Share

Bab 5 : USG Lagi

Hamil Anak Ular

Bab 5 : USG lagi

Hari ini, Anjani ditemani mamanya untuk periksa ke rumah sakit. Ia berharap hasil pemeriksaan di rumah sakit yang ketiga ini berbeda dari dua rumah sakit terdahulu. Endah sengaja memilih rumah sakit ini karena temannya dokter kandungan di sana, dan kalau putrinya memang benaran hamil, ia akan minta bantu untuk digugurkan saja.

“Anjani benaran hamil, Ndah,” ujar Dokter Lia, teman Endah waktu jaman SMA dulu.

“Masa sih, Li? Apa gak rusak itu alat USGnya?” tanya Endah sambil memijat kepalanya.

“Janinnya benaran kembar gak, Tante Dokter? Kata Dokter Gio di rumah sakit xxx kembar lebih dari dua,” ujar Anjani sambil tertawa, ia mulai frustasi dengan kenyataan ini.

“Hmm ... belum jelas sih, cuma kantong kehamilan saja yang tampak, janinnya belum terlalu jelas. Agak aneh juga sih, seharusnya janin berusia 13 minggu itu sudah mulai utuh terlihat. Ini kasus yang langka. USG di rumah sakit ini baru ada yang 3D, kalau di rumah sakit Dokter Gio sudah 4G, bisa jadi kalau dia bilang kembar soalnya di sini juga terlihat seperti ada beberapa serpihan.” Raut wajah Dokter Lia terlihat bingung.

“Anjani mau minta tes keperawanan lagi deh, Tante Dokter,” ujar Anjani sambil membenarkan bajunya.

Dokter Lia kembali mengerutkan dahi mendengar permintaan putri dari sahabatnya itu.

“Periksa saja, Li! Soalnya Anjani merasa dirinya belum pernah melakukan hubungan dengan pria mana pun dan meyakini dirinya masih perawan,” ujar Endah.

“Oke. Ayo, Jani, celanamu dilepas dulu, terus pakai kain ini!” ujar Dokter Lia sambil menuju mejanya dan memasang sarung tangan untuk memeriksa Anjani.

“Suster, tolong siapkan alat spekulum!” sambung Dokter Lia kepada perawat yang membantunya di ruangan itu.

Beberapa saat kemudian, Dokter Lia sudah bersiap melakukan tes keperawanan yang diminta Anjani.

“Tetap berbaring Jani, kaki ditekuk dengan posisi mengangkang!” perintah Dokter Lia.

Anjani mengikuti semua perintah sang dokter, ia sedikit meringis ngeri saat Dokter Lia mulai melakukan pemeriksaan.

“Rileks, Jani, jangan tegang biar gak sakit!” ujar sang dokter lagi.

Sepuluh menit kemudian, Anjani dan mamanya sudah duduk di hadapan Dokter Lia untuk mendengarkan hasil pemeriksaan keperawanan yang telah dilakukan tadi.

“Gimana, Tante Dokter hasilnya?” tanya Anjani tak sabar.

“Kamu sudah tak perawan lagi, Jani. Ini hal wajar soalnya kamu ‘kan juga sedang hamil saat ini. mustahil jika kamu masih perawan tapi bisa hamil,” ujar sang dokter.

Anjani tertegun, pikirannya semakin kusut mengetahui kenyataan dirinya memang sudah tak perawan lagi.

“Jani, kamu tak bisa mengelak lagi, kenyataannya kamu memang sudah tak perawan lagi. Coba ingat-ingat lagi, dengan siapa kamu melakukan hubungan itu?” Endah menghela napas panjang.

“Gak pernah, Ma, Jani berani sumpah. Tapi gak tahu juga kalau kena bius seseorang, tak menutup kemungkinan,” jawab Anjani dengan membayangkan wajah bengis ayah tirinya, ia yakin kalau kehamilannya ini ulah dari Lucky yang memang tak suka dan mau membuat fitnah dengan menuduhnya hamil anak ular.

“Anjani, jangan menuduh kalau tak ada bukti, ya!” Endah mengerti arti tatapan sengit putrinya itu.

