Pekerjaannya dimulai sekarang, tepat pukul sembilan pagi, Tangguh mulai mengecek satu per satu mobil rongsokan milik Pak Steve. Ada banyak jenis mobil yang Tangguh baru benar-benar melihatnya secara nyata. Biasanya ia hanya melihat sekilas lewat majalah atau internet, sekarang mobil tua hampir punah dan tampilan sangat mengerikan ada di depan matanya.
"Gimana, kamu suka?" tanya Steve begitu melihat Tangguh antusias. Pemuda itu tentu saja langsung mengangguk senang sembari menarik garis bibirnya.
"Saya merasa ini berkah untuk saya karena sudah bertemu dengan Pak Steve dan istri. Saya berjanji akan bekerja sebaik-baiknya. Biasanya saya hanya melihatnya dari internet atau majalah saat saya sekolah, namun sekarang semua kendaraan kece ini ada di depan mata saya," papar Tangguh dengan penuh semangat. Kakinya berkeliling memperhatikan tumpukan mobil tua yang hampir punah.
"Saya yang beruntung bertemu denganmu. Oh iya, sore ini saya akan ke kota, apa kamu ingin mengirimkan uang untuk adikmu? Anggap saja sebagai DP dari gaji kamu."
"Anda terlalu baik, Pak. Jika bisa, saya memang ingin mengirimkannya."
"He he ... tidak perlu sungkan. Nanti sore akan saya transfer dan lusa kamu ikut saya ke bank. Kamu harus mengaktifkan Mbanking agar kamu tidak sulit untuk mengirimkan uang untuk adikmu. Sekalian aku membetulkan Mbanking di ponselku," kata Steve lagi dengan senyuman penuh ketulusan.
"Baik, Pak, terima kasih banyak." Tangguh mengangguk paham masih dengan senyuman sumringahnya.
Kendaraan roda empat yang pertama kali harus ia cek adalah mobil tua dengan merk terkenal Mercedes-Benz W123 yang kerab disapa Mercy Tiger. Mobil yang pertama kali meluncur pada tahun 1976 hingga 1986 dan salah satu mobil Mercy paling mewah di jamannya. Belum lagi Toyota Kijang yang meluncur di tahun 1977 dengan bodi sudah ringsek seperti habis tabrakan berat.
Tangguh menyeka keningnya karena berkeringat. Ini bakalan menjadi pekerjaan paling menakjubkan yang akan dia lakukan. Teman-teman di kampungnya pasti akan berteriak histeris saat tahu pekerjaan kerennya saat ini.
"Saya sepertinya akan mengecek mesin mobil Kijang Pak Steve," ujar Tangguh yang diikuti anggukan oleh lelaki setengah baya itu.
"Aku tinggal sebentar ya. Mau ke kandang kuda." Tangguh meletakkan kembali kunci Inggris yang sudah ia pegang.
"Kuda? Pak Steve punya kuda?" tanya Tangguh antusias.
"Yah, baru empat ekor saja. Aku menyukai hal-hal yang menyenangkan seperti ini. Mungkin besok aku akan membawamu main ke kandang kudaku. Tidak terlalu jauh, apalagi kalau jalannya ditemani wanita cantik yang masih sakit kakinya itu. Hari ini harusnya jadwal Linda berkuda, tetapi karena kakinya sakit, lebih baik di rumah saja. Aku titip sebentar istri dan rumahku ya." Lagi-lagi Tangguh merasa ambigu dengan kalimat Pak Steve. Apa dia yang kurang peka, atau memang seperti inilah cara orang luar negeri dalam berbincang. Tak ada sungkan dan langsung to the point.
"Baik, Pak. Saya akan kembali melanjutkan pekerjaan." Tangguh tersenyum, lalu dengan susah payah berhasil membuka kap mobil Kijang yang ringsek bagian bodi depan dan samping kanan.
"Jika mobil itu bisa menyala dan bodinya kita perbaiki, aku yakin kita bisa untung banyak, Guh, jadi semangatlah!" seru Steve semangat sebelum benar-benar keluar dari gudang mobilnya.
Pemuda desa yang sangat beruntung seperti dirinya, tentu tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan langka seperti ini. Karena rencana Tuhan itu pasti lebih tepat dan indah daripada rencana manusia. Tangguh bahkan sempat mengambil potret selfie dirinya di depan mobil tua Steve, lalu menjadikan potret itu sebagai status WA -nya.
Sibuk dengan aneka kunci dan lain sebagainya yang berhubungan dengan mesin mobil, Tangguh tidak tahu kalau Linda baru saja keluar dari rumah sambil membawa nampan. Ia berjalan biasa saja dengan tangan memegang nampan berisi dua cangkir teh dan juga sepiring kue.
Linda mengulum senyum sambil memperhatikan gerak-gerik Tangguh dari balik kap mobil yang terbuka sehingga menutupi sebagain tubuh pemuda itu. Linda tengah menikmati permen lollipop dengan santainya.
"Apa kamu suka mobil suamiku?" tanya Linda tiba-tiba. Tentu saja Tangguh kaget hingga kepalanya membentur atap kap.
