Share

Hewan Liar

Fang menghentikan lajunya setelah hampir menabrak tubuh babi hutan itu. Ia ingin meninggalkannya, akan tetapi babi hutan tersebut tidak membiarkannya.

"Ngok-Ngok," babi hutan tersebut seakan bertanya kenapa Fang mengganggunya. Hewan liar itu mendengus kesal dan bersiap menyerang si bocah kecil.

Tanpa menunggu penjelasan Fang dan meskipun bocah itu menjelaskan sekalipun sang babi hutan tersebut tidak akan mengerti, hewan liar itu menyerangnya dengan ganasnya.

"Tunggu dulu, kenapa kau menyerang ku?" Ucap Fang sambil menghindari serangan babi hutan. Ia tidak berminat menanggapi serangan hewan liar tersebut.

"Ngok-Ngok," sang babi hutan tidak mengerti ucapan Fang. Malah hewan liar itu menganggap Fang menghinanya. Oleh sebab itu, sang babi hutan menambah keganasannya dalam menyerang Fang.

Awalnya Fang bisa menghindari semua serangan babi hutan itu, akan tetapi pada serangan-serangan selanjutnya, ia tidak bisa menghindarinya dan membuat sang babi hutan berhasil mendaratkan satu tandukan kepadanya.

"Bukkkk," suara keras terdengar dengan lantangnya bahkan saking kerasnya mengalahkan suara nyanyian burung yang berkicau di sekitar tempat itu.

"Argh," jerit Fang, ia memegangi perutnya yang terkena tandukan babi hutan itu. Darah juga mengalir di bibirnya dan beberapa luka pun berbekas di tubuhnya, sebab ia menabrak pohon yang tidak jauh darinya setelah terkena serangan sang babi hutan.

"Kurang ajar," teriak Fang. Bagaimana pun dia merupakan seorang bocah yang tentu saja masih mudah terpancing emosinya. Ia bersikap sabar dan tenang sebelumnya sebab ia tidak ingin melukai babi hutan tersebut.

"Akan ku bunuh kau! Setelah itu akan ku kuliti dan ku jadikan sate!" Fang menunjuk babi hutan itu. Sementara sang babi hutan hanya menatap garang ke arahnya dan siap kembali menyerang.

"Ngok-Ngok,"

Babi hutan langsung berlari ke arah Fang dan berniat kembali menanduknya. Akan tetapi bocah itu tidak seperti sebelumnya yang hanya menghindar. Bocah itu berdiri dengan tegak di tempatnya dan tidak mencoba menghindari serangan tersebut.

Saat kepala sang babi hampir mendarat di tubuhnya, Fang menangkap kepala sang hewan liar tersebut. Dengan cepat Fang langsung melemparkan sang babi hutan ke sebuah pohon yang tidak berada jauh darinya. Lemparan Fang begitu keras, sehingga membuat sang babi hutan mati seketika.

"HM," Fang menghembuskan napasnya dengan pelan. Ia lalu mendekati sang babi hutan dan mulai memikulnya.

"Bagus, kau berhasil mengalahkannya," sebuah suara tiba-tiba terdengar di telinganya. Suara tersebut berasal dari Sang Kakek yang sudah keluar dari tempat persembunyiannya.

"Bagus apanya, Kakek ingin membunuhku?" Celetuk Fang.

"Aih," sang Kakek tersedak napasnya, "Sudah-sudah, tidak perlu dibahas lagi. Lebih baik kita kembali ke rumah." Sambung sang Kakek sambil menunjuk hari yang sudah mulai sore. Terlihat dari matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. Ia lalu meminta Fang untukmenurunkan babi hutan tersebut dan meletakkan di punggungnya.

Kedua pasangan cucu dan Kakek itu akhirnya kembali ke kediaman mereka.

***

Hari demi hari Fang menjalani latihannya. Sang Kakek sudah membuat jadwal latihan bocah itu yang akan di mulai dari jam enam pagi hingga tengah hari untuk latihan pernapasan. Dan akan dilanjutkan jam satu siang sampai sore hari untuk latihan fisiknya. Tetapi, seminggu pertama, Fang hanya dilatih pernapasannya saja. Pada minggu kedua, barulah ia menjalani latihan fisik juga.

"Dalam waktu singkat, ia mengalami perkembangan yang luar biasa," gumam Kakek pelan sembari memandangi Fang yang sedang berlatih fisik di kejauhan. Pria tua itu meminta Fang untuk mengangkat keranjang yang memiliki berat lebih dari seratus kilogram itu sambil berjalan dari lokasi yang telah ditentukannya.

