Yudi
Seorang pemuda tampan, baik, jujur hanya saja sikapnya sedingin kutub utara. Kata-katanya bagaikan silet ya
ng tajam menusuk jantung. Usianya sudah memasuki kepala tiga namun, belum berniat untuk menikah karena ia selalu merasa jodoh urusan Allah, buat apa capek mencarinya bila sudah waktunya jodoh akan datang juga
Kedua orang tuanya sudah lelah menjodohkannya namun, selalu ia tolak mentah-mentah dengan berbagai alasan. Yudi selalu mengagumi satu wanita sepanjang ia mengingat walaupun, mereka sering bertengkar setiap bertemu. Wanita yang ia benci sekaligus ia kagumi adalah Tania.
Tania
Seorang pengacara muda yang ambisius cantik dan pintar, sedikit tomboi ia selalu membela kebenaran, hak-hak wanita dan anak-anak. Ia akan memperjuangkan segala kebenaran walaupun, ia harus kehilangan nyawanya. Sebenarnya Tania memiliki hati yang lembut dan seluas samudra akan tetapi bila ada yang menyalahi kebenaran jiwa pahlawannya akan muncul. Tania putri bungsu dari Hamzah dan Noni. Sepanjang hidup Tania ia selalu bermusuhan dengan Yudi, mereka selalu bertengkar setiap bertemu, pria yang paling ia benci di muka bumi.
Amy
Seorang wanita yang cantik, ambisius, pengusaha muda, ia sangat tergila-gila kepada Yudi teman sekolahnya, hingga ia nekad berbuat apa saja untuk mendapatkan Yudi.
Soleh
Seorang pria yang tampan, pengusaha kaya, berasal dari keluarga sederhana ia meniti kariernya penuh perjuangan, karena ia mencintai Amy teman sekolahnya bersama Yudi walaupun, Amy tidak mencintainya ia ingin membuat Amy melupakan Yudi.
Wijaya
Seorang konglomerat yang terkenal baik dan dermawan, akan tetapi itu hanyalah kamuflase yang ia buat, hampir seluruh kejahatan yang terjadi adalah campur tangannya.
*****
Hamzah dan Rangga adalah teman sekelas saat masih duduk di SMP, persahabatan mereka tidak luntur oleh waktu ataupun kesibukan masing-masing mereka masih selalu bertemu bahkan, anak-anak mereka pun besar bersama.
Hanya saja putra semata wayang Rangga dan Rini yang bernama Yudi selalu bermusuhan dengan Tania putri bungsu dari Hamzah dan Noni. Hamzah seorang pengacara terkenal di Indonesia, sedangkan Rangga seorang pengusaha sukses di bidang konstruksi bangunan. Mereka berniat ingin menjodohkan anak-anak mereka tanpa sepengetahuan anak-anak karena mereka tahu anak-anak mereka adalah anak yang keras kepala.
Rangga termenung, ia sudah bahagia memiliki istri yang cantik, setia dan selalu tersenyum yang selama ini menemani sepanjang pernikahan mereka, usaha yang sukses. Ia memulai usahanya dari nol dan akhirnya meraih kesuksesan yang luar biasa.
Apa lagi, sejak kehadiran buah cintanya bersama sang istri. Sudah 35 tahun usia pernikahan mereka, teman-teman seusia dia sudah menimang cucu, tetapi tidak dengan Rangga. Putranya selalu beralasan banyak hal, bila didesak untuk segera menikah.
Akhirnya Rangga dan sahabatnya Hamzah berkeinginan untuk menjodohkan putra-putri mereka walaupun, mereka tahu kecil kemungkinan keinginan mereka berhasil.
Dengan bantuan sang istri Rini, Rangga mulai bersandiwara, menyusun skenario di balik perjodohan ini, karena ia tahu bila mereka terang-terangan menjodohkan anak-anak mereka yang ada malah kegagalan.
Rangga dan Hamzah membuat suatu rencana agar anak-anak mereka bertemu dan bekerja sama agar benih-benih cinta pun muncul.
Berhasilkah usaha kedua orang tua tersebut?
Ayo simak ...!
Misi Hamzah dan Rangga dimulai! Drtttt! Drrrttt! Dddrrrttt! Suara ponsel berdering dengan meraba-raba nakas Yudi berusaha menjangkau ponselnya. "Hallo .... " jawabnya sambil merem. "Dasarr anak tidak berbakti! Kapan kamu akan pulang menjenguk bundamu? Bunda sudah tua, Nak? sangat menginginkan cucu kamu tegaa sekali! Hiks ... hiks .... " suara di seberang berteriak dan mulai terisak, Yudi tahu semua itu hanyalah drama bundanya Yudi mencoba membuka matanya dan tersenyum. "Assalamu'alaikum, Bun!" sapa Yudi. Yudi seorang pemud
Tok! Tok! Tok!"Masuk!" Yudi tidak bergeming dari kertas-kertas di meja kerja di kantor ayahnya. Mengamati, meneliti, dan mereka- reka semua denah gambar rumah yang diberikan ayahnya."Hm, rumah yang indah! Siapa pun pemiliknya memiliki cita rasa yang luar biasa." Ujarnya, tanpa disadarinya sepasang mata ikut mengamati gambar tersebut."Benarkah? Aku sangat ingin rumah impianku itu selesai, sebelum Idul Fitri," suara wanita yang tidak asing menembus ke syaraf-syaraf otaknya, bagaikan palu menghantam jantungnya. Secepat kilat yudi menoleh ke arah suara."Taniaa! Sedang apa kamu di sini?" Yudi merasa heran mendapati Tania di sebarang mejanya.
