Share

KETEMU

Azalea masih terperangah oleh ketampanan laki - laki yang berjalan ke arahnya. Bibirnya mulai tersenyum memikirkan betapa nakal otaknya berimajinasi melihat laki - laki yang tampan sekaligus gagah ini.

Segala item yang melekat pada tubuhnya tanpa ada bandroll sekalipun Azalea sudah tahu bahwa itu semua mahal pake sekali jadi mahal sekali. Kemudian ia sedikit melihat pantulan samar - samar dirinya di dalam cermin yang menjadi dinding perusahaan tersebut.

Ia kembali tersenyum, kali ini disertai tawa kecil. Menertawai dirinya sendiri yang begitu berbanding terbalik dengan penampilan laki - laki tersebut.

"Ahh, bagaimana dulu aku bisa berimajinasi menjadi pacarnya yaa? Hahaha lah aku disampingnya jadi mirip gembel seperti ini," ucapnya dalam hati.

"Suruh dia ke ruangan saya!" kata laki - laki itu tegas kepada Gracia.

"Beserta semua data tentangnya!" imbuhnya lagi. Membuyarkan segala lamunanku sedari saat melihatnya berjalan.

"Baik Boss!" jawab Gracia lembut.

"Isshh, kamu ini, baru hari pertama bekerja kenapa sudah dipanggil olehnya!" ucapnya kepadaku yang jawabannya aku juga tidak mengerti.

"Biasanya dia gak pernah peduli kepada staffnya, apalagi orang baru sepertimu, tapi tadi dia melihatmu dengan tatapan marah!" ucapnya lagi yang membuatku juga baru mengerti bahwa ia menatapku.

"Aduhh, malunya aku, begitu jelas terlihat tadi bahwa aku melamun dan berimajinasi tentangnya. Sampai - sampai aku juga tidak menyadari bahwa ia melihatku. Bodoh bodoh bodoh! " ucapku dalam hati sambil menepuk - nepuk ringan dahiku.

"Pasti ia marah karena aku melihatnya terus, kelihatan banget kalau aku mengagumi ketampanannya. Dia adalah Bos di perusahaan ini. Bagaimana jika aku di pecat?" pikiranku melayang sambil terus mengutuki diriku sendiri yang menjadi bodoh karena sebuah ketampanan.

"Ahhh, sudahlah!" ucapku finish dalam hati sambil mengikuti Gracia berjalan.

Gracia memasuki lift disusul dengan aku yang berjalan di belakangnya. Kulihat ia menekan tombol 79. Ya, itu adalah lantai nomor 2 teratas di gedung ini. Kantor dari Sang Bos pemilik perusahaan. Tiga lantai dibawahnya adalah kantor yang dipakai oleh para karyawannya.

Aku sempat membaca tata letak kantor di denah yang terpasang di samping resepsionis tadi saat menunggu Gracia datang. Entah kenapa dia mengaturnya seperti itu, memberi jarak tiga lantai untuk ke ruangannya. Bukankah itu akan membuat karyawannya lelah naik turun lift hanya untuk menemui dirinya. Tapi dia adalah Bosnya. Peraturan Bos adalah mutlak.

Cukup lama aku menunggu di dalam lift karena memang tempat yang aku tuju adalah lantai teratas di gedung ini. Aku melihat sekeliling dekorasi di dalam lift. Benar - benar perusahaan yang fantastis. Bahkan liftnya saja mewah seperti ini.

"Nanti jaga sikap!" tutur Gracia sedikit tegas menghentikanku dari melihat keliling dekorasi lift.

"Ya!" jawabku lembut.

Aku tidak ingin berdebat dengan siapapun di hari pertama bekerjaku. Bisa bekerja di perusahaan ini saja sudah sangat fantastis menurutku. Aku tidak ingin kehilangan pekerjaan ini.

TING!

Lift berbunyi tanda aku telah sampai di lantai tujuan. Gracia membawaku memasuki pintu yang sangat besar dengan arsitektur modern yang indah. Ini adalah ruangan Bosku.

Meja yang besar lengkap dengan kursinya, sofa - sofa berwarna hitam yang aku tahu bahwa pastilah itu untuk berbicara dengan tamu dan meja rapat yang panjang mungkin jika si Bos malas turun ia menyuruh karyawannya naik untuk rapat, tak lupa juga ada kaca yang besar.

"Kaca? Ko ada kaca juga?" pikirku bertanya.

"Ahhh, dia adalah Bosnya. Pola pikir Bos adalah mutlak!" jawabku sendiri.

Di dalam ruangan yang sebesar itu hanya ada aku dan seorang laki - laki tua yang rambut putihnya sudah memenuhi kepala dan juga Gracia serta tak lupa juga Bosku yang sangat tampan mempesona ini.

"Ini data tentangnya," ucap Gracia lembut sambil tersenyum ramah kepada si Bos.

Aku juga mengikutinya dengan hanya tersenyum kepada Bosku itu.

"Haduuhh, jantungku bikin malu, kenceng banget bunyinya, susah di atur tapi kasihan juga ntar kalau copot gimana?" kataku dalam hati.

