Fang menghentikan lajunya setelah hampir menabrak tubuh babi hutan itu. Ia ingin meninggalkannya, akan tetapi babi hutan tersebut tidak membiarkannya.
"Ngok-Ngok," babi hutan tersebut seakan bertanya kenapa Fang mengganggunya. Hewan liar itu mendengus kesal dan bersiap menyerang si bocah kecil.
Tanpa menunggu penjelasan Fang dan meskipun bocah itu menjelaskan sekalipun sang babi hutan tersebut tidak akan mengerti, hewan liar itu menyerangnya dengan ganasnya.
"Tunggu dulu, kenapa kau menyerang ku?" Ucap Fang sambil menghindari serangan babi hutan. Ia tidak berminat menanggapi serangan hewan liar tersebut.
"Ngok-Ngok," sang babi hutan tidak mengerti ucapan Fang. Malah hewan liar itu menganggap Fang menghinanya. Oleh sebab itu, sang babi hutan menambah keganasannya dalam menyerang Fang.
Awalnya Fang bisa menghindari semua serangan babi hutan itu, akan tetapi pada serangan-serangan selanjutnya, ia tidak bisa menghindarinya dan membuat sang babi hutan berhasil mendaratkan satu tandukan kepadanya.
"Bukkkk," suara keras terdengar dengan lantangnya bahkan saking kerasnya mengalahkan suara nyanyian burung yang berkicau di sekitar tempat itu.
"Argh," jerit Fang, ia memegangi perutnya yang terkena tandukan babi hutan itu. Darah juga mengalir di bibirnya dan beberapa luka pun berbekas di tubuhnya, sebab ia menabrak pohon yang tidak jauh darinya setelah terkena serangan sang babi hutan.
"Kurang ajar," teriak Fang. Bagaimana pun dia merupakan seorang bocah yang tentu saja masih mudah terpancing emosinya. Ia bersikap sabar dan tenang sebelumnya sebab ia tidak ingin melukai babi hutan tersebut.
"Akan ku bunuh kau! Setelah itu akan ku kuliti dan ku jadikan sate!" Fang menunjuk babi hutan itu. Sementara sang babi hutan hanya menatap garang ke arahnya dan siap kembali menyerang.
"Ngok-Ngok,"
Babi hutan langsung berlari ke arah Fang dan berniat kembali menanduknya. Akan tetapi bocah itu tidak seperti sebelumnya yang hanya menghindar. Bocah itu berdiri dengan tegak di tempatnya dan tidak mencoba menghindari serangan tersebut.
Saat kepala sang babi hampir mendarat di tubuhnya, Fang menangkap kepala sang hewan liar tersebut. Dengan cepat Fang langsung melemparkan sang babi hutan ke sebuah pohon yang tidak berada jauh darinya. Lemparan Fang begitu keras, sehingga membuat sang babi hutan mati seketika.
"HM," Fang menghembuskan napasnya dengan pelan. Ia lalu mendekati sang babi hutan dan mulai memikulnya.
"Bagus, kau berhasil mengalahkannya," sebuah suara tiba-tiba terdengar di telinganya. Suara tersebut berasal dari Sang Kakek yang sudah keluar dari tempat persembunyiannya.
"Bagus apanya, Kakek ingin membunuhku?" Celetuk Fang.
"Aih," sang Kakek tersedak napasnya, "Sudah-sudah, tidak perlu dibahas lagi. Lebih baik kita kembali ke rumah." Sambung sang Kakek sambil menunjuk hari yang sudah mulai sore. Terlihat dari matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. Ia lalu meminta Fang untukmenurunkan babi hutan tersebut dan meletakkan di punggungnya.
Kedua pasangan cucu dan Kakek itu akhirnya kembali ke kediaman mereka.
***
Hari demi hari Fang menjalani latihannya. Sang Kakek sudah membuat jadwal latihan bocah itu yang akan di mulai dari jam enam pagi hingga tengah hari untuk latihan pernapasan. Dan akan dilanjutkan jam satu siang sampai sore hari untuk latihan fisiknya. Tetapi, seminggu pertama, Fang hanya dilatih pernapasannya saja. Pada minggu kedua, barulah ia menjalani latihan fisik juga.
"Dalam waktu singkat, ia mengalami perkembangan yang luar biasa," gumam Kakek pelan sembari memandangi Fang yang sedang berlatih fisik di kejauhan. Pria tua itu meminta Fang untuk mengangkat keranjang yang memiliki berat lebih dari seratus kilogram itu sambil berjalan dari lokasi yang telah ditentukannya.