Pung!
"Aw!"
"Eh, maafkan aku. Kamu kaget ya." Dengan setengah berlari Linda menghampiri Teguh, lalu melihat kepala pemuda itu dengan penuh perhatian. Mata Tangguh menyipit memastikan kaki Linda apakah sudah benar-benar sembuh, sehingga bisa lari seperti barusan.
"Maaf ya," katanya lagi sambil mengusap kepala Tangguh dengan penuh sayang.
"Gak papa, Bu, saya baik-baik saja," elak Tangguh mencoba menepis tangan Linda dengan pelan, tetapi wanita itu yang malah menggeser tangan Tangguh.
"Luka di kepala itu tidak boleh dibiarkan, karena bisa geger otak."
"Ha ha ... saya hanya terbentur kap mobil sedikit saja Bu, bukan terbentur aspal. Terima kasih atas perhatiannya," ujar Tangguh dengan senyuman lebar dan wajah yang merona.
"Sini aku tiup!"
"Eh, jangan ...."
"Huft ...huft ... huft ...." Tangguh bukan merasa lebih baik, tetapi ia merasa semakin kacau, karena Linda terus saja memajukan tubuhnya dan berjinjit untuk meniup kepala Tangguh. Dengan terpaksa pemuda itu sedikit menunduk sehingga dada Linda yang tertutup baju kaus ketat tepat di depan bola mata Tangguh.
"Sayang, apa yang sedang kau lakukan pada Tangguh?"
****
"Sayang, apa yang kau lakukan pada Tangguh?""Eh, Sayang ... aku membawakan kalian teh dan kue. Kedatanganku yang tiba-tiba membuat kepala anak muda ini terbentur kap mobil dengan cukup keras. Jadi aku melihatnya, khawatir ada luka dalam di sana. Kamu tahu sendiri'kan kalau luka di kepala itu sangat sensitif?" Linda berjalan mendekat pada suaminya dengan sebelah kaki yang pincang. Steve kembali iba dan mengulurkan tangannya untuk membantu Linda yang kesulitan saat berjalan."Harusnya kamu tidak perlu repot, Sayang. Kami baru saja sarapan'kan. Mungkin agak siang, tetapi karena kamu sudah berbaik hati membawakan teh dan kue, aku akan mencicipinya terlebih dahulu, baru ke peternakan." Steve merangkul pinggang istrinya.Tangguh yang merasa malu dengan pemandangan romantis suami istri majikannya, kembali memilih melanjutkan aktivitasnya."Tangguh, apa kepalamu baik-baik saja?" tanya Steve pada Tangguh."Tidak apa-apa, Pak, nanti juga sembuh,
Tangguh memperbaiki keran air dengan cepat, sehingga Linda dapat meneruskan mencuci piring sambil tersenyum sangat manis pada pemuda itu. Melihat baju Tangguh yang kotor, reflek tangan Linda menyentuh bagian dada pemuda itu, menepuk-nepuknya dengan pelan."Kamu berotot sekali," bisik Linda membuat Tangguh kembali menahan napas cukup lama. Steve masih berada di teras rumah sedang menelepon seseorang sehingga ia tidak mengetahui yang terjadi di dapur antara istrinya dan juga Tangguh."S-saya permisi, Bu." Tangguh yang semakin takut, memutuskan untuk pamit undur diri, tetapi Linda dengan sigap menahan tangan Tangguh dan menariknya dengan kasar, hingga tubuh keduanya bertabrakan.Tangguh mendelik kaget dan ia tidak berani mengembuskan napas, saat kedua bola matanya bertatapan begitu lekat dengan bola mata Linda. Ia ingin sekali berontak, tetapi sisi lain hatinya menahannya untuk menikmati momen langka ini.CupDengan sedikit berjinjit, Linda mengecup p
Dewasa 21+ "Apa kau benar-benar mencintaiku?" bisik Linda saat keduanya sudah berada di dalam kamar yang dikunci. "Tentu saja, saya mencintai Bu Linda. Apa itu boleh?" tanya balik Tangguh sambil menahan aliran darah yang tiba-tiba begitu kencang menuju senjata miliknya. Kedua masih mengunci pandangan dengan kedua tangan Tangguh memeluk pinggang Linda. "Aku pun sama," jawab Linda begitu lembut sambil melepas pelukan Tangguh pada pinggangnya, lalu tangan wanita itu memegang tangan Tangguh, jemari mereka bertautan dengan tatapan saling mengunci. Linda mendorong lembut tubuh pemuda itu hingga menabrak dinding. Meletakkan tangan Tangguh di atas kepalanya dan sedikit berjinjit untuk mengulum mesra bibir kekasihnya. Linda menekan kakinya pada kedua kaki Tangguh dalam keheningan yang membuat desah napas Linda dan juga Tangguh, serta alunan gesekan kedua tubuh mereka terdengar semakin keras. Tangguh menur
