Pekerjaan Malam
"Cindy kamu masih di mana, nak? Papa dari tadi nyariin kamu." Ujar sang Mama dibalik ponsel.
"Aduh Mama, kaya gak tau kerjaan Cindy aja deh, jam segini Cindy masih di loksasi sebentar lagi juga tampil Mam."
"Mami tau nak, tapi mau sampai jam berapa ini sudah lewat larut malam loh, pekerjaan apa yang sampai jam segini belum selesai?" Tanya sang Mami kembali.
"Uda dulu ya, Mam... By." Cindy dengan sengaja mematikan ponsel lalu menyimpan nya ke dalam tas dan keluar dari ruangan ganti.
Cindy keluar dari ruangan tersebut dengan menggunakan pakaian yang sangat mini dengan belahan dada yang rendah tentu saja membuat para lelaki yang ada di sana memperhatikan Cindy.
Siapa yang tidak kenal dengan Cindy Aurelly Margaretta anak konglomerat yang berprofesi sebagai modeling juga suka ke club malam.
Seperti saat ini dirinya sedang menari dengan ceria di atas lantai yang di sediakan khusus penari wanita malam.
Dengan lihai Cindy menggoyangkan badan nya melenggak-lenggokkan mengikuti dengan irama musik yang begitu menyakiti gendang telinga.
Clab ini tentu saja di hadiri oleh orang orang bukan kalangan biasa saja namun orang orang yang memiliki perusahaan juga berbagai bisnis.
Salah satu dari mereka tentu ada David pria tampan dengan tubuh atletis banyak di sukai wanita.
Tidak terkecuali dengan Cindy gadis itu sudah menjalin kasih dengan David selama 3 tahun.
Banyak yang sudah dia lalui bersama pria itu hingga sudah sering kali tidur bersama di apartemen milik David jika dirinya tidak pulang ke rumah orangtuanya.
"Hai sayang," Sapa David dari belakang menyentuh telinga Cindy membuat gadis itu menoleh pada pria di belakang dengan harum maskulin yang sudah dia hafal.
"Hai beby, tumben baru sampai." Cindy mencium pipi David dengan mesra membuat siapa saja yang melihat pasti iri dengan mereka.
David pun membisikan kembali di telinga milik Cindy sehingga membuat gadis itu mengerang tentu saja membuat David suka dan langsung mengajaknya untuk segera pergi dari tempat itu.
Entah dibawa kemana Cindy dan melupakan perintah kedua orang tua nya untuk segera pulang ke rumah.
Sementara di kediaman perumahan elit Albert kini benar benar murka dirinya tidak habis pikir dahulu menyetujui putri bungsu nya untuk meniti karir sebagai modeling.
"Jam berapa ini! anak gadis jam 2 dini hari belum pulang ke rumah!" Hardik Albert pada sang istri yang kini sudah menahan kantuk akibat dari murka sang suami.
"Sudah lah, mas... Nama nya juga dunia model sudah sewajarnya bukan jika pulang selalu pagi. Aku ngantuk!" Sinta membaringkan tubuh lalu menarik selimut sampai menutupi kepala nya tidak mau mendengarkan lagi ocehan ocehan sang suami yang membuat dirinya semakin pusing.
Albert masih mondar mandir keluar dari kamar nya memastikan jika putri bungsu nya sudah pulang, namun ternyata nihil putri nya tersebut masih saja belum pulang ke rumah padahal waktu sudah memasuki fajar.
Allahuakbar... Allahuakbar...
Suara adzan berkumandang sudah terdengar di telinga milik Albert dengan segera pria paruh baya itu menuju kamarnya kembali untuk membersihkan terlebih dahulu tubuhnya lalu melaksanakan kewajiban pada tuhan nya.
Terdengar suara mesin mobil yang terparkir di parkiran dengan segera Albert turun ke bawah untuk melihat apakah putri nya sudah pulang ke rumah.
"Masih ingat pulang?" Hardik Albert dari lantai satu ketika melihat sang putri yang baru saja keluar dari dalam mobil.
Cindy dengan pakaian yang lusuh namun menutupi semua tubuhnya agar sang papa tidak selalu mengomentari pakaian yang ia kenakan.