Awalnya seperti saat pertama latihan, Fang tidak bisa mengangkatnya. Tetapi setelah mendapat beberapa arahan dari sang Kakek, bocah itu bisa melakukannya dan sekarang sudah terbiasa.
Bukan hanya latihan pernapasan dan fisik saja, Fang juga dibantu dari luar, ternyata campuran yang terdapat di dalam air mandi Fang merupakan kumpulan dari tumbuh-tumbuhan yang sangat baik untuk tubuh.
Misalnya saja Rumput Emas Giok, tumbuhan tersebut dapat membantu penebalan kulit seseorang yang mengkonsumsinya atau pun yang memandikannya seperti yang dilakukan oleh Fang.
Atau Ginseng Darah, yang berkhasiat membantu mempercepat dan memperkuat peredaran darah serta membersihkan darah-darah kotor yang terdapat di tubuh.
Yang paling menarik perhatian adalah Bunga Lotus Jiwa Es yang nyatanya berkhasiat untuk meningkatkan dan memperkuat jiwa seseorang.
Tampaknya sang Kakek sudah mempersiapkan semuanya dari jauh-jauh hari agar dapat membimbing dan melatih Fang semaksimal mungkin.
Fang yang mendengar hal tersebut tidak bisa berkata apa-apa lagi, selain menangis haru. Ia tidak menyangka sang Kakek akan bertindak sejauh ini.
"Aku sudah berjanji pada seseorang untuk mengurusmu seperti cucuku sendiri dan memberikan semua yang ku miliki untukmu. Sebagai pendekar, aku selalu memegang janjiku," jawab sang Kakek saat Fang tanyai kenapa pria tua itu habis-habisan untuknya.
Fang kembali terharu, ia tidak bisa lagi menahan air matanya, "Kakek, kau segalanya bagiku. Aku berjanji akan selalu menyayangimu."
"Bagus, hanya itu saja yang ingin aku dengar darimu, Kakek juga sangat menyayangimu."
Kedua pasangan Kakek dan cucu itu akhirnya larut dalam suasana haru pada hari itu.
***
Setelah mengetahui sang Kakek berharap banyak padanya, Fang menambah semangat latihannya. Awalnya ia ingin berlatih ilmu beladiri hanya ingin bisa melakukan apa yang Kakeknya lakukan dan ia tidak bisa melakukannya. Akan tetapi, sekarang tujuannya lebih besar lagi. Ia ingin menjadi kuat agar bisa mempertahankan dan membantu orang-orang yang disayanginya. Selain itu, ia juga ingin membantu orang-orang yang lemah seperti yang sang Kakek inginkan darinya.
"Aku berjanji kepada langit, akan menjadi Pendekar yang kuat, yang tidak ada tandingannya. Agar aku bisa memenuhi janjiku kepada Kakek dan memenuhi harapannya," sang bocah bertekad dalam hatinya. Matanya sejenak menyala terang, menunjukkan bahwa ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu.
Sementara itu, sang Kakek sudah mulai mengendalikan dirinya dari kesedihan. Ia lalu mengajak Fang kembali ke rumah, karena ia rasa latihan hari ini sudah cukup untuk bocah itu.
Fang menurutinya, keduanya meninggalkan tempat itu dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh. Sebab sebelumnya, Fang sudah mengetahui dasar ilmu meringankan tubuh yang diajarkan oleh sang Kakek. Bocah itu sudah bisa terbang dari pohon ke pohon mengikuti sang Kakek walaupun tidak secepat pria tua itu. Fang juga masih belum bisa berlama-lama melakukan hal tersebut, sebab tenaga dalamnya masih sangat sedikit.
"Tidak apa-apa, perlahan-lahan kau akan terbiasa dan mulai menguasainya," ucap sang Kakek sambil menghentikan langkah mereka setelah melihat Fang yang sudah kelelahan dan napasnya pun sudah mulai memburu.
"Sebaiknya kita istirahat sebentar dan melanjutkannya dengan jalan kaki saja," tambah sang Kakek dan mulai berhenti.
Sementara itu, Fang duduk bersila untuk mengembalikan tenaga dalamnya yang hilang. Setelah kondisi Fang mulai stabil, keduanya melanjutkan perjalanan mereka kembali ke rumah.
