Share

BAB 6 ANELIES CLARK

Jared segera kembali memakai celana panjangnya untk menghampiri gadis muda yang sedang merintih kesakitan di atas rumput.

"Maaf apa kau tidak apa-apa?"

Jared tidak tahu dari mana datangnya gadis muda itu. bibirnya meringis kesakitan karena terlempar dari punggung kuda.

"Kakiku terkilir."

"OH, Tuhan!"

Jared segera mengangkat tubuh gadis itu, tidak berat  karena masih seperti anak-anak belia. Jared membawanya ke dalam pondok untuk dia periksa.

"Bagian mana yang sakit?" Jared melihat gadis itu mulai menangis disertai air mata.

"Ini sakit sekali..." dia masih merintih sambil memegangi lututnya.

Jared berjongkok untuk memeriksa lebih dekat. "Biar kuperiksa."

"Kau tidak bisa!" gadis itu menolak. " Aku memakai celana panjang!" pipinya merona malu.

"Apa kau mau aku memanggilkan seseorang?" Jared juga terlihat bingung karena masih baru di tempat ini belum ada sehari.

"Kau siapa?" Gadis itu segera menghapus sisa air matanya agar bisa melihat lebih jelas jika pria yang setengah berjongkok di depannya masih belum berpakaian, punggung dan rambutnya juga masih menetes-netes basah.

"Namaku Jared Landon." Jared mengatakannya sambil mendongak pada gadis muda bersurai keemasan lembut yang sedang melebarkan netra birunya.

"Jared!" Jelas dia heran.

"Ya, kau boleh memanggilku 'Jared'. Aku baru datang tadi siang dan akan bekerja di peternakan."

"Apa kau bisa mengantarku ke rumah?"

"Ya, di mana rumahmu?"

"Aku Anelies Clark." Gadis itu mengulurkan tangan dan Jared langsung paham jika dia adalah putri dari pemilik peternakan.

"Panggil saja, Ane."

"Apa kakimu masih sakit, Ane?" Jared kembali memastikan meski gadis itu sudah tidak menangis.

"Masih tapi sudah tidak semengejutkan tadi, aku mulai bisa menahannya asal jangan bergerak dulu."

"Kalau begitu diam lah dulu."

Jared menyentuh lututnya pelan-pelan untuk diluruskan.

"Apa kau bisa naik ke punggung kuda?" Jared harus memastikan dulu karena jarak dari pondoknya ke rumah utama lumayan jauh.

Analies coba menggerakkannya sedikit dan sudah kembali meringis.

"Aku tidak yakin."

"Apa kau bisa naik ke punggungku?"

Pertanyaan yang kedua membuat Analies syok karena di tawari naik ke atas punggung pria.

"Tidak apa-apa aku bisa menggendongmu." Jared memang tidak berpikiran macam-macam mengungat gadis it masih sangat muda.

"Aku berat."

"Tidak, kau tidak akan lebih berat dari keponakanku."

"Memang berapa usia keponakanmu?" Anelies buru-buru bertanya.

"Dua belas tahun."

"Aku sudah hampir tujuh belas tahun dan kau suruh naik ke atas punggungmu?"

"Keponakanku laki-laki tingginya hampir sama denganmu."

Anelies masih enggan walaupun Jared benar-benae tidak masalah.

"Apa kau ingin diangkat mengunakan tandu?" Jared coba menawarkan alternatif lain." Aku akan minta pertolongan dulu kalau begitu."

Jared sudah akan berdiri ketika tiba-tiba Anelies mencegahnya.

"Baiklah sepertinya aku bisa naik ke atas punggungmu, tapi apa bisa kau berpakaian dulu."

"Oh Sorry." Jared sampai lupa jika belum berpakaian.

Jared segera berdiri untuk mengambil pakaian karena bajunya tadi tertinggal di tepi danau. 

"Baiklah apa kau sudah siap naik ke punggungku?"

Jared kembali setengah berjongkok di depan Anelies dan benar-benar menggendongnya seperti anak kecil karena menurut Jared Anelies juga masih anak-anak dan enteng. Jared sama sekali tidak sadar jika punggungnya terasa panas ketika menekan buah dada gadis muda itu.

"Apa aku tidak berat?" tanya Anelies saat Jared melingkarkan lengan kekarnya ke belakang untuk menyangga pinggul Anelies agar kakainya tidak banyak bergerak.

"Tidak kau sangat enteng."Jared mulai membawa Anelies berjalan meninggalkan halaman dengan sangat stabil.

"Dari mana asalmu, Jared?" Anelies penasaran bagaimana bisa ada pemuda yang mau bekerja di peternakan ayahnya.

"Aku dari England."

"Wao!" Anelies terkejut.

Walaupun sudah mengenali logat Jared tapi Anelies memang tidak menyangka jika pemuda tersebut benar-benar berasal dari tempat sejauh itu.