"Pa... Pa." Ujarnya ketika melihat pria paruh baya itu sudah berkacak pinggang.
"Bagus kamu ya! Anak perempuan sepagi ini baru pulang."
"Ceramah nya nanti aja, Pa... Aku ngantuk!" Dengan menahan emosi Albert membiarkan putri nya untuk beristirahat terlebih dahulu terlihat dari raut wajahnya yang kelelahan.
Pagi itu sang istri yang sudah menyiapkan sarapan pagi untuk suami nya sudah terlihat rapi dengan pakaian rumahan yang biasa Sinta pakai.
"Sudah tidak bisa di didik rupanya anak itu!"
"Sudahlah, Mas... Biarkan Cindy istirahat terlebih dahulu jika sudah bangun kita bicarakan baik baik sama dia." Sang istri mencoba menahan amarah Albert lalu mengambilkan lauk pauk untuk dia makan.
Tentu saja Albert setuju dengan istri cantiknya itu.
****KantorTut..... Tut....."Assalamualaikum, Pa...." Suara pemuda dari balik ponsel menyapa.
"Walaaikumsalam, Ar... Gimana kabar kamu?"
"Alhamdulilah Arka disini baik Pa, Tumben papa telpon?"
Albert menceritakan kepada putra sulungnya bahwa adik perempuan nya sudah melampaui batas maksimal untuk di kategorikan sebagai modeling.
Arka Candra Margaretta merupakan anak pertama dari pasangan Albert dan juga Sinta.
Saat ini Arka sedang menempuh pendidikan S2 nya di London.
Mendengar hal itu dari sang Papa membuat Arka pun sama murkanya untuk itu Arka meminta kepada sang Ayah untuk segera menikahkan adiknya tersebut dengan seseorang yang dia sudah kenal.
"Apa rencana mu akan berhasil, Ar?"
"Papa tau, Emir Asad sahabat aku yang lulusan mesir?"
Sang papa menganggu kan kepala nya meskipun Arka tidak melihat namun pemuda itu sepertinya merasakan.
Untuk itu Arka menjelaskan pada sang papa rencana dirinya yang akan menjodohkan sang adik dengan sahabatnya itu yang kini sudah tiba di Indonesia beberapa bulan lalu ketika sudah menerima kelulusan nya di khairo mesir.
Albert menyetujui rencana anak sulung nya itu bukan maksud untu memaksakan putri nya tersebut yang baru berusia 23 tahun itu untuk menikah hanya saja agar Cindy bisa jauh lebih baik dari apa yang dia lihat selama ini.
Albert kemudian memutuskan panggilan tersebut dengan Arka sang anak sulung yang sedang menempuh pendidikan pascasarjana di London.
Albert dengan hati yang penuh ceria juga ingin segera bertemu dengan calon mantu nya itu kini memanggil sekertaris nya untuk keruangan dirinya.
"Buatkan saya janji temu dengan seseorang."
"Tapi, Pak... Jadwal bapak siang ini sudah full."
"Itu sangat penting buat saya!".
"B---baik, Pak." Dengan terbata Ita menjawab mengiyakan keinginan sang big bos untuk membuatkan janji temu dengan seseorang.
Ita keluar dari ruangan presiden direktur dengan perasaan yang bingung dan bertanya tanya.
"Siapa orang itu hingga membuat Pak Albert sangat menginginkan bertemu dengannya?" Dalam hati Ita bertanya.
Ita berusaha mencari tahu siapa orang yang ingin Albert temui dengan menanyakan pada beberapa orang kepercayaan pak Albert.
Setelah mencari tahu siapa orang yang ingin bos nya temui itu Ita semakin di buat bingung.
"Sultan memang beda, sampai orang seperti itu saja musti dia temui dengan cara terhormat seperti ini." Gumam Ita seraya berjalan ke arah meja tempat dia bekerja.
Bersambung...
