanggung jawaban ke rumahnya. Mila tentu saja sangat syok, gadis itu mengaku hamil anak Krish. Saat itu Krish dan ayahnya sedang di luar, jadi Mila langsung saja meneleponnya, memarahi Krish karena menghamili anak gadis orang. 

Di luar dugaan, gadis itu hanya meminta uang tiga ratus juta dan langsung dipenuhi Mila. Dia marah pada anak laki-lakinya dan kasihan pada gadis di depannya. Setelah gadis itu pergi, Krish dan ayahnya baru sampai. Mila menjelaskan kejadian itu dengan menggebu-gebu sembari memarahi Krish, anak satu-satunya. 

“Mama udah melakukan hal yang tepat, kan, Pah?” Josua berdehem menanggapi. 

Setelah bercerita dengan Mila yang tertipu, Mila mengajari adiknya itu supaya berhati-hati karena keluarga mereka memang terpandang, kaya. Mila saat itu kecolongan dan terhipnotis. Uang tiga ratus juta hangus begitu saja. 

.

“Kamu datang ke rumah aku?” tanya Josh langsung tanpa basa-basi. Setelah acara makan malam keluarga, Josh langsung menemui Verana di kontrakannya. Tidak peduli malam semakin larut, mendengar cerita mamanya, dia merasa marah. Untuk apa Verana mengadu ke rumahnya? 

“Iya, kenapa?” Verana yang sedang mengerjakan tugas di meja belajarnya lantas berdiri karena pintu yang belum dikunci itu terbuka lebar dan menampakkan Josh yang mengenakan baju santai. 

Verana tersenyum miring melihat sorot mata Josh tang frustasi, muncul juga setelah beberapa hari tidak menampakkan batang hidungnya. 

“Kamu ngadu apa aja ke Mama?” 

“Aku aduin kamu bejat! Gak mau tanggung jawab.” Josh terdiam di tempatnya. Masih berdiri di samping meja belajar. 

“Mama kamu juga, ... sama.” Suara Verana memelan di akhir. 

“Maksud kam—“ 

“Gak usah dilanjut, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya,” sela Verana cepat. 

“Gak sopan!” Josh marah, merasa terhina. Dia hendak melayangkan tamparan untuk wajah pacarnya itu. Dengan cepat Verana menghindar, setahun bersama Verana sudah tahu apa yang membuatnya jinak. 

Kedua tangan mungilnya mendekap Josh dari belakang. Mengelus perut Josh dengan sangat lembut membuat Josh menggeram menahan amarah. Dari elusan gadis itu dia tahu akan ke mana ujungnya. Josh yang sudah hafal kamar Verana langsung saja menariknya cepat. Mengunci pintu dan melakukan aksinya. Verana bernapas lega untuk saat ini. Masalah besok akan dia pikirkan besok saja. 

.

Seperti seseorang yang pasrah, Josh duduk di bibir kasur yang tipis. Dia mengapit rokoknya di bibirnya yang tebal. Asap mengepul di kamar itu membuat Verana yang awalnya berbaring menggunakan paha Josh sebagai bantalnya sontak duduk. Terbatuk-batuk dan meneguk sebotol air mineral. 

“Kamu jangan ngerokok! Gak baik buat aku.” Josh menghembuskan napasnya, membuat kepulan asap di wajah Verana. 

“Biasanya juga gini,” jawabnya pelan. Setelah memuaskan nafsunya bersama Verana, Josh langsung tunduk. Dia tidak lagi marah dan mengikuti ucapan Verana. 

“Beda, sekarang udah hamil.” Josh mematikan rokoknya dan beralih menatap gadis yang di sampingnya. 

Hening menguasai sejenak, jam menunjukkan pukul tiga pagi. Josh sudah terbiasa tidak pulang ke rumah, terlebih dia sudah dewasa dan orang tuanya juga paham anak muda menginap di rumah temannya atau menginap di apartemen yang sudah disewa. 

“Jadi gimana?” Keheningan itu bubar, Verana mulai bertanya bagaimana hubungan mereka selanjutnya. 

“Aku belum siap, Ra.” Wajah Josh menjadi memelas. 

“Sampai kapan? Sampai anak ini lahir? Lahir gak punya papa? Atau sampai aku mati?” 

“Jangan gitu, Ra.” Josh mendengus tidak suka. 

“Tapi sampai kapan? Kamu mau kehilangan aku?” 

Pertanyaan Verana seperti menyudutkan Josh, dia yang biasanya terkenal tegas dan bisa mengatasi masalah di kampus, kali ini dia tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Setelah menimang beberapa saat, memikirkan dampak dan sebagai macamnya, Josh mengangguk. 

“Nanti kita cek kandungan,” ucap Josh membuat Verana bersorak senang. Dia lantas memeluk lelaki tampan itu. Josh kembali meminta Verana untuk melakukan hubungan. 

Verana itu bodoh, hanya dengan janji manis Josh, dia merelakan semuanya. Harta berharga seorang perempuan sudah koyak, memakan janji manis Josh yang membuatnya hampir gila. 

.

“Kamu udah percaya, kan?” Setelah dipersilahkan keluar dari ruangan, Josh dan Verana duduk di bangku yang disediakan khusus untuk pasien. 

“Kamu gak senang?” tanya Verana lagi ketika Josh hanya terdiam. Bibir lelaki itu kelu, tidak tahu harus bagaimana. Senang atau sedih. 

“Ayo beli susu hamil,” ajak Josh untuk mengalihkan perhatian gadis yang tengah menhandung anaknya itu. Dia masih bingung, berada di fase ini membuatnya sulit. Menikah atau melanjutkan pendidikan yang sudah semester enam, sebentar lagi akan menyusun skripsi dan pasti akan sangat sibuk, terlebih dia sebagai ketua di kelasnya. Ditambah kesalahannya yang menyemburkan sperma di dalam rahim gadis cantik yang sedang bergelayut manja di lengan kokohnya. 

“Ayo!” Dengan semangat, Verana bangkit dari bangku lalu mencium pipi Josh sekilas. Tampaknya gadis itu sangat bahagia. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status