Share

6. Membetulkan Kran Air

"Sayang, apa yang kau lakukan pada Tangguh?" 

"Eh, Sayang ... aku membawakan kalian teh dan kue. Kedatanganku yang tiba-tiba membuat kepala anak muda ini terbentur kap mobil dengan cukup keras. Jadi aku melihatnya, khawatir ada luka dalam di sana. Kamu tahu sendiri'kan kalau luka di kepala itu sangat sensitif?" Linda berjalan mendekat pada suaminya dengan sebelah kaki yang pincang. Steve kembali iba dan mengulurkan tangannya untuk membantu Linda yang kesulitan saat berjalan.

"Harusnya kamu tidak perlu repot, Sayang. Kami baru saja sarapan'kan. Mungkin agak siang, tetapi karena kamu sudah berbaik hati membawakan teh dan kue, aku akan mencicipinya terlebih dahulu, baru ke peternakan." Steve merangkul pinggang istrinya. 

Tangguh yang merasa malu dengan pemandangan romantis suami istri majikannya, kembali memilih melanjutkan aktivitasnya.

"Tangguh, apa kepalamu baik-baik saja?" tanya Steve pada Tangguh.

"Tidak apa-apa, Pak, nanti juga sembuh," jawab Tangguh.

"Ayo minum teh dulu," seru Steve lagi.

"Nanti saja, tangan saya sudah terlanjur kotor. Bapak dan Ibu makan terlebih dahulu saja," jawab Tangguh lagi diiringi dengan senyuman.

Steve dan Linda keluar dari gudang mobil rongsokan mereka, lalu menikmati teh dan juga kue di kursi kayu di bawah pohon mahoni. Udara tempat tinggal mereka benar-benar sejuk dengan sinar matahari pagi yang masuk ke pekarangan mereka tanpa penghalang. 

Tangguh mengintip pemandangan suami istri di depannya yang nampak romantis dan bahagia. Lelaki itu mengulum senyum. Ia terlalu percaya diri karena sudah beranggapan majikan wanitanya menyukainya. Tidak akan mungkin ada hal seperti itu di jaman sekarang. Lelaki mapan tetap lebih beruntung mendapatkan wanita dibandingkan dengan lelaki miskin sepertinya.

Linda tanpa sengaja ikut menoleh ke belakang, lalu pandangan keduanya saling mengunci untuk beberapa saat. Tangguh mengangguk kaku dengan senyuman canggung, sedangkan Linda tersenyum miring lalu ikut mengangguk juga.

Tak lama kemudian, Steve bangun dari duduknya, lalu mengecup kening dan juga bibir tipis istrinya. Lelaki itu menaiki motor besarnya dan pergi meninggalkan pekarangan rumah menuju peternakan.

Linda kembali menoleh ke arah gudang dan melihat Tangguh masih asik dengan pekerjaannya. Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, tersenyum penuh misteri, dan kemudian masuk ke dalam rumah.

Menjelang gelap, Tangguh baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Mesin mobil Kijang itu menyala dengan gagahnya, walau suara mesin masih terdengar serak. Steve yang baru sampai dan melihat hal itu, tentu saja berlari dengan begitu senangnya mendekat pada Tangguh.

"Kamu luar biasa. Keren," puji Steve tulus sambil memandangi mobil tuanya yang teronggok sekian tahun, akhirnya menyala juga.

"Aku akan menawarkannya ke market place setelah kita memoles bodinya," kata Steve lagi dengan antusias.

"Masih ada PR dengan suara mesinnya, Pak, dan sepertinya saya butuh bensin lebih banyak. Mobil ini kurang minum," jawab Tangguh sambil tersenyum puas dengan hasil kerjanya.

"Tenang saja, besok aku mau ke Jakarta untuk bertemu dengan teman yang biasa mengurusi bodi mobil. Aku harap dia bisa membantu dan kita bisa segera menjual mobil ini dengan harga cukup tinggi. Aku sangat puas dengan hasil kerjamu. Baiklah, sekarang kamu mandi dan kita akan makan malam bersama di rumahku," ujar Steve sambil menepuk pundak Tangguh dengan penuh rasa terima kasih.

Tangguh pulang ke rumahnya dan langsung mandi. Tubuhnya benar-benar bau oli dan begitu juga dengan rambutnya. Tangguh menyentuh kepalanya yang tadi ditiup oleh Linda dan hal itu mampu membuat darahnya berdesir. Pemuda itu menutup matanya dan membayangkan wajah Linda sambil menyentuh miliknya.

Karena hal itu pula, Tangguh terlambat sampai di rumah Steve. Wajahnya sedikit pias dan pucat. Wanita dewasa seperti Linda tentu saja paham dengan rona wajah Tangguh yang sedikit pucat.

"Darimana saja? Kenapa lama sekali? Apa kamu melakukan sesuatu di kamar mandi? Menyikat kamar mandi mungkin?" sindir Linda hingga membuat suaminya tertawa. Tangguh pun hanya bisa menunduk malu dengan wajah yang sangat merah. Ia malu karena Linda seperti tengah menyindirnya dengan telak.

"Sudah-sudah, kamu membuatnya malu, Sayang. Biarkan pemuda ini makan dengan tenang. Mungkin dia sedang merindukan kekasihnya saat di kamar mandi," sambung Steve sedikit vul*ar dengan gelak tawa menggelegar. Linda pun melakukan hal yang sama. Sedangkan Tangguh hanya bisa menyembunyikan wajahnya dengan menunduk penuh rasa malu yang luar biasa.

Mereka makan dengan lahap sambil sesekali berbincang ringan. Tangguh menjawab semua pertanyaan dari Steve seputar otomotif yang telah dikuasai oleh pemuda itu. Acara yang tentu saja sangat membosankan bagi Linda. Ia memilih membawa piring kotor ke dapur dan meninggalkan suaminya dan Tangguh yang tengah asik berbincang.

"Sayang, keran airnya macet lagi," rengek Linda dari dapur. 

"Kamu tahu'kan aku tidak bisa menangani itu," sahut Steve.

"Jadi, bagaimana aku bisa mencuci piring?" suara Linda merengek manja. 

"Biar saya lihat, Pak. Siapatahu saya bisa memperbaikinya." Tangguh sudah berdiri dari duduknya.

"Ya sudah, silakan." Steve mempersilakan Tangguh ke dapur untuk menyusul istrinya. Sedangkan ia kembali fokus pada layar ponselnya yang berdering.

"Halo Pak Ruri."

Tangguh menghampiri Linda dengan canggung, sedangkan Steve tengah berbincang pada seseorang yang meneleponnya.

"Maaf, Bu, apa saya boleh melihatnya?" tanya Tangguh dengan sedikit gugup.

"Kamu boleh melihat semuanya, tapi tidak sekarang," bisik Linda sambil mengerling nakal pada Tangguh.

****

Bersambung

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
tangguh makin canggung karena sering digoda olehbpak stve dan istri lewat obtolan
goodnovel comment avatar
Rizka Putri Alfithrah
si linda kegatelan bet yaa ...tangguh dah panas dingin gitu
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
y ampunnn linda hadeeehh bner2 pingin d garuk wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status