Share

Melarikan Diri

Sebuah sorot lampu mobil yang datang menyita perhatian Wira dan Mamak. Ibu dan anak itu segera bangkit dari teras kantor yang terasa begitu nyaman lima belas menit terakhir. Wira tersenyum setelah mengenali mobil itu.

“Itu Aisya, Mak,” ucap Wira singkat. Dalam hati ia bersyukur akhirnya orang yang ditunggu-tunggu tiba juga.

“Alhamdulillah,” sambung Mamak bersiap menyongsong calon menantunya.

Wira segera menghambur mendekat, membantu Aisya untuk membuka pagar kantornya. Senyumnya terus mengembang demi menyembunyikan peristiwa yang mengancam keselamatannya di hadapan Aisya. Namun noda darah di kausnya tak bisa berbohong.

“Kamu nggak apa, Wir?” tanya Aisya dengan wajah paniknya. “Aku nyariin kamu dan Mamak seharian.”

“Aku nggak apa, Sya. Maaf apa boleh Mamak tinggal di sini untuk sementara?” tanya Wira mencoba mengalihkan kekhawatiran Aisya pada dirinya. Sedang menurutnya keselamatan dan kenyamanan Mamak jauh lebih penting.

“Ya boleh lah, Wir. Kamu ngomong apa sih?” protes Aisya. Pandang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status