Share

Kepindahan Tania ke rumah barunya

Di kediaman keluarga Rangga, Yudi membolak-balik kertas denah pekerjaannya. Akan tetapi pikirannya tidak luput akan Tania, Tania dan Tania lagi.

Seakan-akan Tania berlarian di pikiran, hati dan di ruangan kamarnya dengan senyuman, cemberut serta omelannya.

Akh, sialan .., kenapa sih? Wajah Si Xena ini, ga bisa hilang sedikit pun,” bantah batinnya. Yudi beranjak dari tempat tidurnya, meraih jaket, helm dan kunci sepeda motornya.

Di sinilah ia sekarang, di depan apartemen Tania.

Yudi dengan jelas melihat Tania, di balik tirai jendela kamar apartemen lantai 2.

Dengan bahagianya memeluk bunga matahari plastik yang diberikannya, lewat kurir yang sengaja dia kirimkan. Yudi tersenyum akan tingkah lucu kekanak-kanakan Tania,

Yudi tidak pernah menyangka, begitu mudahnya menyenangkan hati wanita wonder women yang satu ini. Yudi terus mengawasi tingkah laku Tania hingga lampu kamar itu pun padam, Tania telah tertidur.

Selamat tidur, semoga bermimpi indah Xenaku .... “ batinnya, ia kembali ke rumah ada sedikit lega di hatinya.

*****

Matahari mulai meninggi, Tania bersiap-siap menuju kantornya. Meraih tas kerja, draf-draf kasus yang sedang ditanganinya.

Merapikan jas kerjanya, make-up naturalnya, menggulung rambutnya, tidak lupa menyentuh bunga matahari plastiknya. Dengan senyuman yang indah, Tania menyongsong hari ini .

"Wah, wah! Ada yang lagi, falling in love kayaknya!"Jules melirik dari balik kaca matanya, tepat di sebelah meja kerja Tania.

"Pagiiii, Juless! Kayak anak ABG aja pakai falling-falingan ini mah paling kalee," jawab Tania menyembunyikan semburat rona merah di pipinya.

"Tuh, buktinya! Pagi-pagi sudah ada yang ngirimin sekeranjang apel merah. Di mana-mana, orang yang lagi jatuh cinta. Pasti ngirimin seikat mawar merah, ini mah beda! Apel .... " goda Jules.

Ia begitu senangnya mengganggu Tania pagi ini, Tania melirik sekeranjang apel segar. Seakan-akan mengundang ingin dimakan, tidak lupa sepucuk surat terselip

"Mau ngerujak kali, Jules!" ucap Tania asal bicara dengan datarnya.

Padahal jauh di lubuk hatinya, ia merasa ingin menari ke bulan dengan berjingkrak-jingkrak. Jiwanya menari-nari bersama Dewi Cupid, hanya saja egonya yang tinggi menekan segalanya.

Tangannya meraih dan membuka surat kecil yang terselip, di antara apel merah yang menawan.

Dear Xena

Aku harap, sekeranjang apel ini menemani hari indahmu hari ini ....!

Dariku

Yudi

"Akhh, Kulkasss .... " tanpa sadar Tania bergumam mesra, memeluk selembar kecil surat cinta yang begitu menggelora di pagi yang cerah. Secerah setelan dan senyuman Tania, ia telah jatuh cinta tanpa ia sadari.

"Apa ...? Kamu butuh kulkas buat naruh nih apel, Nia?" Jules menimpali.

"Apaa! Ngaco, tolong jangan dimakan. Entar, kalau kalian mau. Aku beliin, deh! Tolong, jangan makan yang ini!" pesan Tania.

Ia sendiri pun hanya ingin memandangi apel itu tanpa berniat untuk memakannya.

"Cie, cieee ... posesif nih, yeee! Dari sapa, sih?" Jules penasaran.

"Ada, deh! Mau tahu, apa maau taaahhuuuu??" Tania pun mulai bermain kucing-kucingan dengan Jules.

"Tahu, tempe. Serius, siapa sih, Nia?" Jules sudah nangkring di sebelah Nia dan mencomot satu apel.

"Yeee! Sudah dibilangin jangan dimakan? Malah dimakan." Tania meraih apelnya menyembunyikan di laci kerjanya.

"Eh, maaaff! Habis nih, apel menggoda banget. Ayolah, Nia cowok mana? Aku kenal gak?" Jules mulai kepo.

"Apaan sih? Sudah akh, kerja-kerja  jam 10.00 sidang. Sudah dikelarinkan semuanya?" tanya Tania. Ia berusaha agar Jules tidak semangkin kepo.

