Share

Bab 7 - Rudi Mencari Hendra

RUDI langsung datang ke apartemen Heru setelah mendapat khabar dari temannya itu bahwa dia dikeroyok orang dekat mall.

Heru menceritakan kronologi kejadian itu.

“Kamu punya nomor telepon Bunga?” tanya Rudi.

Heru memberikan nomor telepon Bunga. “Tetapi jangan kasih tahu Bunga kalau aku dikeroyok!” pinta Heru.

“Hmm, gimana aku bisa cari tahu siapa si Hendra kalau nggak tanya sama Bunga?” tanya Rudi bingung.

Tetapi dia kemudian mendapat akal. “Aku akan minta bantuan Astrid, kebetulan aku punya nomor teleponnya.”

Heru ingat, Astrid adalah teman Bunga yang mirip artis Luna Maya. ‘Wah, rupanya Rudi sudah menjalin kontak dengan si Luna Maya itu…’ pikir Heru.

Heru mengubungi Astrid. “Hallo sayang…”

‘Gila, udah sayang-sayangan saja!’ bathin Heru hampir tidak dapat menahan ketawanya. Dia kenal sifat Rudi, orangnya memang tidak panjang sungkan, mudah akrab dengan orang, dan tidak banyak tedeng aling-aling.

Cukup lama juga Rudi berusaha membujuk Astrid untuk mengorek keterangan tentang Hendra dari Bunga. Rupanya, dari apa yang didengar Heru dari percakapan Rudi, Astrid merasa enggan mengorek keterangan dari Bunga, walaupun mereka berteman.

Tetapi setelah percakapan telepon itu selesai, Rudi berkata kepada Heru, “tenang, kita akan mendapatkan info tentang si Hendra ini.”

“Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Heru penasaran.

“Sudahlah bro, kamu tenang saja. Ini urusan aku!”

Pertemanan Rudi dengan Heru memang sudah seperti saudara. Rudi bahkan mau mensupport keuangan Heru, jika Heru membutuhkan.

Memang, kadang-kadang Heru berada di posisi kritis jika pasokan dari ayahnya di Malang (sebuah kota di Jawa Timur, pulau Jawa, Indonesia) terlambat, sementara penghasilan Heru yang masih belum stabil membuatnya belum mampu mengatasi semua kebutuhan hidupnya di kota metropolitan Jakarta.

Ketika mereka asyik ngobrol, tiba-tiba ponsel Rudi berdering.

“Ya, hallo sayang…” sapa Rudi.

‘Itu pasti Astrid’, pikir Heru.

Tidak lama kemudian, Rudi menutup teleponnya.

“Rupanya si Hendra ini anak bos Sinar Bangunan! Kebetulan, gue dapat juga cecurutnya!” gumam Rudi. Heru tidak begitu mengerti apa yang dimaksud Rudi, namun membiarkan saja Rudi yang kemudian menelepon seseorang.

“Hallo, Samson! Kau ada kerjaan, lae!” sapa Rudi di telepon.

Rudi lalu memberikan instruksi kepada orang yang bernama Samson itu untuk mencari si Hendra, anak bos Sinar Bangunan, yang tinggal di daerah sekitar Pancoran, Jakarta Selatan. Setahu Heru, Sinar Bangunan adalah rangkaian toko swalayan yang menjual material bangunan dan alat-alat rumah tangga.

“Kamu tenang saja, brother!” kata Rudi setelah menutup telepon. “Ayo, kamu siap-siap, kita jalan-jalan.”

Heru agak tercengang juga. “Jalan-jalan? Ini sudah malam.”

“Kamu mau ketemu si Hendra, nggak?”

Sebenarnya, Heru tidak ingin terlibat masalah lebih jauh. Memang dia sakit hati terhadap Hendra yang telah mengeroyoknya, dan masih merasakan sakit di sekujur badannya. Tetapi apa yang bisa dia lakukan untuk membalas sakit hatinya itu?

Namun dia juga menjadi penasaran. Apa mungkin anak buah Rudi bisa secepat itu menemukan si Hendra?

Tanpa berpikir lebih lama lagi, karena memang Heru sudah tidak mampu berpikir banyak, dia kemudian mengganti baju dan menutupi memar dan lebam di wajah dan tubuhnya.

Mobil Rudi adalah Mazda CX! Mobil SUV (Sport Utility Vehicle) yang mirip sedan ini kalau tidak salah berharga setengah miliar rupiah. Rudi memang termasuk penggila mobil, suka ganti-ganti mobil. Walaupun mobilnya ini bukan yang termahal dari produsen mobil Jepang itu, namun hampir seluruhnya sangat memukau. Orang bilang, mobil Mazda tidak seperti mobil Jepang, namun lebih terkesan sebagai mobil Eropa. Ada juga yang bilang kalau Mazda itu mobil ‘genit’, karena kalau diucapkan, terdengar seperti “mas… daahh…”

Di bawah sinar temaram lampu di parkiran basement, mobil berwarna merah metalik itu tampak berkilau.

“Tut-tut…” bunyi lembut dari locking system mobil menandakan pintu sudah terbuka.

Heru sudah sering jalan dengan Rudi, namun menggunakan mobil yang ini, baru kali ini Heru merasakannya.

Ketika menghempaskan pantatnya ke jok mobil di samping Rudi, Heru merasakan kenyamanan yang luar biasa. ‘Pantas saja mobil ini mahal,’ bathin Heru. Dia merasakan seperti berada dalam kokpit pesawat jet pribadi yang lux.

“Mobil baru lagi, Rud?” tanya Heru basa-basi.

“Sudah beberapa hari sih,” jawab Rudi santai.

“Hmm.. kapan ya gue punya mobil kayak gini,” gumam Heru masih merasa kagum.

“Tenang Her, kalau kamu mau, kamu bisa pakai mobil ini. Ntar aku ganti yang lain…”

Gila! Gampang banget orang ini ngomong. “Ah, bercanda kamu Rud!”

“Serius! Kamu mau coba bawa ini?” tawar Rudi.

“Ah, sudahlah. Lain kali saja. Ayo kita jalan!” Heru merasa nggak enak hati. Dia tidak mungkin percaya apa yang baru saja didengarnya itu. Rudi mau memberikan mobil baru yang mahal ini begitu saja kepadanya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status