“Hey, kok malah ribut sih? Sebaiknya kalian selesaikan masalah ini di rumah saja, maaf ... bukannya mengusir, tapi aku masih ada pasien lain.” Dokter Lia menaikkan sebelah alisnya.

“Hmmm ... Li, kamu bisa gak bantu Anjani untuk aborsi!” ujar Endah tiba-tiba.

“Endah, jangan gila kamu! Masa cucu sendiri mau digugurin? Maaf ya, aku gak bisa,” ujar Dokter Lia dengan kesal.

“Li, jangan gitulah! Anjani hamil gak tahu bapak anaknya, lebih baik diaborsi saja. Kamu bantu, ya! Nanti aku bayar mahal deh.” Endah masih berusaha merayu sahabatnya itu.

“Gak bisa Endah! Sebaiknya cari tempat lain saja, ini bukan keahlianku. Sebaiknya kalian pikirkan dulu baik-baik masalah ini, aborsi sama juga dengan membunuh.” Dokter Lia bangkit dari kursinya dan menuju pintu.

Endah mengerti kalau sahabatnya itu telah mengusirnya secara halus dengan membukakan pintu untuk mereka. Ia langsung menarik tangan Anjani untuk keluar dari ruangan itu.

*******

Endah dan Anjani tak langsung pulang ke rumah, mereka mampir di Kafe untuk meredakan kepala yang memanas karena masalah ini juga untuk mencari jalan keluar terbaik.

“Mama pernah baca novel yang judulnya ‘Klinik Aborsi karya deAndra’ dan sepertinya klinik itu benaran ada deh, nanti mama cari tahu lagi. Pokoknya janin itu harus digugurkan saja, mama gak sanggup menahan malu dan mendengar cibiran dari para tetangga.” Endah menyeruput jusnya.

“Terserah mama aja deh, Anjani juga gak mau anak ini. Siapa bapaknya aja gak jelas, mana kuliah belum kelar,” jawab Anjani sambil mencomot kripik kentang di hadapannya.

Endah melengos, ia sudah bertekad untuk membantu putrinya itu untuk aborsi soalnyadi juga gak siap kalau harus dipanggil nenek dalam usia masih semuda dirinya.

*******

Keesokan harinya. Seperti biasa, setelah mengurus semua ular koleksiannya, Anjani berangkat ke kampus. Ia akan konsultasi masalah skripsinya yang sudah hampir dua tahun tak kelar-kelar juga. Ia sudah jemu diomeli sang mama karena kuliah gak selesai-selesai juga dan masalah semakin bertambah dengan kehamilannya ini.

Hari ini urusannya lumayan lancar, bab yang ia ajukan langsung disetujui oleh dosen pembimbing. Dengan sambil bersiul-siul, Anjani menaiki anak tangga menuju lantai atas, arena kekuasaannya. Akan tetapi, dahinya langsung berkerut saat mendapati Lucky sang ayah tiri sedang bermain bersama Chiko.

“Woy, ngapain di sini?” tanya Anjani sinis.

“Hmm ... lagi main aja sama calon menantu biar lebih akrab.” Lucky pasang tampang sok manis.

“Turun sana!” bentak Anjani kesal.

“Ibu hamil gak boleh marah-marah terus, harus selalu tersenyum biar janinnya selalu sehat. Iya gak, Chiko? Cieee ... yang sebentar lagi jadi papa .... “ Lucky berbicara dengan si ular phyton.

“Ngelantur aja terus! Sepertinya aku harus mengeluarkan si Rambo ini buat ngusir si benalu,” ujar Anjani sambil mendekat ke kandang Rambo, si ular Kobra.

Mendengar ucapan Anjani, Lucky langsung melepaskan Chiko dari pangkuannya lalu beranjak mendekati anak tangga. Ia tahu, putri tirinya itu tak pernah main-main dengan ucapanya. Ia tak mau mati konyol di tangan si Rambo si ular kobra.

 

Bersambung ....

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Park Jun Hye
ngakak weehh... tapi kayaknya aku pernah denger deh dri kisah nyata kalau nggak salah. hamil anak ular juga apa terinspirasi dri kudah itu, thor? lamjuttt thorr
goodnovel comment avatar
Mikayla Azahra
Anjani beneran hamil anak chiko kah? Aneh banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status