"Sipp, sudah beres! Sekali ini, pria brengsek, cabul, pemerkosa itu. Harus mendekam di penjara," ujar Jules. Ia sudah sangat geram saat memperbal semua draf bukti dari si korban.

"Semua saksi dan bukti-bukti, untuk memberatkannya sudah terkumpul. Mereka tidak akan punya alibi lagi," ucap Tania.

Ia begitu penuh semangatnya, bila menyangkut keadilan. Ia sangat jijik melihat si pelaku yang dengan arogannya di rusng sidang.

"Kali ini, ia tidak akan berkutik lagi." Tania menatap berkas di tangannya.

****

Yudi sudah merampungkan kamar tamu, yang sementara dijadikan kamar utama buat Tania di lantai bawah karena hari ini Tania akan pindah.

Mobil pick up yang mengangkut perabotan Tania, seperti tempat tidur lipat, lemari dua pintu, meja kerja Tania sudah tiba. Yudi dan beberapa kru-nya membantu si supir,

untuk memindahkan dan menata perabot-perabot tersebut, hanya hitungan menit perabot yang hanya seperlunya saja sudah tersusun rapi.

Tania datang dengan mobilnya dan membawa beberapa koper pakaiannya, Yudi membantu tania. Keduanya hanya saling diam, akan tetapi selalu saling tersenyum, saling lirik dan melempar wajah bila pandangan mereka bertemu.

"Kalau ada perlu yang lain lagi, kamu ngomong saja! Aku ada di bagian dapur. Kamar mandimu sudah selesai," ucap Yudi memperhatikan wajah Tania,

“bagian ruangan kamar ini sudah selesai semua, bila butuh yang lain  lagi. Kamu ngomong saja!” Entah mengapa, Yudi bersikap manis dan lembut.

“He-em, iya. Yerima kasih, Yud!“ Balas Tania.

Yudi pun mundur keluar dari kamar Tania, ia berusaha mendamaikan suara drum band di hatinya. Tania mulai mencari aktivitas lainnya, membongkar semua pakaiannya menyusun ke dalam lemari hanya pakaian-pakaian seperlunya.

Ia begitu menghayalkan Yudi dengan segala kelembutan yang diperlihatkannya, membuat Tania benar-benar mabuk kepayang setengah mati.

Aku sudah mulai gila! Batinnya.

"Nia!" ucap Yudi memasuki

"Aaauuwww .... " Tania terkejut dan hampir jatuh ke dalam lemari, untung Yudi menarik lengannya.

"Maaf, mengagetkanmu!" ucap Yudi.

"Tidak apa-apa, ada apa?” ujar Tania mulai sesak karena Yudi memeluk pinggang, sementara Tania memegang bra berenda warna hitamnya.

"Bentuknya besar juga!" ucap Yudi memperhatikan kedua cup bra warna hitam menggoda

Secera repleks Tania menyembunyikannya di balik pinggangnya, ia merasa sangat malu.

"Kamu selalu saja omes! Dasar mesum," Tania mulai kesal. Ia malu akan semua kelakuan Yudi.

"Aku hanya melihat, wajarkan? Aku normal. Tiba-tiba, otakku traveling entah ke zona mana." Yudi beringsut dari sisi Tania mencoba mencari tempat duduk.

Akan tetapi yang ada hanya tempat tidur, Yudi menghempaskan pantatnya di tempat tidur.

"Siapa yang nyuruh kamu seenaknya duduk di situ?" tanya Tania, ia sudah mulai marah. Ia kesal mengapa selalu saja Yudi memergokinya di saat yang tidak pernah tepat.

"Lha! Terus aku duduk di mana, Nia? Jangan berpikir aneh-aneh, aku hanya duduk. Kecuali kamu yang ingin mengundangku tidur di tempat tidur ini?" seringai Yudi.

Yudi mulai nakal menggoda Tania, karena Yudi tahu sedikit bensin Tania akan terbakar. Entah sejak kapan Yudi senang melihat cemberutan atau sumpah serapah Tania.

Kamu semangkin cantik bila sedang marah Tania! Batin Yudi.

Tania berkacak pinggang, ia melupakan bra hitam berenda itu yang sudah melambai-lambai menyangkut di daun pintu. Entah sejak kapan benda itu sudah nangkring di sana.

"Jangan ngimpi kamu Yud? Bila itu terjadi, surga sudah berubah jadi neraka!" ujar Tania tidak kalah sengit. Tanpa sadar ia mendekati Yudi yang duduk di tempat tidurnya.