Ternyata kalau ada orang yang kelewat ganteng itu bikin bahaya buat jantung. Jantung para wanita yang lihat maksudnya.

"Taruh di meja, kamu sudah boleh pergi!" jawab Bosku itu dingin kepada Gracia. Lalu Gracia pun pergi.

"Pak Pram kamu juga pergilah sekarang!" ucapnya lagi dingin.

"Ohh, laki - laki tua ini bernama Pram. Bagus sekali namanya, wajahnya juga terlihat berwibawa," batinku.

Kemudian Bapak bernama Pram itu pun juga pergi. Kini tinggal aku sendiri bersama dengan makhluk Tuhan paling ganteng satu ini.

"Jantung bersabarlah, jangan bikin malu, dan berjuanglah!" ucapku dalam hati menyemangati diri sendiri sambil tanganku sedikit mengelus dada.

Aku memberanikan diri mengangkat wajahku untuk tersenyum kepadanya. Bukan untuk menarik perhatiannya namun untuk menunjukkan sisi kesopananku terhadapnya.

"Astaga, situasi apa ini? Kenapa ia melihatku seperti itu? Aku baru menyadari bahwa sedari tadi ia melotot ke arahku entah sudah berapa lama. Apa gerangan kesalahanku? Kenapa dia seperti itu? Mana saat melotot pun dia ganteng banget. Ohh, Tuhan, ciptaanmu. Dari apa engkau membuatnya?" batinku bergejolak.

"Bos, ada yang bisa saya bantu?" tanyaku memberanikan diri agar situasi ini tak hanya menjadi lomba melotot dan mengutuki diri.

"Bunga Azalea!" ucapnya dengan intonasi yang menekan.

"Lahir tanggal 2 Agustus!" ucapnya lagi masih dengan intonasi menekan.

"Umur 24 tahun!" masih juga dengan intonasi yang sama. Tapi orang ini kenapa menyebutkan biografiku seperti itu?

"Tinggal di daerah Kertajaya!" masih dengan intonasi menekan.

"Pasti rumahmu kecil!" ucapnya lagi tapi kali ini tidak menekan namun agak menghina.

"Orang kaya agak sombong biasa," ucapku dalam hati.

"Kamu, Bunga Azalea, kamu harus bertanggung jawab!" katanya dengan nada santai namun tegas.

Aku mengerutkan dahi tidak memahami apa yang ia maksudkan. "Tanggung jawab apa Bos?" tanyaku pelan.

"Apa kamu lupa? kamu telah mencuri!" ucapnya lebih tegas.

"Haa? " pikirku bingung.

"Aku lupa atau orang ini menghayal?" batinku dalam hati.

"Bos, hari ini adalah hari pertama saya bekerja. Dari awal saya sampai disini saya berada di tempat resepsionis. Kemudian tidak lama Ibu Gracia menemui saya lalu tidak lama setelah itu juga anda menyuruh saya datang kesini!" aku berusaha menjelaskan secara detail.

"Hahh, kamu masih mengelak, kamu mencuri dariku sendiri dan aku juga menangkap basah kamu!" pungkasnya tegas.

"Wahh dia benar - benar menghayal, ini adalah kali pertama aku bertemu dengannya," batinku.

"Bosss, tapi ini kali pertama saya bertemu dengan anda!" jawabku lembut sambil menahan perasaan geregetan di hatiku.

"Bukan, ini adalah kali kedua kita bertemu!" ucapnya lagi sambil masih menatap tajam diriku.

"Kapan kita bertemu yang pertama dan apa yang telah aku curi?" tanyaku memberanikan diri agar si Bos ganteng ini sadar.

"Ciuman pertamaku, kamu mencuri ciuman pertamaku!" ucapnya dengan nada rendah namun penekanan yang tinggi dan masih menatap tajam ke arahku.

"Hahhh?" aku terperangah lagi mendengar jawabannya.

Bosku ini adalah Raden Lingga Kartanagara. Bapak Lingga begitulah orang memanggilnya dengan hormat. Lingga begitulah wanita - wanita di luar sana memanggilnya seolah - olah sangat dekat dengannya hanya dengan kekaguman mereka yang bahkan tidak di sadari oleh Lingga sendiri.

Tidak heran jika mereka kagum karena aku sendiri juga seperti itu. Wajah super tampan dengan kekayaan super banyak dan nama baik yang tidak perlu diragukan lagi. Di tambah dia juga tidak pernah bermain perempuan, adalah hal yang wajar jika ia menjadi pangeran expetasi wanita di luar sana.

Tapi, apa yang kulihat sekarang? pangeran tampan yang sempurna itu ternyata atau mungkin otaknya agak sedikit rusak.

Bisakah dimaafkan laki - laki tampan yang otaknya rusak? haaisss, apa gerangan yang terjadi hari ini.

•••

Terima kasih telah membaca novel ini. Semoga menghibur.

😇😇❤ ❤HAPPY READING ❤❤.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status