Empat tahun telah berlalu, kini Fang menginjak usia sepuluh tahun. Perubahan besar terjadi padanya, terutama untuk tubuhnya yang kini sudah lebih besar dan tinggi daripada sebelumnya.Saat ini Fang sedang duduk di bebatuan besar di bawah air terjun, ia sedang bermeditasi untuk berlatih pernapasan dan menambah tenaga dalamnya. Fang sendirian, Sang Kakek tidak terlihat di sana sebab ia mulai membiarkan Fang berlatih sendiri sejak setahun yang lalu.Fang membuka matanya saat ia mendengar sebuah raungan keras yang mengganggu telinganya. Ia menoleh ke sekitarnya, tetapi tidak menemukan keberadaan sosok yang meraung itu. Anehnya lagi, raungan tersebut tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi."Suara apa itu tadi?" Fang tidak berdiam diri, dia begitu penasaran dengan suara tersebut. Ia memutuskan untuk menghentikan latihannya dan memeriksa beberapa lokasi di dekat tempat itu.Setelah beberapa waktu, ia tidak menemukan apapun yang mencurigakan atau pun sosok yang me
Harimau Cambuk Api memulai pertarungan, ia melompat ke dalam kerumunan Serigala Haus Darah. Hewan Gaib itu mengibaskan ekornya ke arah salah satu Serigala Haus Darah dan mengincar bagian kepalanya. Namun tidak mengenai target, sebab serigala-serigala itu bergerak dengan cepat. "Auuummm," raung Harimau Cambuk Api. Tampaknya sebuah raungan dapat meningkatkan gairah dan kepercayaan diri Harimau Cambuk Api. Sementara kawanan Serigala Haus Darah tidak membiarkan Harimau Cambuk Api menyerang mereka dengan leluasa. Memanfaatkan jumlah mereka yang banyak, sepuluh ekor Serigala Haus Darah itu menyerang Harimau Cambuk Api secara bersamaan yang membuatnya harus melompat mundur dari kepungan itu. "Pertarungan yang luar biasa," ucap Fang pelan sambil terus mengamati pertarungan antara Hewan Gaib itu. Fang kemudian menyaksikan Harimau Cambuk Api sedang membuka mulutnya lebar-lebar dan sesaat kemudian melepaskan sebuah gumpalan api berwarna merah kebiruan yang meles
"Kakek, aku pulang," Fang mencari keberadaan Kakeknya dan menemukannya sedang memasak saat ia kembali bersama dengan Xiao Laohu.Kakek membalikkan badannya dan tersenyum kepada Fang, tapi senyumannya terhenti setelah ia menemukan seekor harimau di belakang bocah itu. Yang paling membuatnya terkejut adalah karena ia mengetahui identitas sang harimau."Harimau Cambuk Api?" Tanya Kakek dengan penasaran, meskipun demikian tidak ada ketakutan di wajahnya. Hal itu cukup membuat Fang mengerti bahwa sang Kakek tidak khawatir akan diserang oleh sang harimau."Tampaknya kekuatan Kakek jauh lebih tinggi di atas Xiao Laohu," gumam Fang di dalam hatinya. Ia bertambah penasaran dengan kekuatan pria tua di hadapannya itu.Kekuatan Xiao Laohu sendiri berada di tingkat setara dengan Pend
Fang bangun pagi-pagi sekali, seperti hari-hari sebelumnya. Ia mulai bersiap untuk pergi latihan.Bocah itu tidak lupa membangunkan Xiao Laohu dan mengajaknya ikut dengannya. Menurutnya akan lebih menyenangkan jika ia berlatih bersama Harimau Cambuk Api itu.Sebelum pergi, ia tidak lupa memeriksa kamar Kakeknya dan menemukan pria tua itu sedang tertidur pulas. Ia bisa melihat pria tua itu sangat kelelahan."Ayo kita pergi, Laohu." Fang kemudian terbang menggunakan ilmu meringankan tubuhnya dan bergerak dari satu pohon ke pohon lainnya. Gerakan dan langkahnya sudah begitu cepat, tetapi masih kalah dibandingkan Xiao Laohu. Hal itu membuat Fang kagum sekaligus terpana melihat kemampuan Harimau Cambuk Api itu.Beberapa saat kemudian mereka sampai di tempat Fang biasanya latihan. Ia melakukan pemanasan sebentar sebelum duduk di atas batu yang berada di bawah air terjun."Aku akan menjadi kuat sampai tidak ada yang bisa melawanku. Sebab dengan kekuatan l
