#Hamil_Anak_Ular
Bab 12 : Rumah sakit
Hari ini, Dokter Gio kembali memeriksa Anjani, gadis hamil yang sering tak mau makan dengan dalih ingin alasan ingin menyiksa janin-janin ularnya agar mati kelaparan di dalam sana.
“Mbak Anjani, gimana kabarnya hari ini?” tanya Dokter Gio sambil menatap pasiennya yang kini sedang fokus bermain game cacing rakus di ponsel.
Anjani mengangkat wajah dan meletakkan ponselnya, walau tangan sebelah kanan masih digendong, sedang tangan kiri diinfus, ia tetap bisa memegang ponsel sebagai teman suntuknya. Maklum, mamanya hanya datang pas siang saja dan itu pun Cuma sebentar, hanya Bik Siti yang selalu setia menemaninya.
“Udah mulai sakit pinggang dan sakit perut, Dok, kayaknya udah mau lahiran deh,” jawab Anjani dengan wajah datar dengan mode kebohongan.
“Ah, masa?” tanya Dokter Gio sambil memegang perut Anjani.
Sang dokter mengangkat alisnya, ia tahu pasiennya itu sedang mengarang kebohongan. Taklama setelah itu, dua perawat datang dengan membawa alat transduser (alat USG).
Dua orang perawat itu mulai menyiapkan untuk Anjani menjalani USG, guna melihat perkembangan janinnya. Tadi pagi Dokter ahli dalam juga sudah memeriksa keadaan luka-luka Anjani, dan kini giliran Dokter kandungan yang bertugas untuk memastikan janin pasca tabrakan itu baik-baik saja.
Mata Anjani fokus menatap ke layar monitor saat Dokter Gio mulai menekankan alat tranduser ke perutnta, ia ingin melihat janin-janin aneh yang dikatakan janin ular itu.
Anjani menyipitkan mata, tapi tak ada apapun terlihat. Hanya sebuah cangkang seperti kulit telur saja, sedang isi di dalam telur itu tak terlihat.
“Nah, Mbak Anjani, ini yang saya maksud cangkang itu,” ujar Dokter Gio sambil menekan tombol pause pada layar monitornya.
“Kalau bercangkang ... berarti saya hamil telor dong, Dok?” tanya Anjani dengan menghela napas berat.
“Saya tidak bisa memastikan, bisa jadi itu bukan cangkang, hanya bungkusan saja. Kalau bayi lahir masih berbungkus, itu kasus biasa. Berpikir positif saja dan jangan dibuat stres. Oke, Anjani!”
Anjani memalingkan wajah, ia jengah.
“Dokter, apa anda yakin saya hamil? Jangan-jangan yang bercangkang itu ... tumor atau kista. Saya masih belum bisa mempercayai kalau perut besar ini karena mengandung bayi kembar banyak itu,” ujar Anjani lagi.
“Ini bukan kista atau tomur, anda benaran hamil. Suara detak jantung bayi Mbak Anjani ada banyak, maka dengan itu saya dapat memastikan janin ini kembar. Dari detak jantungnya, mereka sehat dan lahiranya masih lama.” Dokter Gio mengakhiri pemeriksaannya.
Anjani terdiam, ia tak kuasa untuk berkata-kata lagi. Percuma mengaku atau berakting mau melahirkan sekali pun, dokter berkacamata itu takkan percaya.Belum sempat Dokter Gio keluar dari ruangan rawat Anjani, Rully temannya yang bertubuh jangkung itu menampakkan diri.
Rully tersenyum ke arah Dokter Gio dan mereka saling sapa.
“Ngapain ke sini Rul?” tanya Dokter Gio.
“Anjani temanku, Mas,” jawab Rully sambil duduk di kursi samping tempat tidur.
“Oh, begitu. Ya sudah, saya pamit keluar.” Dokter Gio melangkah menuju pintu dengan diikuti oleh dua perawatnya.
Rully menatap Anjani sambil mengeluarkan sesuatu dari kantong yang dibawanya. Pria jangkung dengan rambut sedikit gondrong itu tersenyum.
