Share

2. Pesona Melinda

Tangguh dan Steve duduk di meja bundar ruang makan, sedangkan Melinda tengah membuatkan minum untuk suami dan juga Tangguh. Langkahnya sedikit tergesa karena wanita itu ingin segera mengobati lengan suaminya yang berdarah. 

"Silakan," katanya singkat sembari meletakkan dua cangkir teh di atas meja. Tanpa menoleh lagi, Melinda atau yang biasa dipanggil Linda, pergi ke ruang tengah untuk mengambil kapas dan plester juga obat luka di dalam kotak obat.

"Lepaskan bajunya, Pa," seru Linda pada suaminya. Steve menurut dan menarik ke atas baju kausnya dengan hati-hati. Tangguh tak mengeluarkan suara apapun. Ia diam saja sambil menyesap teh yang menurutnya sangat enak. 

"Jika sedikit sakit, tahan sebentar ya," kata Melinda lagi sembari membersihkan luka suaminya, lalu memberikan obat luka serta memplesternya dengan rapi.

"Terima kasih, Sayang," ujar Steve pada istrinya. Melinda tersenyum, lalu menyentuh pipi Steve dengan lembut. Wanita itu kembali ke ruang tengah untuk menyimpan obat luka. Lalu ia bergabung bersama suaminya dan juga Tangguh.

"Jadi, bagaimana Papa bisa hampir dirampok dan dilukai?" tanya wanita itu penasaran. Steve tertawa kecil, lalu menyesap teh hangatnya.

"Aku rasa, lelaki itu sudah membuntutiku, Ma. Begitu aku keluar ATM, langsung ia rampas tas dan melukai tanganku. Untung saja Tangguh ada di sana dan menolongku. Kejahatan malam hari sangat mengerikan dan aku benar-benar kapok untuk pergi ke ATM saat malam hari," terang Steve pada istrinya. Melinda hanya bisa menghela napas kasar, lalu menoleh ke arah Tangguh.

"Terima kasih Mas Tangguh. Besok akan saya buatkan sarapan spesial karena Mas Tangguh karena sudah berbuat baik pada suami saya," kata Linda dengan suara gembira. Wanita itu bahkan tersenyum sangat manis pada pemuda kampung yang jarang sekali melihat wanita kota yang bening seperti Linda. Tangguh menjadi sedikit canggung, tetapi ia berusaha mengangguk dengan kepala sedikit kaku.

"Oh, iya, berikan kunci kamar belakang pada Tangguh, biar dia bisa istirahat. Papa mau mandi dulu. Tangguh, saya masuk dulu ya." 

"Terima kasih Pak Steve, terima kasih," kata Tangguh dengan penuh haru. Paling tidak malam ini ia memiliki tempat untuk melepas lelah dan kantuk. Melinda mengeluarkan kunci dari dalam laci, lalu memberikannya pada Tangguh.

"Ini, selamat beristirahat." Melinda meletakkan kunci kamar belakang di depan Tangguh, lalu ia masuk ke dalam kamar menyusul suaminya.

"Ah iya, saklar lampu ada di sebelah kanan pintu masuk ya," seru Melinda lagi sebelum masuk ke dalam kamar.

"Baik, Bu, terima kasih." Tangguh mengangguk paham. Pemuda itu beranjak dari duduknya, sambil membawa cangkir teh yang belum ia habiskan isinya. Ia keluar dari pintu samping, lalu berjalan menuju sebuah ruangan sangat kecil di dekat gudang mobil tua Steve. 

Secara tidak sengaja dan ia benar-benar tidak tahu, jika harus melewati kamar Steve saat menuju kamar belakang dan sepertinya Melinda lupa menutup kain gorden kamar. Suara tawa renyah Melinda membuat kepala Tangguh menoleh. Pemuda itu menelan salivanya, saat melihat Steve yang tengah memakai handuk, melepas baju istrinya satu per satu. 

Tangguh lekas membuang pandangan karena takut. Detak jantungnya juga seakan tengah dipompa kencang hingga bernapas pun terasa sesak. Kakinya ikut gemetar melihat pemandangan yang seharusnya tidak boleh ia lihat. Tangguh mempercepat langkah agar segera sampai di depan pintu sebuah rumah yang akan dia tinggali sementara. Pemuda itu memutar anak kunci dua kali, lalu membuka pintu dengan lebar.

Saklar lampu ada di sebelah kanan pintu. Begitu pesan nyonya majikannya tadi. 

Klik

Lampu menyala dan ruangan cukup besar dengan satu buah kasur busa di atas tempat tidur single, tampak sudah lama tak terjamah. Tangguh manaruh cangkir dalam genggamannya ke atas meja berukuran sedang yang berada di pojok kamar. Lelaki itu sengaja membuka pintu sedikit lebar, agar bau apek ruangan bisa segera hilang. Ia pun mengibas-ngibaskan kain sarung yang ada di kursi kayu yang ada di sana, lalu menepuk atas ranjangnya. 

Tangguh membuka bajunya, menyisakan kaus dalam putih yang masih bersih. Ia beruntung, karena di dalam ruangan itu ada kamar mandi, sehingga ia tidak perlu ke rumah Steve jika ingin mandi atau buang air kecil.

Tangguh mengambil handuk, lalu membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Guyuran air di dalam bak, membuat kepala hingga seluruh badannya merasa segar dan rileks. Hanya saja ia tidak memakai sabun, karena memang belum membelinya. Hanya cairan sampo yang terpaksa ia gunakan untuk membersihkan kepala juga tubuhnya.

Selesai mandi, Tangguh melilitkan handuk hingga pinggang, lalu berjalan santai keluar kamar mandi.

"Eh, Bu, maaf!" Tangguh kaget saat melihat Linda sudah berada di dalam kamarnya, masih mengenakan kimono handuk saja. Tangguh canggung dan sedikit salah tingkah, apalagi Linda menatap tubuhnya tanpa berkedip.

"Tadi saya lupa memberikan selimut. Jadi suami saya meminta saya untuk mengantarnya," kata Linda dengan wajah merona. 

"Ah, iya, terima kasih, Bu." Karena lampu ruangan itu cukup terang, Tangguh dapat melihat tanda merah kehitaman di leher wanita itu. Sebagai lelaki normal yang sering berkumpul dengan teman-teman dan membicarakan apapun, tentu saja ia tahu itu tanda apa. Tangguh merasa darahnya naik dengan cepat. Apalagi Melinda tidak nampak ingin segera keluar dari kamarnya. 

"Ada apa, Bu?" tanya Tangguh canggung. Kakinya bagai terpaku tak sanggup bergerak. Ia bagaikan patung yang dapat bersuara. Melinda berjalan semakin dekat ke arahnya dan Tangguh semakin takut. Bisa dipastikan ia akan segera balik ke kampung, jika Melinda terus saja bersikap sedikit aneh padanya. 

"Apa perlu saya mandikan? Kenapa sampo di kepala kamu masih ada?" ekor mata wanita itu tertarik ke atas kepala Tangguh dan seketika itu juga Tangguh meraba tempat yang diisyaratkan oleh bola mata majikannya. Benar saja, masih ada busa sampo di atas kepalanya. 

"Saya permisi, selamat malam dan selamat beristirahat." Melinda tersenyum manis, lalu pergi begitu saja meninggalkan kamar Tangguh.

_Bersambung_

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
gejala kurang baik..tangguh numpang hidup di rumah pak steven...dan kelihatan mulai trrgoda dengan istri pak steven
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
mantap mantap
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
cieeeeeeeee
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status