Keesokan harinya ....Yudi berada di lokasi rumah baru Tania, memotret berbagai sudut sekali-kali berbicara lewat tape recorder. Meninjau dan merevisi semua bagunan yang akan dibuat agar sesuai dengan niat si empunya rumah.Sebuah mobil memasuki halaman, sesosok wanita anggun mengenakan setelan pengacara merah maroon muncul dengan modisnya."Kamu sudah lama, Yud?" Tania berusaha mencairkan suasana, karena merasa bersalah sudah terlambat hampir tiga jam. Yudi hanya menoleh dan terus berkutat dengan pekerjaannya."Lumayanlah! Wah, Ibu Pengacara luar biasa ya? Janji jam 09.00 muncul jam 11.00," sindirnya"Maaf, ada urusan
Tania mencari-cari Yudi, dia melihat Yudi sedang menggergaji potongan-potongan beroti dengan denim belel, sepatu bot, helm, kemeja yang di gulung sampai siku. Tidak lupa sabuk peralatan di pinggang, menambah macho tampilannya. Entah mengapa desir-desir aneh menggelitik di hati Tania, ingin rasanya Tania menghapus keringat yang meluncur di dahi Yudi. Haaahhh! Tania menggeleng-gelengkankan kepala dan menelan salivanya, dia sendiri bergidik membayangkan pikiran aneh yang mulai menari-nari di otaknya dia mulai mencari-cari, rahasia apa yang sudah terjadi di tubuhnya. Yudi menoleh, ia melihat Tania mematung menatap ke arahnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Apa ada yang salah? Dengan semua bangunan yang aku buat? Semuanya sesuai dengan keinginan dan yang tertera di denah. Bila ada yang salah lagi, aku akan mencium bibirnya yang mulai cemberut itu, menyebalkan!" Yudi menghentikan kegiatannya. Entah dorongan dari mana dia memil
Di kediaman keluarga Rangga, Yudi membolak-balik kertas denah pekerjaannya. Akan tetapi pikirannya tidak luput akan Tania, Tania dan Tania lagi.Seakan-akan Tania berlarian di pikiran, hati dan di ruangan kamarnya dengan senyuman, cemberut serta omelannya.“Akh, sialan .., kenapa sih? Wajah Si Xena ini, ga bisa hilang sedikit pun,” bantah batinnya. Yudi beranjak dari tempat tidurnya, meraih jaket, helm dan kunci sepeda motornya.Di sinilah ia sekarang, di depan apartemen Tania.Yudi dengan jelas melihat Tania, di balik tirai jendela kamar apartemen lantai 2.Dengan bahagianya memeluk bunga matahari plastik yang diberikannya, lewat kurir yang sengaja dia kirimkan. Yudi tersenyum akan tingkah lucu kekanak-kanakan Ta
Begitu juga Tania, dia selalu dengan diam-diam mencuri-curi pandang akan kehadiran Yudi. Akan tetapi, seminggu sudah berlalu, Yudi juga tidak pernah muncul. Ada rasa kehilangan, kerinduan dan kecewa menyatu."Ke mana si Kulkas ya? Mau tanya kok, rasanya malu." Tania membatin, ia dirundung dilema menggigit bibir bawahnya.Ia melihat setiap ruangan yang selalu dipenuhi canda tawa Yudi beserta kru-nya, kini sepi lengang tanpa ada canda tawa Yudi.Tania kembali keruangannya, memandang bunga matahari yang masih saja dengan indahnya di sudut jendela kamarnya.Saat Tania memutuskan pindah ke rumah barunya, entah mengapa hal pertama yang ada di benaknya adalah bunga matahari ini. Baginya seakan Yudi selalu ada di sisi menemaninya,"Maafkan aku, seharu
Yudi pergi meninggalkan Tania, dengan sejuta perasaan amarah yang mau meledak di kepalanya. Ia tidak ingin mereka semangkin terpuruk seperti masa kanak-kanak dulu. Tania pun balik kanan ke ruangan kamarnya, ia segara menutup pintu dan membanting dirinya ke kasurnya. Ia menangis sesenggukan, "Dasar Kulkas, bodoh! Kenapa ga ada sedikit pun pengertiannya. Hiks hiks .... " Tania menangis di atas bantalnya. Ia merasakan sedikit rasa kesal dan benci juga rindu, yang menjadi satu di relung hati dan jiwanya. Ia tidak mengerti entah sejak kapan, ia menjadi sedikit cengeng. Sejak Yudi kembali di kehidupannya,
"Apa yang kau lakukan di sini, Yud?" tanya Tania heran. "Apa?! Enak saja kalau ngomong. Bukankah kamu yang merengek kepada Ayahku, untuk memasangkan pegangan pintu malam ini juga?" sanggah Yudi kesal. "Apa?!" Tania memijat keningnya, ia merasa ada kesalahan di dalam semua ini. "Ya ampun! Aku hanya membawa pegangan pintu kepada Om Rangga, hanya untuk berdiskusi mengenai pegangan pintu yang unik dan indah ini. Bukan untuk memintanya segera memasangkannya?" jelas Tania. Ia berusaha naik ke lantai atas, ke ruangannya mengambil aspirin dan menelannya sebutir. Ia benar-benar pusing akan semua kejadian semalaman ini. Kolega yang membuat pusing, Martin yang menyebalkan, semua b