“Bawa apaan?” tanya Anjani penasaran.
“Taraaaa .... “ Rully mengeluarkan boneka ular pyton berwarna hitam dan meletakkannya di pangkuan Anjani.
“Hah, boneka?” Anjani tertawa.
“Anggap aja itu Chiko, pasti kangen ‘kan udah seminggu tak ketemu peliharaanmu? Mereka kesepian majikannya tak ada, kemarin aku udah ke sana dan ngasih jatah makan sesuai perintahmu.” Rully kembali tersenyum melihat Anjani yang kini memeluk boneka ular darinya.
“Eh, kok kenal sama Dokter Gio?” Anjani menautkan alis.
“Ya ... kenallah, dia ‘kan abang sepupuku,” jawab Rully.
“Hmm ... jadi sepupuan.” Anjani tersenyum sini sambil menganggukan kepala. “Bagus deh kalau gitu.”
“Kenapa emangnya?” tanya Rully dengan perasaan yang tak enak.
“Sini kubisiki!” Anjani mengedipkan sebelah matanya.
Rully mendekatkan telinganya kepada Anjani. Gadis tomboy itu mulai membisikan ide gilanya.
“Ah ... ngaco deh!” Rully menarik kepalanya.
“Hmm ... Cuma itu caranya, please .... “ Anjani menatap memohon kepada cowok yang sudah tujuh tahun menjadi temannya itu.
“Nggak ah, aku nggak setuju.” Ruully mengusap wajahnya.
“Hmmm ... gitu ya sama sahabat sendiri, kita temanan udah lama loh.” Anjani masih membujuk Rully.
“Entar deh aku pikirkan lagi,” jawab Rully akhirnya.
*******
“Sayang, kamu di mana?” teriak Endah saat baru kembali dari kantor, ia sedang mencari Lucky yang selalu pulang kantor lebih awal darinya.
“Mas!” teriak Endah lagi saat mendapati kamar meraka kosong.
Endah curiga kalau Lucky ada di lantai atas, di wilayah kekuasaan Anjani. Ia tahu, suaminya itu jua menyukai hewan melata yang amat ditakutinya seumur hidup. Dengan bimbang, ia melangkah menaiki anak tangga.
Endah tak berani langsung naik ke atas, sebab ada Cheril dan Chiko yang bebas berkeliaran di atas sana. Walau dua hewan itu tak memiliki bisa, tapi ia takut mati dililit. Selain itu, ia juga phobia.
“Mas, kamu di atas?” teriak Endah.
Akan tetapi, masih tak ada jawaban dari sana. Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya, Endah menapaki anak tangga terakhir dan kini ia telah tiba di kebun ular Anjani.
“Hey, kamu memang pintar! Rencana kita sukses besar, kamu memang jenius.” Terdengar suara Lucky dari arah kamar Anjani.
Endah mengerutkan dahi, ia celingukan mencari keberadaan Cheril dan Chiko. Ia jadi menduga-duga, mungkinkan Lucky sedang berbicara di kamar dengan dua ular pyton itu.
"Apa maksud Mas Lucky demikian? Rencana apa? Apa kehamilan aneh Anjani berhubungan dengannya?" Endah membatin.
Bersambung ....