"Dan aku mengharapkan neraka yang akan jadi surga, karena cepat atau lambat kamu jadi milikku." Tatapan Yudi mengunci ke dalam retina matanya.

Yudi semangkin mendekati Tania, ia meraih lengan Tania, ia ingin menciumnya. Namun, ia tahan.

Yudi semangkin bergerak maju, membuat jarak keduanya semangkin dekat. Yudi kembali duduk di tempat tidur Tania.

Tania berusaha untuk menghindari kedekatan mereka, namun Yudi tetap memajukan punggungnya dan semangkin menarik tubuh Tania merapat kepadanya.

"Emang kamu siapa? Memang kamu pikir aku mau? Apa lagi pria omes kayak kamu!“ umpat Tania. Ia berusaha untuk mempertahankan harga dirinya, ia tidak suka didominasi.

"Kita lihat saja! Bila dalam sebulan aku tidak bisa membuat kamu jadi milikku, jangan pernah sebut namaku Yudi. Ingat itu!" ancam Yudi.

Namun ia masih saja terus memeluk pinggang Tania.

"Dan aku ... tidak akan pernah jatuh cinta denganmu, bila aku jatuh cinta denganmu. Itu berarti neraka sudah bersalju." Tania semangkin berang, ia benar-benar marah.

Debaran di hatinya, masih saja terus mengganggunya. Ia bingung dengan perasaannya sendiri yang mengganggunya antara mendamba dan membenci.

Tania benar-benar merasa semangkin gila, karena Yudi. Namun ia berusaha untuk melawannya. Ia tidak ingin kalah dengan Yudi, ia tidak ingin tersungkur di kakinya. Tania tidak ingin Yudi berteriak menang,

"Pegang saja kata-kataku, Tania sayang! Mari kita buktikan, aku atau kamu yang akan bertekuk lutut." Yudi bangkit dari duduknya mendekati Tania, memandangnya sekilas lalu menuju pintu.

"Simpan, bra berendamu ini! Jangan asal kamu letakkan sembarangan, karena anggotaku semuanya pria. Aku tidak ingin mereka menghayalkan kamu memakainya. Cukup aku saja yang mengaguminya," cengir Yudi sebelum ke luar pintu kamar.

"Dasarr, gila!!" Tania membantingkan pintu namun, membukanya lagi karena pintu tersangkut bra miliknya dan tidak bisa ditutup.

”Aku tidak akan memakaimu lagi ... gara-gara kamu?!“ kesal Tania sambil meremas-remas bra dan memasukkan ke sudut lemari yang paling dalam.Tania berjanji akan mengunci pintunya bila ia akan memasuki kamarnya.

Yudi dengan kesal menuangkan air dari galon dan meminumnya, sekalian membasahi kepalanya. Pikiran nakalnya mulai menjelajahi zona terlarang.

Yudi mulai kesal akan pikiran kotornya dan entah sejak kapan, dia mulai berani berbicara agak aneh pada Tania. Yudi sadar bukan sosok pria yang alim, tapi paling tidak. Ia selalu menjaga adab juga sopan santun kepada wanita.

Yudi juga menghormati wanita karena ia terlahir dari seorang wanita, akan tetapi entah mengapa dengan Tania? Yudi mulai oleng. Entah hilang ke mana semua kesopanan, akalnya juga mulai tak beraturan.

Lama-lama, aku bisa kacau kalau begini. Sialan! Padahal aku hanya ingin membicarakan letak dapur dan teras belakang. Gara-gara benda sialan itu hadeh .... Yudi memejamkan matanya berusaha membuang pikiran mesum.

Mungkin Tania benar, aku mulai mesum. Aku harus berlibur, besok aku harus cuti. Aku rasa ... karena selalu berdekatan dengan Tania membuat otakku mulai kacau. Yudi membatin

Yudi mulai melangkah mengurungkan niatnya, untuk membicarakan letak teras belakang dan dapur. Ia melangkah pergi meninggalkan semua kru-nya, mengendarai sepeda motor CBR tahun tingginya.

Mencoba mencari ketenangan, menghilangkan pikirannya akan Tania. Namun, ke mana pun ia pergi bayangan Tania selalu menghantuinya.

Beberapa hari kemudian, sejak kejadian pertengkaran kecil tersebut. Tania dan Yudi jarang berinteraksi apalagi berkomunikasi, kebanyakan melalui Tigor, Andi atau Fikri, kadang melalui ayahnya Rangga.

Yudi tahu dia sangat merindukan wanita keras kepala itu, akan tetapi egonya selalu mengalahkan logika. Ia malu untuk mengakui bahwa ia sangat merindukannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status