Share

A Fragile Heart
A Fragile Heart
Penulis: Jun

Hamil

“Aku hamil.” Dua kata yang terucap dari bibir tipis milik Verana Axelia membuat Josh pacarnya menganga kaget dan bola matanya memancarkan ketakutan. 

“Kita kan pakai pengaman, Ra,” elak Josh. Lelaki tampan yang bertelanjang dada dan mengenakan celana boxer itu menghela napas kesal.

Hasrat yang belum tersalurkan malam ini membuatnya kesal menahan amarah dan gejolak tubuh. Dia memandang Verana—pacarnya yang duduk di tepi kasur dengan dress selutut warna hitam. Gadis itu tidak menangis namun tatapan matanya kosong ke depan. Test pack yang semula ada di genggamannya sudah tergeletak di atas lantai lantaran Josh tidak percaya. 

Josh dan Verana sama-sama mahasiswa semester enam di Universitas Indonesia. Josh mengambil jurusan Hukum dan Verana mengambil jurusan Manajemen Akuntansi. Meski berbeda jurusa, tetapi kedua sejoli ini satu perasaan. Hanya saja ketika gadis itu mengaku bahwa dia hamil membuat Josh sedikit kesal. 

“Ini malam kita, Ra.” Josh mendekati gadis yang duduk di bibir kasur itu. Memeluknya dari belakang dan menciumi rambut hitam pacarnya. 

“Aku enggak bisa, Jo. Pantesan aja bulanan aku gak datang,” ucap Verana. Dia takut. 

“Terus, maunya apa biar mood kamu bagus, hmm?” Kini posisi mereka telah berubah, Josh memangku kekasihnya dengan mesra. Melancarkan rayuan manis agar gadis itu mau melayaninya seperti suami-istri, meskipum status keduanya belum jelas dan masih tahap pacaran. 

Josh dan Verana bertemu di perpustakaan, saat di mana Josh membantu Verana mengambil buku di rak paling atas. Tubuh Verana memang mungil, tetapi menggemaskan untuk Josh waktu itu. Kenalan lebih dekat, tukar nomor ponsel, jalan-jalan dan jadian. Pacaran versi mereka juga berbeda, tidur bersama di hotel yang disewa Josh setiap malam dan setiap ada waktu. 

“Kita harus nikah,” ucap Verana, keputusannya sudah bulat. Dia tidak mau menanggung malu karena ceroboh dalam pacaran. 

“Nikah?” beo Josh. Hal itu membuat Verana semakin kesal. “Iyalah nikah, kamu harus tanggung jawab!” 

“Kita belum lulus, Sayang.” 

“Terus aku gimana? Ini anak kita berdua.” 

Josh terdiam, dia menurunkan Verana dari pangkuannya. Meneguk habis segelas air putih yang ada di samping ranjang. Jakunnya naik turun dan sangat seksi, itu dulu alasan Verana cinta mati pada lelaki tampan dan gagah itu. 

“Mau ke mana?” Melihat Josh yang membuka pintu membuat Verana takut. Takut ditinggal dan takut Josh tidak tanggung jawab. 

Namun Josh tidak menyahut, punggungnya dengan tatto burung elang menghilang di balik pintu. 

“Nasib buruk!” umpat Verana kesal lalu menjambak rambutnya. 

Gadis itu gelisah, ke mana pacarnya itu? Menghilang? 

.

Sejak kejadian malam di mana Josh menghilang dan meninggalkan Verana sendirian di kamar hotel yang telah disewa, kini Verana harus pergi ke kampus sendirian. Hal itu membuat Jafin heran, karena biasanya kedua sejoli itu selalu bersama ke mana pun pergi, kecuali belajar di ruangan kelas. 

“Josh mana, Ra?” tanya Jafin setelah mereka berdua bertukar sapa selamat pagi. 

“Itu dia, aku tadi mau nanya sama kamu, tapi malah tanya balik,” gerutu Verana. Dia memakai kemeja putih dan rok berwarna coklat sebatas mata kaki. Hari ini dia mengikat rambutnya seperti ekor kuda yang memperlihatkan lehernya yang jenjang. Kalau saja Jafin tidak punya pacar yang harus dijaga hatinya pasti Jafin akan menerkam gadis itu. 