#Hamil_Anak_UlarBab 13 : Chiko Ke Mana?Dengan risi dan menahan ketakutan, Endah mendekati kamar Anjani dan memutar knop pintu. Matanya sambil menoleh ke kanan dan kiri, juga belakang karena ia merasa tak aman berada dalam kebun ular Anjani. Didorongnya perlahan pintu, lalu menutupnya kembali saat melihat ekor Chiko yang melengkor di lantai.“Ya ampun!” gumam Endah sambil memegangi dadanya.Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, Lucky keluar dan kini berdiri di hadapan Endah.“Mas, ngapain kamu di kamar Anjani?” tanya Endah.Lucky terlihat salah tingkah, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu berkata, “Eh, aku main sama Chiko, Sayang. Kamu kapan datang?”“Kamu ngomong sama siapa tadi, Mas?” tanya Endah sambil kembali mencoba mengintip ke dalam kamar dan bersamaan dengan itu kepala Chiko malah muncul di hadapannya.“Agghhh!!!” jerit Endah histeris sambil berlari menuju
#Hamil_Anak_UlarBab 14 : MelahirkanAnjani mendekati tumpukan kulit ular, itu milik Chiko, hewan kesayangannya yang sudah dua minggu ini tak ia keloni. Diraihnya lalu mengamati, memastikan apakah itu kulit asli atau hanya akal-akalan ayah tirinya saja. Dugaannya, si ular pyton dijual Lucky.“Chiko, kamu di mana? Aku udah pulang!” teriak Anjani kembali mengedarkan padangan ke sekeliling kamar.Chiko itu ular yang besar, tak mungkin ia bisa bersembunyi di kamar, begitu pikir Anjani. Untuk memastikan, digeledahnya lemari juga kamar mandi tapi si ular kesayangan juga tidak ditemukan.Anjani keluar dari kamar lalu dengan terseok-seok menuruni anak tangga. Kakinya belum bisa dibawa jalan dengan sempurna, ditambah tangan kanan juga masih digendong. Beban di perutnya semakin hari semakin bertambah, membuat ia semakin kesusahan dalam melangkah.Saat Anjani tiba di bawah, langsung digedornya pintu kamar sang mama. Ia akan memberi pelajara
#Hamil_Anak_UlarBab 15 : Bayi UlarSesuatu telah melucur dari rahim Anjani, tiga ekor bayi ular dengan versi setengah ular dan setengah manusia, tapi ada satu yang berwujud ular utuh yang bentuknya paling kecil. Satu di antaranya, ada yang berkepala ular dan berbadan manusia, dan satunya lagi berkepala manusia dan berbadan ular.Chiko menghampiri tiga bayi kembar lalu melilitnya dengan ekor. Taklama berselang, dua orang wanita berpakaian serba hitam dengan bermahkotakan kepala ular, muncul di kamar itu sambil menyimpuhkan kedua tangan di kepala sebagai salam hormat kepada sesama bangsa ular.Dengan sekejab mata, dua dayang-dayang itu langsung menghilang dengan membawa tiga bayi kembar. Chiko tak tega melihat majikannya itu terus tersiksa dengan kehamilan aneh ulah dari rajanya, kini ia lega Anjani telah terbebas dari janin-janin ular yang selalu mengaduk perut dan berharap sang raja tak berbuat yang macam-macam lagi setelah keinginannya tercapai.
#Hamil_Anak_UlarBab 16 : Ancaman TetanggaAnjani membuka mata, lalu mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan. Kemudian melirik ke samping kanan, Chiko terlihat masih melengkor. Ia tertegun, tangan kiri mengusap perutnya.“Astaga!” Anjani langsung bangun dan terkejut melihat perutnya yang sudah kembali rata.Ia mencoba mengingat-ingat, tadi malam itu ia mimpi atau benaran sudah melahirkan. Akan tetapi, tak ada apa-apa di tempat tidur. Ke mana janin aneh yang sudah ia kandung berbulan-bulan itu? Apakah cerita dia hamil hanya sekedar mimpi saja? Masa iya ada mimpi yang durasinya amat panjang begitu.Anjani bangkit dari tempat tidur lalu melangkah menuju meja rias, menatap dirinya di depan cermin. Perut buncitnya memang benar sudah mengempes. Seharusnya ia senang, tapi ia merasa seperti ada yang hilang dari dirinya. Entah apakah itu, ia juga tak tahu.Kalau ia bermimpi, tapi luka di dahi juga tangannya yang patah ini nyata da
