Share

06. Negosiasi

"Satu bulan?"

Savian mengangguk mantap. Ia menggeser bokongnya untuk semakin dekat pada Carla lalu menyentuh telapak tangan Carla tanpa aba-aba. Saking terkejutnya dengan tindakan lancang Savian, Carla hanya bisa diam dengan pandangan menerawang.

"Sekarang nyari tempat tinggal itu susah, Car, kayak nyari jodoh." kata Savian berusaha meyakinkan, tangannya masih betah menggengam telapak tangan Carla. Tidak melihat tanda penolakan dari Carla, Savian mengusap tangan Carla lembut, mengambil kesempatan dalam keadaan apapun adalah keahlian pria itu.

"Boleh, ya, Car?" lanjut Savian sebab Carla masih merapatkan mulutnya. 

Setelah mendengar pertanyaan dari Savian, barulah Carla tersadar, ia menarik tangannya lebih dulu kemudian bergeser menjauh dari pria yang kini menatapnya dengan kening berkerut. Carla berdehem, menimalisir kecanggungan, matanya melirik Savian lebih dulu sebelum menggelengkan kepala tanda penolakan.

Savian mendesah berat, ia menghentakkan kakinya ke lantai melampiaskan kekesalan. Tapi dengan begitu, penolakan dari Carla tidak membuatnya menyerah, Savian kembali menggeser tubuhnya lagi, merapat pada Carla yang memandangnya dengan tatapan tak terbaca.

Caroa langsung bergidik ketika Savian kembali menarik tangannya kedalam genggaman pria itu, wajah Savian menatap Carla lurus menunjukan keseriusan, membuat Carla juga menatap Savian dalam.

"Kamu ini perempuan, bahaya tinggal sendirian." tutur Savian penuh keseriusan.

Tapi Carla tidak mudah di goyahkan, gadis itu memutar bola matanya meremehkan ucapan Savian barusan. "Lebih bahaya lagi kalau aku tinggal sama pria asing kayak kamu!" balas Carla sambil menyentak tangan Savian dari tangannya.

Savian langsung terdiam, matanya menatap Carla penuh tanya tanda. Tak terhitung sudah berapa kali gadis itu menolak sentuhannya, berbicara dengan suara yang lantang padanya dan memasang wajah galak menantang. Carla sangat berbeda dengan wanita lain yang sudah Savian taklukan, dan hal itu membuat Savian semakin tertantang untuk membuat Carla bertekuk lutut padanya.

Savian tersenyum miring, ia penasaran berapa lama Carla bisa menahan diri dari jerat pesonanya. Lihat saja, ia akan tunjukan keahliannya dalam meluluhlantakkan hati wanita.

Keterdiaman Savian membuat Carla ikut merapatkan mulutnya dan memaki pria tampan dalam hati. Ia kesal dengan Savian yang tidak tahu diri, sudah di kasih izin menginap dua malam, malah minta nambah satu bulan. Tapi, terlepas dari itu, Carla menyadari satu hal, sentuhan Savian menimbulkan efek berbeda pada dirinya. Entah kenapa Carla tidak mengingat sosok kakak tirinya ketika tangan Savian menyentuhnya. Karena saat tangan Savian menyapa kulitnya, hanya nama Savian yang memenuhi isi kepalanya.

Begini, setiap ada pria yang menyentuhnya, Carla selalu membayangkan kalau itu adalah sentuhan kakak tirinya, tapi saat Savian yang menyentuhnya, bayangan itu tidak ada. Dan Carla tidak merasa ketakutan dan terancam, hanya saja Carla merasa risih.

Apa ia menyetujui permintaan Savian saja? Membiarkan Savian tinggal lebih lama di sini sekalian melatih dirinya yang selama ini selalu takut berada di dekat pria, karena bersama Savian, Carla tidak merasakan ketakutan itu.

Tapi... Walaupun rasa takut itu tidak ada, Savian tetap pria. Savian bisa saja melakukan hal jahat padanya seperti yang kakak tirinya lakukan.

"Car, satu bulan saja. Boleh, ya?" Savian memohon dengan raut wajah putus asa, ia berhasil membuat Carla kembali memikirkan keputusannya.

"Tapi, satu bulan kelamaan, satu minggu saja, ya?" tawar Carla memberi kesempatan.

"Satu bulan, Car, saya deh yang bayar sewa."

Carla mengambil napas dalam, "Aku udah bilang kalau flat ini Kak Misel pinjamkan, jadi aku gak bayar sewa sepersen pun." ujar Carla. Padahal kemarin Carla sudah bilang kalau Misel meminjamkan flat ini padanya, itu berarti ia tinggal secara cuma-cuma, alias gratis! hal itu juga menjadi salah satu alasan kenapa Carla enggan pindah dari flat ini.

Seakan lupa dengan penolakan Carla tadi, Savian kembali menggenggam tangan Carla secara paksa.

"Saya janji, kalau saya boleh tinggal di sini selama satu bulan, kamu boleh minta apapun sama saya, minta dipuasin juga akan saya jabanin!" kata Savian dengan semangat menggebu-gebu, berharap Carla luluh dengan yang ia janjikan.

Sayangnya, bukannya luluh, perkataan Savian malah menyentil rasa emosi Carla.

"Sembarangan! Memang aku cewek apaan!" sentak Carla, wajahnya sudah merah padam menggambar kekesalan dan emosi yang menjadi satu.

Tangan Carla meremas kaleng soda di tangannya lalu melemparnya asal ke atas meja. Carla bangkit dari duduknya, ia menyentak tangan Savian secara kasar dan mendorong Savian hingga punggung pria itu menabrak badan sofa. 

Carla memelotot galak kearah Savian sebelum ia beranjak masuk kedalam kamarnya, ia tidak peduli meskipun makanan enak milik Savian masih tersisa banyak di atas meja, selera makannya sudah hilang karena perkataan pria itu. 

"Car, kok pergi?" Savian berusaha menahan tangan Carla, tapi gadis sudah keburu masuk kedalam kamarnya, meninggalkan Savian sendirian di ruang tengah.

Savian menggaruk tangannya frustrasi. Ia tidak mengerti kenapa Carla tampak kesal dan meninggalkannya. Apa ada yang salah dengan perkataannya barusan? 

Savian menarik napas dalam. Sepertinya ia harus memupuk banyak kesabaran dan ketekunan untuk meluluhkan hati gadis keras kepala itu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status