“Sekarang aku udah selesaikan semua permintaan terakhir dia." Yvonne melirik Quincy untuk terakhir kalinya, yang diliputi keterkejutan. Dia kemudian meninggalkan ruangan.Quincy tidak mengatakan apa pun untuk membuatnya tetap tinggal. Dia terus menatap kotak abu itu. Dia menatap kotak abu dalam diam untuk waktu yang sangat lama. Terry bertanya padanya, "Nona, apa kamu percaya kalau ini abu Dayton Night?" Dia berbalik untuk melihat Terry. Sejujurnya, dia tidak terlalu percaya. "Kenapa kamu nggak lihat dulu aset yang dia transfer ke kamu dan lihat apa itu asli?" Terry menyarankan. "Bantu aku cek ini." Dia menyerahkan tumpukan tebal dokumen kepadanya sehingga dia bisa memverifikasinya. "Aku akan cek sekarang." Terry segera meninggalkan kantor. Quincy menatap kotak abu dan bergumam pelan, "Dayton Night, kamu mau ngapain lagi sekarang?" Dia terkejut ketika Terry memberitahunya bahwa Dayton benar-benar telah mentransfer semua aset dan keuangannya kepadanya setelah memverifikas
“Ini benar benar memalukan dan menjijikan…”Pernikahan yang seharusnya romantis, malah berujung malapetaka.Sambil mendengar bisikan-bisikan di sekitarnya, Sharon mengangkat kepalanya untuk melihat ke layar raksasa. Beberapa gambar yang telah diperbesar sedang ditampilkan.Karakter wanita utama dalam gambar adalah dirinya dan pria di ranjang bersamanya bukanlah mempelai pria, Howard Zachary!Saat itu, Sharon tercengang. “Ada apa ya ini? Kok ada gambar begitu?”Cara pengambilan foto dirinya dan pria di ranjang itu dibuat sedemikian rupa sehingga setiap sudut wajahnya terungkap sementara hanya bagian belakang dan samping pria yang terlihat.Sharon yakin bahwa ia tidak tahu siapa pria itu!Tanpa sadar, Sharon menatap Howard. Howard menatapnya. Lalu, wajah Howard perlahan lahan gelap dan matanya mulai berkilat marah."Wanita! Berani ya kamu mengkhianati aku!"Tanpa menunggu Sharon menjawab, Howard menamparnya dengan keras!Sharon ditampar dan akhirnya jatuh ke tanah. Pipinya langsung memer
Lima tahun kemudian.Terminal bandara baru saja mengumumkan kedatangan pesawat. Dalam waktu singkat, sekelompok penumpang keluar dari pos pemeriksaan keamanan."Ma, panas. Aku mau es krim dong." Suara polos dari anak kecil terdengar saat Sebastian Jeans memegang tangan ibunya. Ia berkedip dengan mata hitamnya yang berair.Sharon melirik putranya tanpa daya. Ekspresinya sedih anaknya membuat Sharon menyerah meskipun Ia tahu Sebastian hanya pura-pura."Kamu cuma bisa beli satu ya." Sharon mengeluarkan uang kertas dari dompetnya, "balik lagi ke sini kalo sudah selesai belinya. Ibu tunggu di sini.", ujar Sharon sembari menyeret kopernya."Roger! Ibuku yang terhormat!" Sebastian memberi ibunya ciuman dan lalu berlari sambil memegang catatan di tangannya dengan erat.Sharon bahkan tidak bisa meminta Sebastian untuk pelan pelan. Seketika, teleponnya berdering."Halo? Riley? Ya, iya ini sudah sampai... ok, aku naik taksi ke sana sekarang ya."Tadi itu telepon dari sahabatnya, Riley Gabriel.Di
Simon Zachary memiliki ekspresi gelap. "Jangan khawatir. Sebagai orang tua, Anda harusnya selalu mengawasi anak-anak Anda." "Itu benar, pakaian yang dikenakan Presiden Zachary dibuatnya khusus, kamu pikir kamu mampu beli itu?" Asisten pria itu, Franky Zimmer, berdiri di belakangnya dan memberi ceramah. Sebelumnya, Franky Zimmer lah yang memarahi Sebastian.Ia melotot kepada Sharon. 'Berani juga ya wanita ini! Belum pernah ada wanita yang sedekat ini dengan Presiden Zachary sebelumnya!'"Ini kan hanya celana Panjang saja, aku mampu kok bayar ini!" Sebastian, yang dipeluk oleh mamanya, angkat bicara. Ia tidak bisa membiarkan ibunya dihina ketika dialah yang menyebabkan masalah.Simon mengarahkan pandangannya ke anak kecil itu. Ia mengerutkan kening karena merasa familiar dengan wajah anak tersebut. Franky mencibir. "Hei bocah, gimana cara bayarnya?"Sebastian mengeluarkan celengan miliknya yang ada di dalam tas bebek kuning kecil dan mengeluarkan semua uang cadangan yang ada di dalamny