Di Paksa MenikahKeesokan harinya pun tiba seperti biasa Cindy selalu saja pulang pagi membuat Albert semakin murka dengan kelakuan anak perempuan nya."Kerja apa sih, kamu! setiap hari pulang pagi mau jadi apa kamu!" Hardik Albert ketika melihat sang putri sempoyongan keluar dari mobil."Pa, aku model pa... berapa kali aku jelasin ke papa.""Model apa, sampai pagi begini baru pulang?""Kamu berhenti dari kerjaan kamu, atau kamu Papa jodohkan dengan laki laki pilihan papa!"DegMendengar hal itu membuat Cindy menghentikan langkahnya."apa apaan aku gak mau ya di jodoh jodohkan. lagian aku uda punya pacar pa!" "Pacar apa yang membuat kamu jadi pulang pagi setiap hari seperti ini?"Belum sempat perdebatan itu berlanjut Sinta sang mama menghampiri anak juga suami nya yang kini sedang beradu argumen.Sinta memberikan kode pada Cindy agar segera naik ke dalam kamar nya untuk menghindari amukan dari Albert.
PertemuanFlachbackAlbert kini menunggu seseorang di sebuah resoran mewah yang sudah di pesan oleh Ita sang sekertaris.Pria paruh baya itu duduk dengan tenang menanti calon menantunya untuk dia temui saat ini.Tibalah dua orang berbaju hitam dengan tubuh tegap juga atletis itu menghampiri Albert juga sekertarisnya.Ita terkaget juga terheran heran melihat kedua pemuda yang seperti nya pengawal pribadi itu menghampiri Albert dan membisikan sesuatu di telinga nya."Ta, bisa tolong belikan sesuatu untuk istri saya di sebrang restoran ini?"Ita menoleh dan menatap Albert dengan bingung namun karna Albert memberikan kode untuk dirinya segera pergi dari tempat itu Itapun akhirnya menganggukan kepalanya.Setelah punggung sang sekertaris Ita itu sudah tidak terlihat lagi barulah muncul sosok pria muda dengan rahang yang tegas juga bola mata coklat dengan bulu mata yang lentik serta pakaian yang rapi dengan stelan
Pria Miskin"Kami dan keluarga datang kesini dengan maksud dan tujuan ingin meminang anak dari bapak Albert Marga Margaretta untuk menjadi calon istri dari keponakan saya yang bernama Assaque Emirkhan Assad." Ujar om Emir yang menyampaikan niat baik kedatangan mereka.Albert baru menyadari jika pria yang dia temui bersama keluarganya itu memang benar calon menantunya yang dia temui beberapa hari yang lalu.Tapi mengapa panampilan Emir sangat jauh berbeda dari Emir yang pertama kali dia temui, apa dia memang sedang menguji putrinya?"Alhamdulilah, trimakasih Bapak Satya yang sudah mewakili dari keluarga besar untuk menyampaikan berita bahagia ini. Saya selaku Ayah kandung Cindy menerima sepenuhnya Assaque Emirkhan Assad menjadi pendamping putri saya, namun saya pun harus menanyakan terlebih dahulu pada putri saya. Apakah kamu mau menerima Assaque Emirkhan Assad sebagai calon suamimu, Nak?"Deg DegCindy saat ini yang sudah duduk berhada
PrologPada saat bangun pagi Sheila yang kaget dengan keadaan dirinya yang ternyata tidur tidak sendiri melainkan dengan seorang laki laki yang bahkan dirinya sendiri pun tidak tahu, siapa laki laki yang kini ada di samping nya itu?Sheila melihat ke dalam selimutnya sendiri apakah pakaian nya masih lengkap atau ah sudahlah membayangkan nya saja Sheila tidak sanggup, perlahan Sheila mengangkat selimut nya dengan mengedipkan mata nya satu takut jika dirinya benar benar dalam ke adaan tidak memakai pakaian.Belum juga Sheila melihat ke dalam selimut nya dari luar sudah terdengar suara ketukan pintu, mungkin itu kebiasaan sang mama yang selalu membangunkan putri nya yang selalu kesiangan untuk berangkat kuliah.Tok... Tok..."Shei, bangun Shei uda jam berapa ini!!!" Teriak suara wanita paruh baya yang terdengar sangat nyaring."Emh!" Suara lenguhan bariton sexy itu membuat Sheila yang masih berada di samping pr