#Hamil_Anak_UlarBab 17 : Kehamilan EndahLucky langsung menggendong Endah ke kamar, Anjani mengikutinya dari belakang. Setelah membaringkannya di atas tempat tidur, Lucky segera mencari minyak kayu putih untuk digosok ke dahi juga hidung sang istri.“Bik, segera telepon dokter!” ujar Anjani saat Bik Siti muncul di kamar sang mama.“Ah, nggak perlu deh! Entar juga sadar kok mamamu,” ujar Lucky sambil menggosok minyak kayu putih ke hidung Endah.“Telepon aja, Bik, Dokter! Benalu ini mah gak usah didengarin, palingan aja dia senang kalau mama sampai kenapa-kenapa,” ujar Anjani.“Heh, emaknya ular, bisa gak sih nggak ngajakin berantem setiap saat?” Lucky meraih guling dan melemparnya ke wajah Anjani.‘Brug’Guling yang dilempar Lucky tepat mengenai wajah Anjani, ia mengepalkan tangan kirinya dengan geram dengan tatapan bengis.“Awas kamu, ya!” gumam Anj
#Hamil_Anak_UlarBab 18 : Radji VS RullyAnjani duduk di ruang tengah sambil menyambar remot televisi, ia merasa puas sudah berhasil mengatai anak Lucky, walau sedikit kasihan dengan mamanya. Akan tetapi, sejak pagi hatinya terasa riang saja karena janin-janin aneh di perutnya sudah tak ada lagi. Sore nanti ia anak ke klinik dokter kandungan untuk memastikan kalau rahimnya telah bersih dari kehamilan aneh itu.Walau keperawanannya sudah terbobol dan tak tahu siapa pelakunya, itu tak mengapa asalkan kehamilan anehnya sudah berakhir. Kalau tak ada pria yang mau menikah dengannya hanya karena ia sudah tak perawan lagi, mungkin ia akan terpaksa memilih antara dua temannya, Rully atau Radji. Mungkin, kalau ia menikah dengan salah satu temannya itu akan lebih asyik dan tak perlu pendekatan lagi, hoby mereka juga sama. Sama-sama menggemari mengoleksi hewan melata.Endah dan Lucky keluar dari dapur dengan bergandeng mesra seperti biasanya. Endah menyuruh Lu
#Hamil_Anak_UlarBab 19 : ASI“Masih waras kalian berdua?” Anjani memegang dahi dua temannya itu secara bergantian.Rully melengos, lalu menjawab, “Masih waras wal’afiat dan sadar sesadar-sadarnya.”“Jangan percaya ama Rully, Jan, dia Cuma gombal.” Radji melirik Rully dengan sinis.“Hom-pim-pah deh kalian berdua! Kalau kalian benaran serius, aku mau deh. Biar gak perlu capek-capek ikutan kontak jodoh. Kebetulan ... biar bisa bantuin menghajar si benalu keluar dari rumah warisan papa,” ujar Anjani sambil kembali berbaring di atas tubuh Chiko, hewan kesayangannya itu.Rully dan Radji saling pandang dan tak jadi hom-pim-pah. Keduanya terlihat terdiam sejenak, sibuk dengan pikiran masing-masing.“Kenapa pada gak mau hom-pim-pah? Ya udah, aku pilih nikah ama Chiko aja. Kayaknya Cuma dia yang bisa diandalkan buat menelan hidup-hidup si benalu. Iya gak, Chik?” Anjani mengusap
#Hamil_Anak_UlarBab 20 : Mimpi yang Terasa NyataAnjani masih terbaring tak berdaya dan membiarkan tiga bayi ular kobra terus menghisap ASInya hingga pintu kamar terbuka. Lalu masuklah seekor ular kobra raksasa, yang besarnya lebih dari Chiko. Ia merasa seperti sedang berada di film animasi, sebab ular kobra tak ada yang sebesar ini.Anjani meringis ngeri melihat si ular kobra raksasa semakin mendekat ke arahnya. Walau ia pecinta hewan melata itu, tapi takkan berani jika di hadapkan dengan si kobra raksasa yang tentunya memiliki bisa mematikan.Kini si ular kobra raksasa telah naik ke atas tempat tidur dan melengkor di samping Anjani lalu menciumi 3 bayi ular itu dan kini malah mendekatkan kepala ke arah gadis tomboy itu seakan siap menelannya hidup-hidup.Napas Anjani memburu, ia ingin menjerit kencang. Sekuat tenaga, ia berusaha menggerakkan tubah.“Aggghhh!!!” Suaranya keluar juga, ia langsung terbangun dan celingukan ke kana