DUA MINGGU SEBELUMNYA
"Alea Marisa Herlambang."
Tuan Anmar langsung kembali mendongak dari berkas yang baru dibacanya untuk bertanya pada kepala cabang personalianya. "Herlambang?" tanya pria karismatik itu hingga dahinya berkerut.
"Ya, Tuan Anmar, itu putri dari adik saya." Awalnya Kamir masih takut-takut untuk mengajukan berkas lamaran pekerjaan keponakanya itu karena kasus korupsi dari adik laki-lakinya yang sedang panas di perbincangkan.
"Keponakanku sangat membutuh pekerjaan untuk bisa mengurus ibunya yang sedang terkena serangan struk. Dia juga sudah terpaksa berhenti dari kuliah karena sudah tidak ada lagi yang bisa membiayainya. Jadi saya mohon kemurahan hati Anda agar keponakan saya bisa bekerja di sini."
Tuan Anmar terkenal sangat dermawan, karena itu Kamir memberanikan diri untuk minta bantuan kepadanya agar bisa memberikan pekerjaan kepada keponakannya.
Tuan Anmar terlihat kembali memperhatikan profil Alea beserta foto yang disertakan di dalam berkas lamarannya.
"Sembilan belas tahun," gumam tuan Anmar yang terus membaca semua profil Alea kemudian memperhatikan lagi foto gadis muda itu untuk beberapa lama.
"Bagaimana jika aku punya tawaran lain untuk keponakanmu?"
"Maaf, apa maksud Anda Tuan?" walaupun agak gugup Kamir tetap penasaran ketika melihat cara tuan Anmar memperhatikan foto keponakannya.
"Aku ingin kembali menikah dan aku sedang mencari istri yang lebih muda agar bisa memberiku keturunan."
Kamir mulai paham ke mana arah pembicaraan mereka tapi masih belum berani sembrono menyimpulkan, mengingat orang yang sedang bicara dengannya itu adalah tuan Anmar, salah satu konglomerat paling kaya se Asia Tenggara.
"Aku akan menawarkan pernikahan untuk keponakanmu, dan tentunya aku juga akan memberikan mahar yang pantas kepada keluarga kalian."
"Maaf tuanku, apa Anda sungguh-sungguh?"
Sebenarnya pertanyaan seperti itu sangat tidak sopan untuk dipertanyakan pada seorang Anmar Haris. Tapi bagaimanapun sebuah tawaran pernikahan jelas bukan main-main untuk sekedar di tawarkan dengan iseng.
"Aku akan menikahinya, resmi secara hukum karena aku ingin mendapatkan keturunan yang nantinya juga bisa mendapatkan hak dari semua milikku."
"Oh, tuanku apa keponakanku pantas__"
"Aku hanya ingin istri yang lebih muda untuk memastikan dia masih bisa memberiku keturunan!" potong tuan Anmar untuk mempertegas.
"Bicarakan dulu dengan keponakanmu, aku ingin dia juga mempertimbangkannya terlebih dahulu."
"Baiklah," Kamir langsung mengangguk untuk berterimakasih atas kehormatan tersebut, meskipun dia sendiri belum mengerti bagaimana harus memberitahu Alea mengenai perihal seperti ini.
Kamir segera mengundurkan diri, berpamitan untuk keluar dari ruangan tuan Anmar dengan keringat dingin yang sudah merembas di dahi dan tengkuknya. Tawaran pernikahan dari seorang Anmar Haris tentunya bukan main-main. Tidak ada yang tidak kenal keluarga Haris semua keluarga besarnya adalah keturunan dari keluarga konglomerat kaya raya dan pemilik berbagai grup perusahaan besar di dalam dan di luar negeri.
Kamir juga masih gugup hampir tidak percaya ketika menyampaikan berita besar itu kepada istrinya di rumah yang langsung ikut gemetar.
"Tuan Anmar ingin menikahi keponakanku, bukan hanya untuk dijadikan wanita simpanan. Dia mau menikahi Alea!"
Rosita hanya terus mengangguk-angguk karena gugup. Mereka sama-sama berpikir memangnya siapa keluarga mereka sampai memiliki kehormatan sebesar itu.
"Bujuklah Alea, beri dia pengertian. Entah bagaimana caranya karena kesempatan sebesar ini tidak akan sembarangan datang pada siapa saja."
Rosita mengangguk setuju dengan pemikiran suaminya meskipun dia sendiri belum tahu bagaimana harus menyampaikan pada Alea.
"Tuan Anmar juga akan ikut mengangkat drajat keluarga kita. Berilah pengertian pada Alea dia anak gadis yang baik dan cerdas pasti akan segera mengerti."
"Akan kucoba bicara pelan-pelan dulu dengannya nanti setelah anak-anak tidur."
