Share

Sang Penguasa
Sang Penguasa
Penulis: SWEET_OWL

Pengejaran di Bawah Hujan

Hari itu, semuanya terasa gelap. Tak ada bulan, tiada bintang yang biasanya selalu menemani malam. Hanya hujan deras yang terus mengalir tanpa henti membuat genangan air di mana-mana.

Plak...Plak

Suara langkah kaki terdengar. Nyatanya tepat di tengah hutan yang gelap itu, seorang wanita berlari dengan napas terengah-engah. Dengan perasaan takut, sedih serta waspada bercampur aduk menjadi satu di dalam hatinya.

Rasa ingin berteriak keras meminta pertolongan pun sempat terlintas dibenaknya, tapi itu tidak ia lakukan. Setelah wanita itu pikir kembali, saat ini ia sedang berada di tengah hutan yang tentunya persentase bertemu dengan orang lain sangat kecil. Bukannya lebih aman, malah ia bisa tertangkap. Sebab, saat ini ia sedang mencoba meloloskan diri dan bersembunyi dari kejaran beberapa orang di belakangnya.

"Aku tidak boleh menyerah!" Gumam wanita itu dalam hatinya sambil sesekali menoleh ke arah belakang memastikan pengejarnya belum menyusulnya.

Wanita itu tidak sendirian, di pelukannya terdapat seorang bayi laki-laki mungil yang sesekali tersenyum padanya. Meski dalam guyuran hujan yang kian deras, bayi tersebut tidak menangis.

Bayi laki-laki itulah yang menjadi alasannya untuk tetap berlari dan tidak tertangkap, meskipun sebenarnya darah sudah bercucuran di tubuhnya. Luka-luka pun seperti hiasan yang terdapat di mana-mana.

"Tidak bisa, aku tidak bisa mati di sini!" Wanita itu kembali membatin, ia menggigit bibirnya dengan keras sampai mengeluarkan darah, itu ia lakukan untuk menguatkan tekadnya agar bisa lolos dari pengejarnya.

Berlari, terus berlari hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini. Sampai akhirnya, wanita itu menemukan sebuah gua. Tanpa pikir panjang, juga menghiraukan bahaya yang terdapat di dalamnya, wanita itu masuk membawa bayi laki-lakinya.

Awalnya ia sudah merasa cukup aman, tetapi nyatanya tidak demikian.

Rasa takut dan gusar yang ada di benaknya kini harus kembali merasuk ke dalam hatinya, sebab ia mendengar suara jejak kaki yang semakin lama kian mendekati tempatnya bersembunyi.

Satu, dua, tiga, langkah kaki itu semakin bertambah banyak. Wanita tersebut menyadari bahwa itu adalah jejak kaki para pengejarnya. Benar saja, tidak lama kemudian terlihat lima orang berpakaian serba hitam, dengan topeng berhiaskan corak burung gagak terpasang di wajah mereka. Kelimanya berlari cepat sambil memegangi pedang di tangannya masing-masing.

Tanpa menjelaskan identitas mereka, wanita itu sudah mengetahuinya. Wanita itu bersembunyi di balik sebuah batu yang ada di dalam gua itu, berharap para pengejarnya tidak menemukan Keberadaannya.

Sebab ia mengenali benar identitas lima orang itu. Mereka adalah anggota kelompok pembunuh bayaran, perampok, yang sangat kejam. Kelompok itu sendiri dikenal dengan sebutan Kelompok Gagak Pembunuh. Sebuah kelompok yang sudah sangat terkenal di dunia persilatan dan menjadi momok menakutkan bagi manusia biasa atau pun pendekar sekali pun.

"Cepat…" ucap salah satu dari lima orang itu, "Kita harus menemukannya dan menyelesaikan misi kita!" Sambungnya.

"Berpencar," ucap salah satu dari mereka.

Mendengar perintah itu, yang lainnya mulai mencari ke seluruh penjuru gua dan tidak lama kemudian, salah satu dari mereka menginjak sesuatu yang cair seperti genangan air.

"Bagaimana air bisa masuk ke dalam gua ini?" Tanyanya dalam hati. Ia melihat ke sekelilingnya, mencoba menemukan asal yang bisa membuat air tersebut masuk. Setelah tidak menemukannya, anggota kelompok Gagak Pembunuh itu pun curiga.

Anggota kelompok Gagak Pembunuh tersebut segera mengangkat kakinya dan memegangi cairan itu. Meskipun dalam kegelapan, ia tetap bisa melihat warna cairan tersebut yang ternyata berwarna merah. Untuk memastikan tebakannya, ia pun mencium baunya. Benar saja, bau amis darah segera masuk ke dalam hidungnya.

