Share

Bab 4 : Rencana Sang Mama

Hamil Anak Ular

Bab 4 : Rencana Sang Mama

Dengan puas, Anjani tertawa di kamarnya. Ia senang bisa menakuti mamanya itu, tapi sayang ... Lucky si ayah tirinya itu gak takut sama ular. Akhirnya ia bisa terbebas dari omelan Endah Pratiwi, begitulah nama wanita yang sudah melahirkannya 25 tahun silam.

Anjani membuka pakaiannya dan menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia memang terlihat agak gendut sekarang, perut saja terlihat semakin berisi. Diusapnya perut itu, ia jadi bimbang jika benaran hamil tanpa suami.

“Masa iya aku benaran hamil sih?” Anjani tertegun. “Ah, nggak mungkin, gak ada sejarahnya hamil tanpa melakukann hubungan badan itu. Ini sangat tida masuk diakal. Apa sebaiknya besok aku minta dites perawan saja ya?” Ia membatin.

Anjani menghembuskan napas berat lalu melangkah menuju lemari pakaiannya, dan memakai piama untuk tidur. Diarihnya ponsel dan melihat ada beberapa pesan dari mamanya.

[Anjani, turun ke bawah sekarang! Mama mau bicara hal penting sama kamu.]

[Anjani, cepat! Mama tunggu!]

[Kalau kamu tak turun sekarang, nama kamu mama coret dari daftar warisan!]

Anjani berdecak kesal, lagi-lagi sang mama mengancamnya dengan dalih warisan. Dengan kesal, ia keluar dari kamar dan menuruni anak tangga.

Di ruang tengah, sang mama telah menunggu dengan sang ayah tiri di sampingnya. Mereka terlihat sedang bermesraan.

“Cih, bisa-bisanya mereka berciuman di ruang tengah begini!” umpat Anjani kesal sambil duduk di sopa ruang tengah.

“Hmmm .... “ Anjani berdehem nyaring.

Lucky menarik wajahnya dari hadapan Endah, keduanya terlihat santai melakukan hal mesum itu di tengah rumah.

“Ada apa, Ma? Apa minta ditonton adegan mesumnya apa? Dibikin vidoe saja sekalian, masukin youtube,” cibir Anjani dengan melipat kedua tangannya di dada.

“Eh, kamu ini! Udah halal mah bebas mau melakukan mesum di mana dan kapan saja,” jawab Endah sambil membenarkan lingery sexinya.

“Betul, Sayang, dari pada mesum sama ular ... ‘kan bikin  susah sendiri. Jadi deh ... hamil anak ular!” timpal Lucky dengan senyum mengejek.

“Woy, jaga mulutmu,Benalu!” Anjani melempar remot televisi dan tepat mengenai jidat Lucky.

“Aggghhh!!!” Lucky meringis sambil memegangi jidatnya yang benjol.

“Jani, jaga tingkah lakumu! Lucky ini papa tirimu!” jerit Endah kesal.

“Makanya ... punya mulut itu disekolahin, punya suami gak berpendidikan gitu deh ... asal comot saja! Cih!” cibir Anjani saling tatap penuh kebencian dengan ayah tirinya itu.

Endah menghela napas panjang, ia bukan kali pertama suami dan anaknya itu terlibat baku hantam. Mereka memang selalu berselisih, entah apa penyebabnya ia juga tak tahu sampai detik ini.

“Mas, kamu tunggu aku di kamar saja!” ujar Endah kepada suaminya.

Dengan sambil melengos, Lucky meninggalkan Endah dan Anjani. Ia seikit menyesal dengan ucapannya tadi, kini ia malah disuruh masuk kamar jadi tak bisa mengompori istrinya itu lagi.

Di ruang tengah, Endah memegang dua surat hasil pemeriksaan dari dokter milik Anjani. Ia harus mendapatkan penjelasan juga solusi dari masalah ini.

“Anjani, jadi gimana ini? Dua dokter telah menyatakan kamu hamil. Apa kamu masih mau mengelak juga sekarang?” Endah menatap tajam putri tunggalnya itu.

“Besok Anjani mau test keperawaan, soalnya Jani memang belum pernah melakukan hubungan dengan siapa pun. Gimana bisa hamil, coba?” Anjani menatap sang mama.

“Coba kamu ingat-ingat dulu, soalnya teman-teman kamu itu rata-rata pria. Bisa jdi kamu melakukan itu dalam keadaan tak sadar.” Endah berusaha bersikap lembut walau emosinya sedang meluap-luap sekarang.

“Nggak ada, Ma. Walau teman Jani di komunitas kebanyakan pria tapi tak pernah bersikap di luar kewajaran. Kami hanya sesama pecinta ular dan tak memiliki hubungan lebih dari itu. Mereka semua menghormati Jani. Kalau Jani memang benaran hamil, suami mama yang perlu dicurigai, jangan-jangan dia memperkosa Jani saat tidur atau juga menggunakan obat bius." Anjani tersenyum sinis.

"Jani, itu tidak mungkin! Jangan sangkut pautkan Lucky atas kehamilanmu ini!" Endah memukul meja dengan geram.

"Soalnya Jani gak mungkin hamil dengan Chiko, dia cuma ular peliharaan. Berhentilah berprasangka buruk!" Anjani menatap sinis sang mama.

"Oke, besok mama akan mendampingi kamu ke rumah sakit. Kalau memang hamil benaran, digugurkan saja. Mama malu punya anak hamil tanpa suami. Udah kuliah gak kelar-kelar, kini malah hamil tak genah. Kamu bisanya cuma buat susah orangtua saja," omel Endah lagi.

Anjani melengos, ia setuju dengan rencana mamanya, ia juga gak mau hamil tanpa suami begini.

"Oke, Ma, Jani ke kamar dulu!" Anjani bangkit dari duduknya lalu meninggalkan sang mama yang terlihat masih berpikir keras.

Endah memijat kepalanya yang mendadak terasa sakit. Ia tak bisa membayangkan jika Anjani benaran hamil anak Lucky, suami barunya itu. Ia tak rela jika harus berbagi suami dengan putrinya sendiri.

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status