"Kamu anak nakal, ibumu bahkan tidak tahu siapa ayahmu. Berhentilah memikirkan ayahmu. Jadi jangan dipikirin terus ya, gak terlalu buruk kok sekarang karena kamu punya ibu baptis, ya kan?" Riley menepuk kepala anak kecil itu. 'Kamu benar-benar ga suka aku?' "Aku ga peduli. Ibu sudah janji akan cari ayah selama perjalanan ini!" Anak kecil itu masih cemberut. Melihat mukanya yang menggemaskan serta ekspresi tersebut, Riley mau tidak mau mencium pipinya. "Pipi kamu kok tembem sih?" Sebastian malah menjadi pucat. "Bu, aku dilecehkan!" Sharon membesarkan putranya sendiri dan jarang berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, Sebastian sangat bergantung padanya dan agak jauh dari yang lain. "Ciuman dianggap pelecehan?" Riley tertawa. Sharon juga tertawa sebelum 'menyelamatkan' putranya dari pelukan sahabatnya. "Dia cuma takut pada orang asing. Segalanya akan lebih baik setelah dia lebih dekat sama kamu beberapa hari ke depan." Riley mengangkat alisnya. "Oke, aku akan kasih
Simon masuk ke kantor presiden saat Franky mengikutinya dari belakang. "Presiden Zachary, saya sudah mendapat informasi tentang wanita yang Anda minta saya cari," kata Franky.Simon hanya duduk. Ia sedikit mengernyit saat mendengarnya. "Tolong kasih tau detailnya."Franky mengeluarkan laporan investigasi. "Nama wanita itu Sharon. Lima tahun yang lalu, dia meninggalkan Kota Utara dan pergi ke M Country untuk melanjutkan studinya. Satu tahun yang lalu, dia dianugerahi penghargaan untuk desain interior internasional. Secara kebetulan... dia telah melamar menjadi desainer di perusahaan ini."Simon memegangi bibirnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. 'Jadi itu berarti aku sekarang atasannya?'Lima tahun lalu, dia meninggalkan Kota Utara…Simon mengingat malam dari lima tahun yang lalu. Ia baru saja kembali dari negara asing dan siap untuk mengambil alih keluarga Zachary. Selama upacara serah terima, dia minum segelas anggur yang dibius. Kemudian, seorang wanita muncul.Namun, setelah
Tiba-tiba mendengar suara Howard, Sharon terkejut. Adegan dari pernikahannya pada hari itu mulai membanjiri pikirannya. Kekejaman dan ketidakpercayaan Howard telah membuat Sharon merasa agak kecewa.Howard menaruh sebuah dokumen di meja kantor. Sambil menundukkan kepalanya, ia melihat wanita yang sedang duduk di kursi.Ekspresinya berubah menjadi sangat buruk, dan pupil matanya menyusut. "Kamu... Sharon?!" Kehadiran wanita itu mengejutkannya. 'Dia kembali?'Sharon tidak mengeluarkan suara. Sebaliknya, Simon, yang duduk di kursi eksekutif,yang menatap keduanya dengan tatapan penasaran. "Ada apa? Kalian saling kenal satu sama lainnya?""Sama sekali tidak!" Kedengarannya hampir seolah-olah Sharon telah menjawab tanpa berpikir dua kali.Howard tetap diam sejenak sebelum ia tertawa dingin. "Memang kita tidak tahusatu sama lain. Sharon yang pernah kukenal sudah lama meninggal."Sharon akhirnya mengangkat pandangannya dan memelototi pria itu. Mereka berdua bertukar tatap
Hari kerja yang sibuk itu akhirnya berakhir, Sharon kembali ke rumahnya. Ia merasa sedikit lelah.Riley menyelesaikan pekerjaan lebih awal dari Sharon, jadi bisa membantunya untuk menjemput Sebastian dari taman kanak-kanak. "Kok sudah pulang? Hari pertama, semua Ok kan?" tanya Riley.Sharon meliriknya. "Kenapa kamu enggak cerita kalau keluarga Zachary yang punya Central Corporation?" "Itu berarti kamu sudah ketemu Simon? Bagaimana? Ganteng kan?" Sharon melotot. "Apa hubungannya sama dia ganteng? Ia itu paman Howard!" "terus kenapa?! Tidak semua orang bisa masuk ke Central Corporation lho. Kamu harusnya senang sekarang karena kamu dipekerjakan terlepas dia itu pamannya siapa. Kamu takut dia akan bantu Howard dan bikin kamu susah?"Sharon mengerutkan kening. Ia tidak terganggu karena itu. Hanya saja ia tidak ingin berhubungan dengan siapapun dari keluarga Zachary.Pada saat itu, Sebastian keluar dari kamarnya sambil memegangi perutnya. "Bu, aku sakit perut."Sharon mendengar itu dan