Setelah memastikan beberapa hal lagi, anggota kelompok Gagak Pembunuh itu memutuskan untuk berteriak, "Aku menemukannya!"

Teriakannya yang kencang seketika menggema, menarik perhatian seluruh rekannya. Tanpa berlama-lama, kelimanya kembali berkumpul dan mengikuti jejak tetesan darah tersebut.

Walaupun gua tersebut cukup gelap, tapi nyatanya mereka mampu menembusnya. Kelima orang itu sudah terlatih di dalam tempat yang gelap seperti itu.

"Itu dia," ucap salah satu dari mereka sambil menunjuk ke satu arah. Rekannya yang lain dengan cepat memandang ke arah tersebut, dan benar saja mereka menemukan sosok yang mereka kejar selama ini.

"Cepat tangkap dia dan selesaikan misi kita!" Kelimanya langsung berlari dan berniat menangkapnya. Salah satu dari mereka mengulurkan tangan, mencoba meraih tubuh mangsa mereka, tapi sebelum tangannya sampai tiba-tiba sesuatu melesat dengan cepat.

Ia tidak cukup cepat untuk menyadarinya, hasilnya tangannya terkena sesuatu yang melayang itu dan beberapa saat kemudian terpotong dengan rapi, menyisahkan lengannya saja.

"Argh!" Orang itu berteriak dengan sejadi-jadinya. Ia tidak menduga tangannya tiba-tiba terpotong dan belum sempat ia mengetahui apa yang menyebabkan tangannya terpotong, sesaat kemudian giliran kepalanya yang terpisah dari tubuhnya. Anggota kelompok Gagak Pembunuh itu tewas seketika.

Melihat hal tersebut, anggota kelompok Gagak Pembunuh lainnya meningkatkan kewaspadaan. Mereka berdiri berdekatan, menjaga semua sisi mereka agar bisa saling melindungi.

Tidak lama kemudian, salah satu dari mereka melihat sebuah bayangan yang melintas dan bergerak dengan cepat di depannya.

Pria bertopeng itu mencoba menebas bayangan tersebut, tetapi ia gagal melakukannya. Ia hanya menebas udara yang kosong, sebab bayangan tersebut bergerak sangat cepat yang sulit diikuti oleh mata anggota kelompok Gagak Pembunuh itu.

Sesaat kemudian, pria bertopeng tersebut merasakan ada yang mendekati lehernya. Tanpa ia bisa menghindar, lehernya tiba-tiba terpisah dari tubuhnya. Sampai ia menghembuskan napas terakhirnya, anggota kelompok Gagak Pembunuh itu tidak tahu siapa yang melakukannya dan benda apa yang memotong lehernya.

Melihat kejadian itu, tiga anggota kelompok Gagak Pembunuh yang tersisa kembali meningkatkan kewaspadaan mereka. Dengan penuh emosi, salah satu dari mereka memberanikan diri untuk menantang sosok misterius itu.

"Hei, siapa kau! Jangan jadi pengecut. Jika kau seorang pendekar, tunjukkan dirimu dan lawan kami dengan terang-terangan!" Ucapnya sambil mengacungkan pedangnya.

Ia ingin melanjutkan kata-katanya, tetapi sebelum ia melakukannya, sesuatu menembus tenggorokannya. Anggota kelompok Gagak Pembunuh itu tewas seketika.

Kini tersisa dua orang lagi, melihat tiga orang rekannya mati tanpa disadari alasannya, keduanya menjadi takut. Tubuh mereka bergetar dengan hebat. Bahkan pedang yang mereka genggam dengan erat sebelumnya, kini sudah tergeletak di lantai gua.

Mereka menyadari, siapapun yang menyerangnya, pasti dia bukanlah orang sembarangan. Tentunya kekuatan serta ilmunya jauh tinggi di atas mereka.

Karena itulah, salah satu dari mereka mencoba peruntungannya. Ia berteriak, tapi kali ini tidak untuk menantang sosok itu, tetapi ia meminta maaf.

"Maafkan kelancangan kami senior, kami tidak tahu Anda sedang berada disini. Kami tidak berniat mengganggu istirahat Anda, kami hanya ingin membawa wanita itu bersama bayi laki-lakinya. Jika senior mengizinkan, maka kami akan pergi setelah menyelesaikan misi."

Komen (19)
goodnovel comment avatar
Heru Sutanto
ok.hhhggaaa.jhajjsss
goodnovel comment avatar
Lena Sandrainy
ok banget ceritanya dan menegangkan
goodnovel comment avatar
Komar Udin
lanjut...... asal gak mahal dan bab nya panjang.. oke
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status