Fang terus berlatih dari hari ke hari, ia juga menambah porsi latihannya untuk bertambah kuat secepat mungkin. Hari itu, Fang juga ingin pergi ke tempat biasanya ia berlatih, semua sudah disiapkan namun sebelum ia keluar rumah, Kakek memanggilnya dan membuatnya menghentikan langkah."Hari ini kau tidak perlu latihan, Kakek ingin mengajakmu ke Kota," ucapan Kakek itu membuat Fang mematung dalam beberapa detik."Apa? Kakek mengatakan ingin mengajakku ke Kota?" Fang membatin lalu mengorek-ngorek lubang telinganya beberapa kali berpikir ia salah mendengar."Apa aku salah dengar, Kek?" Tanya Fang mamastikan. Setelah Kakeknya mengatakan bahwa Fang tidak salah, ia melompat dengan kegirangan."Hore, akhirnya aku bisa melihat Kota," teriaknya dengan semangat. Terlihat betul di wajahnya bahwa Fang sudah lama menantikan hal tersebut.Kakek hanya tersenyum tipis menanggapinya, lalu meminta Fang untuk bersiap-siap."Bagaimana dengan Laohu, Kek?" Tanya Fa
Hanya butuh beberapa menit untuk mereka sampai, sebab tempat mereka keluar memang tidak jauh dari gerbang Kota.Fang dan Kakek dihentikan oleh dua orang berpakaian jirah lengkap menunjukkan bahwa keduanya adalah prajurit Kekaisaran Yang."Mau kemana kalian?" Tanya salah satu prajurit itu sedikit kasar."Maaf Tuan, kami hanya ingin memasuki Kota," jawab Kakek sambil membungkukkan badannya. Ia lalu mengeluarkan sekantong uang yang berisi beberapa perunggu. Itu adalah bayaran masuk ke Kota tersebut."Masuklah, jangan membuat keributan atau kau akan menerima akibatnya." Prajurit itu mengambil kantong uang yang Kakek berikan sambil mendengus kesal.Saat Kakek dan Fang ingin melewati gerbang, langkah kaki mereka terhenti sebab mereka merasakan aura yang mendominasi. Walaupun tidak ditujukan kepada mereka, tetapi keduanya bisa merasakannya.Keduanya membalikkan badan dan mendapati sekelompok orang sedang berjalan ke arah para prajurit.Kakek
Fang begitu antusias saat mereka sampai di pusat Kota sebab disana ia bisa menemukan banyak orang. Ini pertama kali ia melihat orang-orang sebanyak ini, tentu saja itu membuatnya senang.Fang juga menemukan banyak pendekar di sepanjang jalan mereka. Yang paling banyak ditemui adalah pendekar Perak dan Emas serta beberapa yang berada di tingkat Pendekar Ahli. Sekarang ia menyadari kenapa Kakek bersikeras memintanya menyembunyikan kekuatannya."Ini benar-benar luar biasa," Fang berdecak kagum."Simpan dulu kekagumanmu, Kakek akan mengajakmu ke pasar. Disana kau bisa menemukan lebih banyak pendekar yang memiliki kekuatan tinggi." Pria tua itu tertawa kecil. Ia puas melihat Fang senang dan bersemangat.Keduanya terus berjalan sampai akhirnya tiba di pasar yang dimaksud oleh sang Kakek."Kakek benar, disini lebih banyak pendekar tingkat tinggi." Ujar Fang membenarkan pernyataan Kakeknya sebelumnya."Kau boleh berkeliling tempat ini jika kau mengi
Identitas kedua bocah tersebut tidak lain adalah anak kandung dari patriak sekte Pedang Surgawi, Shen Wang.Bocah laki-laki itu bernama Shen Teng, yang merupakan anak sulung dari patriak Shen Wang sekaligus murid dari tetua Gu Lang.Sementara gadis kecil itu adalah adik dari Shen Teng, Shen Yue. Ia merupakan murid dari tetua Chi Lan.Usia Shen Teng sendiri adalah dua belas tahun dan Shen Yue dua tahun lebih muda darinya. Meskipun demikian, sebagai seorang pendekar mereka memiliki tingkat kekuatan yang cukup tinggi. Hal itu tidak mengejutkan, keduanya adalah murid utama sekte Pedang Surgawi yang paling berbakat."Kami akan memberikan pengalaman menarik untuk kalian berdua," tetua Chi Lan tersenyum tipis.Perbincangan mereka berempat terus berlanjut sementara enam orang murid sekte Pedang Surgawi lainnya hanya diam mendengarkan saja. Diskusi mereka terhenti setelah pelayan menghidangkan makanan yang telah mereka pesan."Ayo cepat makan, mumpun