“Loh, kalian marahan? Tumben banget, sih.” Jafin heran, tidak biasanya Josh dan Verana seperti ini setelah mereka pacaran setahun yang lalu. 

“Mm, Tiana mana?” Verana menanyakan keberadaan pacar Jafin. Mungkin dia bisa bercerita dengan gadis anggun itu. 

“Dia gak masuk, Ra. Lagi demam,” jawab Jafin. Kemudian matanya menangkap siluet tubuh tegap yang berdiri beberapa meter di belakang Verana. 

“Ayo ikut aku,” ucap Josh tegas dan menarik tangan Verana kuat. Jafin yang baru saja membuka mulutnya ingin menyapa sahabatnya itu harus menggerutu kesal melihat tingkah Josh. 

“Kita mau ke mana aja, Jo?” 

“Jangan kenceng banget, sakit.” 

Josh tidak menghiraukan umpatan dan ringisan Verana. Lelaki tampan itu tetap membawa gadis itu ke parkiran. Setelah menemukan mobilnya, dengan cepat memasukkan Verana ke jok depan. Masih belum membuka suara, Josh mengendarai mobilnya dengan cepat. 

“Maksud kamu apa?” tanya Verana yang masih meringis kesakitan. Josh benar-benar beda di matanya. Cekalan Josh membuat pergelangan tangannya terasa ngilu dan berdenyut. 

Setelah ngebut, mereka berdua sampai di apartemen yang disewa ayahnya untuk Josh, lelaki itu membawa Verana menuju kamarnya. 

“Kenapa, Jo?” Keduanya telah sampai di kamar Josh. Ini bukan pertama kalinya gadis itu ke sini. Kamar dengan nuansa hitam menyapa pemandangan dengan berbagai lukisan di dinding. Tapi ini merupakan pertama kalinya Josh marah tiba-tiba tanpa alasan. 

“Kamu cinta kan sama aku?” Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Josh. Verana yang duduk di kasur mengangguk cepat. Kalau dia tidak mencintainya, untuk apa berpacaran? 

“Kenapa?” Lipatan di dahi Verana bertambah, heran melihat sikap Josh yang berdiri di hadapannya. 

“Kamu gugurin, ya?” pinta Josh yang membuat Verana mendelik tajam tidak setuju. 

“Maksud kamu apa? Gugurin kandungan aku ini?” Josh mengangguk pasrah. Dia tidak mungkin menikah, sementara skripsi belum selesai dan harus dibebani pikiran rumah tangga dan lainnya. Dia pusing. 

“Enak aja! Tanggung jawab, Jo!” teriak Verana kesal. Meskipun dia bejat, tidak akan mungkin menggugurkan bayi yang tidak bersalah itu. Walaupun akan menerima risiko besar, seperti dibenci keluarga dan mungkin akan dijauhi teman-temannya. 

“Aku gak bisa, Ra.” 

“Enggak bisa gimana? Ini anak kita loh, hasil perbuatan kita berdua!” tegas gadis itu penuh penekanan. Wajah gadis itu tegang dan masam. 

“Tapi, aku belum kerja,” ucap Josh kemudian mengusap wajahnya kasar. Satu sisi dia tidak mau melepaskan pendidikan yang sudah diimpikannya sejak dulu. Kalau ketahuan oleh kedua orang tuanya bahwa dia menghamili anak gadis orang, pasti seluruh fasilitas akan dicabut. Meskipun terlahir sebagai anak tunggal, ayahnya tegas dalam mendidik, walau ibunya yang terkadang memanjakannya. 

“Kita bisa cari kerja sama-sama,” ucap Verana meyakinkan. Dia sendiri pusing, rasanya ingin menghukum diri sendiri. Takut kalau kedua orang tuanya kecewa. Takut kalau orang tua Josh tidak menyetujui. Takut pendidikannya hilang. Takut dengan cemoohan orang.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status