"Kau datang jauh-jauh dari England hanya untuk bekerja di peternakan?"

"Ya, kadang kita memang tidak tahu kemana takdir akan membawa kita, sama seperti hari ini siapa yang menyangka jika pekerjaan pertamaku adalah menggendongmu."

Anelies ikut tersenyum dan pipinya merona tanpa di lihat Jared.

"Sepertinya aku mulai menyukaimu."

"Baguslah jadi aku tidak akan dipecat di hari pertama bekerja karena membuatmu terjatuh dari punggung kuda."

 Artinya Jared tahu jika Anelies terjatuh dari punggung kuda karena melihatnya yang sedang mandi telanjang.

"Maaf." Jared minta maaf karena seharusnya dia lebih waspada untuk tidak telanjang sembarangan.

Jarak antar pondok yang Jared tempati dan rumah utama keluarga Clark benar-benar tidak dekat, walaupun Anelies tidak berat tapi sepertinya orang lain tetap akan kepayahan untuk menggendongnya sejauh itu.

Seorang wanita berpinggang besar langsung berlari dari pintu belakang begitu melihat mereka datang.

"Annelies!" teriak juru masak wanita itu ketika melihat Anelies berada di atas gendongan seorang pemuda.

"Apa yang terjadi?" tanya Carolina dengan bola mata melebar panik.

"Aku terjatuh dari kuda, kakiku terkilir." Anelies coba menjelaskan masih sambil berada di atas punggung Jared.

"Oh, Tuhan...." wanita itu ternganga tapi juga buru-buru kembali terkesiap. "Ayo cepat bawa masuk!"

Jared mengantar Anelies sampai ke kamarnya di lantai dua.

"Terimakasih Nak." kata wanita yang baru saja memperkenalkan namannya Carolina.

"Ibuku juga setengah Meksiko," kata Jared.

"Oh, ya ampun pantas kau sangat tampan." Carolina langsung memuji Jared tanpa sungkan karena biasanya cuma orang tua yang ada di peternakan.

"Bibi, bisa kau ambilkan bantal untuk mengganjal kakiku."

Buru-buru Carolina membatu nona mudanya.

"Sepertinya kita harus membawamu ke dokter."

"Aku tidak mau Bibi."

Hampir satu jam perjalanan dari tempat tinggal mereka ke klinik terdekat dan Anelis tidak mau kakinya di bawa berguncang-guncang lagi di jalan.

"Panggil saja dokternya ke mari."

"Baiklah."

Carolina menuruti perintah nonanya untuk segera menelpon dokter keluarga mereka. Ternyata Dokter Martin sedang berada di luar kota dan tetap menyarankan mereka untuk segera datang ke klinik. Mereka sama-sama mendengar penjelasan sang dokter karena Carolina sengaja mengunakan pengeras suara.

"Ayahmu bisa memasukkanku ke penjara jika sampai aku dinilai tidak becus mengurusmu selama di sini," Carolina kembali bicara pada Anelies untuk membujuk agar mau dibawa ke klinik.

"Akan kuantar." Jared ikut menyela.

Anelies menatap Jared kemudian mengangguk.

"Kau harus mengangkatku turun tangga lagi." Anelies memperingatkan.

"Tidak masalah," jawab Jared dengan enteng.

Jared segera membopong Anelies untuk kembali dia bawa turun.

"Di mana mobilnya?"

Carolina memberi isyarat agar Jared mengikutinya.

Hari pertama Jared ternyata jadi sangat sibuk bukan untuk mengurusi kuda tapi untuk mengurus putri pemilik peternakan yang jatuh dari punggung kuda karena melihatnya berenang telanjang. Setelah mengantar Anelies ke klinik Jared juga masih harus mengangkat gadi itu berulang kali. Kaki Anelies dipasang penyangga, jadi dia belum bisa kemana-mana sendiri tanpa dibopong. Jared baru bisa kembali ke pondoknya setelah Anelies tidur.

Karena sangat lelah sejak perjalanan dari Richmond, malam itu Jared tidur dengan lelap tanpa mimpi. Cukup melegakan untuk bagian yang ini. Atau mungkin pengaruh tempat baru juga membuatnya lebih rileks hingga tidak mengalami mimpi buruk lagi. Semoga saja dugaan itu benar karena memang itu tujuannya datang jauh-jauh ke mari.

Karena sebuah trauma di masa kecilnya Jared mengalami gangguan tidur dengan ketakutan dan rasa cemas yang berlebihan. Tidurnya selalu dihantui oleh berbagai mimpi liar yang begitu panas, kadang juga berkembang menjadi tindakan keji dan penuh kekerasan.

Komen (12)
goodnovel comment avatar
Simon Spencer
baik untuk di baca
goodnovel comment avatar
Simon Spencer
sangat menarik
goodnovel comment avatar
Nunuk Qomariyah
i hope it will be a nice story
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status