Awalnya seperti saat pertama latihan, Fang tidak bisa mengangkatnya. Tetapi setelah mendapat beberapa arahan dari sang Kakek, bocah itu  bisa melakukannya dan sekarang sudah terbiasa.

Bukan hanya latihan pernapasan dan fisik saja, Fang juga dibantu dari luar, ternyata campuran yang terdapat di dalam air mandi Fang merupakan kumpulan dari tumbuh-tumbuhan yang sangat baik untuk tubuh.

Misalnya saja Rumput Emas Giok, tumbuhan tersebut dapat membantu penebalan kulit seseorang yang mengkonsumsinya atau pun yang memandikannya seperti yang dilakukan oleh Fang.

Atau Ginseng Darah, yang berkhasiat membantu mempercepat dan memperkuat peredaran darah serta membersihkan darah-darah kotor yang terdapat di tubuh.

Yang paling menarik perhatian adalah Bunga Lotus Jiwa Es yang nyatanya berkhasiat untuk meningkatkan dan memperkuat jiwa seseorang.

Tampaknya sang Kakek sudah mempersiapkan semuanya dari jauh-jauh hari agar dapat membimbing dan melatih Fang semaksimal mungkin.

Fang yang mendengar hal tersebut tidak bisa berkata apa-apa lagi, selain menangis haru. Ia tidak menyangka sang Kakek akan bertindak sejauh ini.

"Aku sudah berjanji pada seseorang untuk mengurusmu seperti cucuku sendiri dan memberikan semua yang ku miliki untukmu. Sebagai pendekar, aku selalu memegang janjiku," jawab sang Kakek saat Fang tanyai kenapa pria tua itu habis-habisan untuknya.

Fang kembali terharu, ia tidak bisa lagi menahan air matanya, "Kakek, kau segalanya bagiku. Aku berjanji akan selalu menyayangimu."

"Bagus, hanya itu saja yang ingin aku dengar darimu, Kakek juga sangat menyayangimu."

Kedua pasangan Kakek dan cucu itu akhirnya larut dalam suasana haru pada hari itu.

***

Setelah mengetahui sang Kakek berharap banyak padanya, Fang menambah semangat latihannya. Awalnya ia ingin berlatih ilmu beladiri hanya ingin bisa melakukan apa yang Kakeknya lakukan dan ia tidak bisa melakukannya. Akan tetapi, sekarang tujuannya lebih besar lagi. Ia ingin menjadi kuat agar bisa mempertahankan dan membantu orang-orang yang disayanginya. Selain itu, ia juga ingin membantu orang-orang yang lemah seperti yang sang Kakek inginkan darinya.

"Aku berjanji kepada langit, akan menjadi Pendekar yang kuat, yang tidak ada tandingannya. Agar aku bisa memenuhi janjiku kepada Kakek dan memenuhi harapannya," sang bocah bertekad dalam hatinya. Matanya sejenak menyala terang, menunjukkan bahwa ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya itu.

Sementara itu, sang Kakek sudah mulai mengendalikan dirinya dari kesedihan. Ia lalu mengajak Fang kembali ke rumah, karena ia rasa latihan hari ini sudah cukup untuk bocah itu.

Fang menurutinya, keduanya meninggalkan tempat itu dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh. Sebab sebelumnya, Fang sudah mengetahui dasar ilmu meringankan tubuh yang diajarkan oleh sang Kakek. Bocah itu sudah bisa terbang dari pohon ke pohon mengikuti sang Kakek walaupun tidak secepat pria tua itu. Fang juga masih belum bisa berlama-lama melakukan hal tersebut, sebab tenaga dalamnya masih sangat sedikit.

"Tidak apa-apa, perlahan-lahan kau akan terbiasa dan mulai menguasainya," ucap sang Kakek sambil menghentikan langkah mereka setelah melihat Fang yang sudah kelelahan dan napasnya pun sudah mulai memburu.

"Sebaiknya kita istirahat sebentar dan melanjutkannya dengan jalan kaki saja," tambah sang Kakek dan mulai berhenti.

Sementara itu, Fang duduk bersila untuk mengembalikan tenaga dalamnya yang hilang. Setelah kondisi Fang mulai stabil, keduanya melanjutkan perjalanan mereka kembali ke rumah.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Harmailis Bahar
menarik alur ceritanya
goodnovel comment avatar
mulfa riza
kau ingin membunuhku bukan ucpan bocah 6 thn
goodnovel comment avatar
Pojie Diena
3x aku vote tu.harap puas hati la novel ni hahah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status