Kedua sahabatnya masih menyusuri TKP bersama para polisi, mereka hanya menemukan jejak mobil dengan meninggalkan lokasi, keadaan menjadi heboh para wartawan Meliput berita dan memasukkan ke televisi dan laman media sosial lainnya. Sementara Amy menjalani operasi, Soleh menunggu di depan pintu ruang operasi. Tania dan Yudi langsung menuju ke rumah sakit begitu dengan seluruh keluarga Rangga, Hamzah, dan Basri juga Sudirman pergi ke rumah sakit.
Mereka tidak menyangka dengan segala malapetaka yang sudah menimpa keluarga mereka Ibra masih menyelidiki seluruh rangkaian peristiwa ketiganya berpelukan menangis, "Bagaimana dengan Amy?" tanya Tania.
"Dokter masih mengusahakan pengangkatan peluru di kepalanya, bagaimana dengan anak-anak?" tanya Soleh, ia memandang kedua sahabatnya berharap ada keajaiban untuk kedua buah hati mereka.
Keduanya menggelengkan kepala, "Tapi, aku sudah mengerahkan segala yang aku bisa! Aku yakin kita pasti menemukan anak kita," kata Yudi.<Terima kasih jangan lupa beri game dan buka bab yang banyak!
Adrian masih memeluk Salmi dengan tangan mungilnya, "Apakah kalian anak baru?" tanya seorang anak perempuan kecil yang tidak jauh dari Adrian. "Iya, kalian tahu ini di mana?" tanya Adrian penasaran menoleh ke setiap ruangan. "Aku tidak tahu! Kami dibawa kemari dengan keadaan pingsan! Apakah itu Adikmu?" tanyanya. "Iya, ini Adikku!" balas Adrian. "Namamu siapa?" tanyanya lagi. "Aku Adrian, ini Salmi!" balas Adrian. Entah mengapa ia banyak bicara, ingin rasanya dirinya mengurangi sedikit bebannya, "Oh, aku Rani," ujar Rani. "Ooo, apakah kau tahu ke mana mereka akan membawa kita?" tanya Adrian pena
Seorang wanita tua membawa bakul di punggungnya ingin mengutip sayuran, hujan deras telah mengguyur semalaman hingga pagi inilah ia berniat akan menjual sayurannya. Namun, saat ia ingin memetik kacang tanah ia melihat tiga anak yang terbaring di sana, "Anak siapa pagi buta di sini?" batinnya. Ia langsung berlari menggapai ketiganya dan memeriksa, "Mereka demam!" batinnya, ia berusaha membangunkan ketiganya dengan memberinya air minum, "Uhuk! Uhuk!" Adrian terbangun dan melihat seorang nenek tua melihat ke arahnya ia berusaha untuk beringsut dan menjauh, "Si-siapa kau! Tolong, jangan ganggu kami! Kami tidak mau dijadikan bakso!" ujar Adrian. "Hehehe, siapa yang mau jadikan kalian bakso? Ikan dan ayam masih lebih enak dari daging kalian!" cibir si nenek dengan gulungan tembakau fi mulutnya. Adrian beringsut sedikit berusaha untuk m
YudiSeorang pemuda tampan, baik, jujur hanya saja sikapnya sedingin kutub utara. Kata-katanya bagaikan silet yang tajam menusuk jantung. Usianya sudah memasuki kepala tiga namun, belum berniat untuk menikah karena ia selalu merasa jodoh urusan Allah, buat apa capek mencarinya bila sudah waktunya jodoh akan datang jugaKedua orang tuanya sudah lelah menjodohkannya namun, selalu ia tolak mentah-mentah dengan berbagai alasan. Yudi selalu mengagumi satu wanita sepanjang ia mengingat walaupun, mereka sering bertengkar setiap bertemu. Wanita yang ia benci sekaligus ia kagumi adalah Tania.Tania