Linda sangat senang dengan Tangguh. Pemuda itu begitu sehat dan kuat sehingga mereka bisa mengulanginya hingga beberapa kali. Tak terlihat lelah atau napas yang tersengal karena kelelahan. Wanita muda itu tahu ia tidak pernah salah menentukan lelaki selama hidupnya. Tangguh berbaring memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan sebagai alas kepalanya. Pemuda itu tidak benar-benar tidur hanya ia tengah memikirkan perbuatannya yang terlalu nekat dan membahayakan.“Sebaiknya saya kembali bekerja, Nyonya,” kata Tangguh sembari mencoba bangun dari posisinya. Linda yang tengah memeluknya dengan tubuh polos tentu tidak akan membiarkan momen langka ini berlalu begitu cepat. Baru pukul satu siang dan masih ada tiga jam lagi sampai suaminya pulang. Ia masih ingin bermalas-malasan bersama pemuda tampan dan juga kuat seperti Tangguh.“Nanti saja, aku masih ingin memelukmu,” bisik Linda dengan menahan lengan Tang
“Eh, ini, Pak, saya tadi buang air kecil di dekat pohon sana karena udah tidak tahan. Tiba-tiba ada kodok, saya jadi kaget dan lupa mengancing kembali,” jawab Tangguh dengan terpaksa berkilah.“Oh, oke. Kita langsung pulang saja ya. Nanti malam ada pembeli yang sudah mau menjemput si Kijang. Kamu akan saya kasih bonus, Guh,” kata Steve dengan antusias.“Wah, rejeki emang gak kemana ya, Pak. Udah langsung ada yang beli. Saya jadi semangat untuk benerin mobil yang lain,” sahut Tangguh yang tidak kalah senang. Jujur ia begitu merasa bangga ketika apa yang ia kerjakan sangat berarti bagi orang lain. Tidak disangka-sangka juga, lewat jalan ini ia menemukan pujaan hati—wanita kota yang sangat cantik dan juga panas.Menikah? Bagaimana caranya menikah dengan istri orang lain? Apakah poliandri? Sepertinya tidak ada hukum yang mengatur pernikahan aneh seperti itu. Ah … gimana nant
Terjerat Skandal Istri Bos 11 “Apa?” Tangguh memekik dengan kedua bola mata hampir saja terlempar dari tempatnya. “Ha ha … aku hanya bercanda, Guh. Mana mungkin kita nekat melakukan semua itu. Untuk sementara seperti ini saja aku tidak keberatan,” kata Linda sambil mengeratkan pelukannya pada Tangguh. Pemuda desa yang sudah terperosok dalam cinta buta itu pun hanya bisa tersenyum tipis, lalu mendaratkan satu kecupan di bibir kekasihnya. “Mau ke mana?” tanya Linda saat Tangguh mengurai tangannya, lalu menyeret tubuhnya yang kekar untuk turun dari tempat tidur Linda.
Linda mencoba bersikap biasa saja, tetapi berbeda dengan Tangguh yang wajahnya mendadak kaku dan berkeringat. Mobil Steve memasuki pekarangan rumah. Itu tandanya jika ia memarkirkan mobilnya ke depan bengkel, maka Linda akan terlihat berada di sana bersama dirinya."Aku akan bersembunyi di balik mobil ini. Kau buat suamiku sedikit menjauh, apa kau paham?" titah Linda sudah berjalan di balik-balik mobil rongsokan suaminya. Sandal yang ia gunakan juga sudah ia lepas dan ia pegang erat, agar gerak langkahnya nanti tidak dicurigai oleh Steve.Beruntunglah Steve langsung menuju bengkel, tidak mencari Linda ke dalam rumah. Tangguh berusaha memperbaiki air wajahnya dengan berdeham beberapa kali. Lalu juga ia berpura-pura keluar dari bengkel sambil mencuci tangan."Hai, Tangguh, bagaimana kerjamu hari ini?" sapa Steve sambil meletakkan topinya di atas meja kecil yang nampak berdebu. Hidung Steve membaui aroma nasi Padang yang cukup kental menusuk hidungnya.
"Jadi menurutmu, pola hidup masa muda yang membuat kejantananku tidak bisa bekerja maksimal?" tanya Steve pada Dokter Hadi; merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin yang juga salah satu kenalannya."Ya, aku menyarankan agar kamu hentikan rokok, tidak minum bir, tidak begadang, dan banyak makan buah. Memang berproses, tidak bisa cepat. Aku memang bisa memberikanmu resep obat kuat, tapi aku khawatir akan ginjalmu. Jadi aku hanya berikan vitamin saja ya," terang Dokter Hadi sambil menuliskan resep untuk Steve.Pria bule itu terdiam beberapa saat, lalu berkata, "aku mau resep obat kuat itu, aku akan mencobanya. Tidak perlu banyak, tiga pil cukup. Ayolah, Di," rengek Steve dengan wajah memelas. Dokter Hadi menghela napas. Di satu sisi ia kasihan dengan masalah Steve, di sisi lain ia juga mengkhawatirkan kondisi ginjal temannya itu. Apalagi Steve sudah tidak muda. Usianya hampir lima puluh tahun."Aku yakin tidak apa-apa, ayolah!" rengek Steve la