Share

Niat

Terhitung setelah kejadian di apartemen, Josh tidak mau menampakkan batang hidungnya seminggu terakhir ini membuat Verana ketar-ketir sendiri. Berulang kali Verana menunggu di parkiran khusus fakultas Hukum, rela naik turun tangga dari lantai satu ke lantai tiga dengan posisi mengandung. Tetap saja Josh menghilang seperti ditelan bumi, bertanya pada teman seangkatannya juga tidak ada hasil. Bahkan Jafin, sahabat Josh mengaku tidak tahu menahu keberadaan Josh, lelaki brengsek itu. 

“Aduh, keburu besar ini perut,” gumam Verana kesal. 

Setelah jam kuliah selesai dan tidak ada satu pun yang berhasil singgah di otak Verana, dia memutuskan untuk mendatangi rumah orang tua Josh. Dia mendapat informasi ini dari Jafin. 

Tanpa mengganti baju, Verana langsung saja memesan ojek online dan menuju rumah orang tua Josh. 

Blus berwarna biru, rok hitam selutut dan sepatu pancus hitam serta tas selempang yang tersampir di bahu berisi test pack dan ponsel. Verana berdiri di depan rumah mewah yang dia yakini rumah orang tua Josh, sesuai alamat yang diberikan Jafin. Rambutnya diurai begitu saja tanpa mau mengikatnya, dengan tatapan penuh harap rumah mewah berwarna putih itu akan menerimanya. 

“Ck, macam guru saja,” gumamnya pelan mengamati penampilannya setelah itu mengendus ketiaknya apakah mengeluarkan bau tidak sedap karena dia langsung dari kampus. Setelah memastikan dirinya siap, Verana melangkah hati-hati untuk menekan bel. 

“Anda siapa?” sapa satpam yang berjalan mendekatinya setelah bel berdentang dua kali. Verana tidak sabaran. 

“Verana, Pak.” Gadis itu mencoba ramah dan tersenyum. 

“Ohh, ada keperluan apa, ya?” Verana menggigit bibirnya, tidak tahu harus menjawab apa. 

“Sudah ada janji?” tanya satpam itu lagi. Langsung saja Verana mengangguk. “Saya pacarnya Josh, Pak,” lanjut Verana membuat satpam itu mengangguk paham. 

“Silakan masuk.” Setelah gerbang terbuka lebar, Verana melangkahkan kakinya perlahan. Entah mengapa ingin masuk ke rumah mewah seperti ini membuat jantungnya berdegup kencang, apalagi tujuannya ke sini hanyalah untuk menuntut Josh. 

“Makasih, Pak.” Verana tersenyum tipis dan mengangguk kecil. 

Dia kembali terdiam memandangi rumah mewah berwarna putih ini, bunga-bunga mahal menyambutnya di sisi kiri kanan pintu masuk. Pilar yang kokoh itu juga tempat menggantung anggrek hutan. Rasa ingin memetik sehelai daun bunga itu muncul begitu saja, tapi kembali diurungkannya dan melihat sekeliling apakah ada cctv yang mengamati gerak-geriknya. Kembali, dia menghela napas. Meskipun tidak ada cctv di sudut yang berhasil dijangkau kedua matanya, tapi dia tetap tidak puas sebelum menemui kedua orang tua Josh. 

“Masuk gak, ya?” Verana tetap bimbang sekaligus takut karena satpam mengawasinya dari jauh. 

“Hufft.” Setelah menekan bel lalu mengetuk pintu mewah itu, Verana menahan napas dan mengeluarkannya cepat dari mulut. 

Pintu itu tetap tertutup, belum terbuka. Verana semakin ketar-ketir. Mengapa rumah semewah ini lama sekali menyambut tamu, di mana penghuninya? Tidak seperti di desa Verana, sekali ketuk langsung dibuka pemilik rumah. 

Menekan bel sekali lagi dan mengetuknya, Verana meremas tangannya kuat. Memikirkan bagaimana rupa dan wajah orang tua Josh. Apakah garang? Wajah Josh tegas. 

Memandangi rumah mewah di depannya, Verana membatin kehidupan Josh yang mewah, anak tunggal dan penerus perusahaan ayahnya nanti. Meskipun menjalin hubungan dengan Josh masih setahun lebih, tapi dia sudah mengetahui seluk-beluk kehidupan Josh yang mewah. Terbersit rasa kagum di hatinya, Josh juga orangnya loyal. Josh juga sering membayar uang kontrakannya, membeli baju mewah, sepatu, tas dan mengajaknya makan di restoran mewah. Tak lama senyumnya memudar mengingat Josh menghindarinya setelah dia hamil. 

“Josh brengsek!” umpatnya tiba-tiba. 

“Maksudnya?” Saat itu juga pintu itu terbuka lebar menampakkan wajah seorang wanita dengan rambut pendek sebahu berwarna hitam legam. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status