Misi Hamzah dan Rangga dimulai! Drtttt! Drrrttt! Dddrrrttt! Suara ponsel berdering dengan meraba-raba nakas Yudi berusaha menjangkau ponselnya. "Hallo .... " jawabnya sambil merem. "Dasarr anak tidak berbakti! Kapan kamu akan pulang menjenguk bundamu? Bunda sudah tua, Nak? sangat menginginkan cucu kamu tegaa sekali! Hiks ... hiks .... " suara di seberang berteriak dan mulai terisak, Yudi tahu semua itu hanyalah drama bundanya Yudi mencoba membuka matanya dan tersenyum. "Assalamu'alaikum, Bun!" sapa Yudi. Yudi seorang pemud
Tok! Tok! Tok!"Masuk!" Yudi tidak bergeming dari kertas-kertas di meja kerja di kantor ayahnya. Mengamati, meneliti, dan mereka- reka semua denah gambar rumah yang diberikan ayahnya."Hm, rumah yang indah! Siapa pun pemiliknya memiliki cita rasa yang luar biasa." Ujarnya, tanpa disadarinya sepasang mata ikut mengamati gambar tersebut."Benarkah? Aku sangat ingin rumah impianku itu selesai, sebelum Idul Fitri," suara wanita yang tidak asing menembus ke syaraf-syaraf otaknya, bagaikan palu menghantam jantungnya. Secepat kilat yudi menoleh ke arah suara."Taniaa! Sedang apa kamu di sini?" Yudi merasa heran mendapati Tania di sebarang mejanya.
Keesokan harinya ....Yudi berada di lokasi rumah baru Tania, memotret berbagai sudut sekali-kali berbicara lewat tape recorder. Meninjau dan merevisi semua bagunan yang akan dibuat agar sesuai dengan niat si empunya rumah.Sebuah mobil memasuki halaman, sesosok wanita anggun mengenakan setelan pengacara merah maroon muncul dengan modisnya."Kamu sudah lama, Yud?" Tania berusaha mencairkan suasana, karena merasa bersalah sudah terlambat hampir tiga jam. Yudi hanya menoleh dan terus berkutat dengan pekerjaannya."Lumayanlah! Wah, Ibu Pengacara luar biasa ya? Janji jam 09.00 muncul jam 11.00," sindirnya"Maaf, ada urusan
Tania mencari-cari Yudi, dia melihat Yudi sedang menggergaji potongan-potongan beroti dengan denim belel, sepatu bot, helm, kemeja yang di gulung sampai siku. Tidak lupa sabuk peralatan di pinggang, menambah macho tampilannya. Entah mengapa desir-desir aneh menggelitik di hati Tania, ingin rasanya Tania menghapus keringat yang meluncur di dahi Yudi. Haaahhh! Tania menggeleng-gelengkankan kepala dan menelan salivanya, dia sendiri bergidik membayangkan pikiran aneh yang mulai menari-nari di otaknya dia mulai mencari-cari, rahasia apa yang sudah terjadi di tubuhnya. Yudi menoleh, ia melihat Tania mematung menatap ke arahnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Apa ada yang salah? Dengan semua bangunan yang aku buat? Semuanya sesuai dengan keinginan dan yang tertera di denah. Bila ada yang salah lagi, aku akan mencium bibirnya yang mulai cemberut itu, menyebalkan!" Yudi menghentikan kegiatannya. Entah dorongan dari mana dia memil
Di kediaman keluarga Rangga, Yudi membolak-balik kertas denah pekerjaannya. Akan tetapi pikirannya tidak luput akan Tania, Tania dan Tania lagi.Seakan-akan Tania berlarian di pikiran, hati dan di ruangan kamarnya dengan senyuman, cemberut serta omelannya.“Akh, sialan .., kenapa sih? Wajah Si Xena ini, ga bisa hilang sedikit pun,” bantah batinnya. Yudi beranjak dari tempat tidurnya, meraih jaket, helm dan kunci sepeda motornya.Di sinilah ia sekarang, di depan apartemen Tania.Yudi dengan jelas melihat Tania, di balik tirai jendela kamar apartemen lantai 2.Dengan bahagianya memeluk bunga matahari plastik yang diberikannya, lewat kurir yang sengaja dia kirimkan. Yudi tersenyum akan tingkah lucu kekanak-kanakan Ta