Kamir menggenggam tangan istrinya dengan penuh harapan besar. "Aku menyerahkan tanggung jawab ini padamu."
Rosita mengangguk untuk meyakinkan suaminya.
Setelah rumah dan semua harta keluarga Alea disita, sekarang dia harus menumpang hidup di rumah paman dan bibinya, tidur satu kamar dengan kedua sepupu kembarnya yang masih SMP. Karena itu Rosita harus menunggu sampai anak-anaknya tidur untuk mengajak Alea membicarakan tawaran pernikahan dari tuan Anmar.
*****
Meskipun akhirnya Alea setuju mengenai pernikahannya, tapi sebenarnya mereka semua tidak ada yang tahu mengenai apa yang sudah dibahas Alea bersama tuan Anmar ketika mereka bertemu di kantornya kemarin. Bahkan Alea juga tidak berani memberi tahu ibunya jika dirinya sudah menerima lamaran dari seorang duda berumur empat puluh tahun. Malam ini kedua paman Alea berkumpul di rumah paman Kamir untuk menyambut kedatangan tuan Anmar yang akan bertamu ke rumah mereka. Dari sore bibi Rosita dan bibi Mala sudah sibuk merapikan rumah dan mengganti taplak meja agar rumah mereka terlihat rapi. Akan kedatangan tamu seperti tuan Anmar ternyata membuat mereka semua panik. Belum apa-apa Alea juga seperti ikut gugup dan takut. Alea tahu dirinya sudah tidak bisa mundur lagi karena akan membuat malu keluarganya. Sebentar lagi Tuan Anmar akan datang untuk membicarakan perihal pernikahan mereka, sesuatu yang sama sekali belum berani Alea bayangkan. "Kak Alea mau menikah?" tanya sa
Alea sedang membatu kedua sepupu kembarnya untuk mengerjakan tugas sekolah ketika bibi Rosita ikut menengok ke dalam kamar untuk memangilnya. "Alea, ada temanmu." "Siapa Bibi?" tanya Alea yang baru mendongak dari lembar buku paket yang sedang dia baca. "Anak laki-laki tuan Anmar." Seketika Alea langsung menutup buku di pangkuannya dan bergegas berdiri untuk keluar mengikuti bibinya. "Kak Troy," sapa Alea ketika melihat Troy masih berdiri di ambang pintu dan Alea tetap saja terkejut dengan kedatangan tiba-tibanya. "Maaf aku tidak memberitahu jika akan ke mari." "Tidak, apa-ap
"Alea kau jangan ke mana-mana, hari ini tuan Anmar akan ke mari."Bibi Rosita baru kembali dari arisan keluarga ketika membawa berita itu untuk Alea."Tuan Anmar ingin mengajakmu ke luar," lanjut bibi Rosita.Alea belum selesai dari keterkejutannya yang pertama dan sekarang sudah terkejut lagi karena akan di bawa keluar oleh tuan Anmar."Mau ke mana, Bibi?" tidak tahu kenapa tiba-tiba Alea panik meskipun tidak berani menunjukkan kecemasannya."Aku juga tidak tahu, pamanmu juga cuma berpesan seperti itu."Bibi Rosita sudah kembali pergi dan masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian.
Tuan Anmar sudah kembali memegang kemudi dan mulai menjalankan mobilnya. Mobil mahal berbodi kokoh itu mulai berjalan meninugalkan gang komplek menuju jalan utaman sehingga tidak terlalu terlihat mencolok lagi. Alea sempat menyibukkan otaknya dengan berpikir jika mobil tersebut mungkin dilapisi baja anti peluru karena bodinya sangat tidak biasa, gelap tapi tetap elegan dengan nuansa yang sulit untuk dijelaskan. Tak mengherankan jika Troy juga memiliki selera yang tinggi mengenai kendaraannya, ibarat buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Untuk sekian kalinya Alea menyimpulkan jika mereka mirip, bukan cuma secara fisik tapi juga gaya.Tiba-tiba ponsel tuan Anmar yang terletak di atas dashboard menyala dan Alea langsung memperhatikan tampilan wallpaper. Sepertinya itu foto tuan Anmar dan putranya beberapa tahun lalu ketika Troy mungkin masih berumur belasan tahun. Mereka sedang tersenyu
Karena semalam Alea tidak juga membuka pesannya, pagi harinya Troy kembali mengirim pesan ke pada Alea yang isinya masih sama saja. [Alea] cuma seperti itu lagi. Seolah Troy hanya sekedar ingin memanggil Alea agar gadis itu mau menoleh dan menghiraukan pesannya, tapi ternyata tidak sama sekali. Alea tetap tidak membuka pesan darinya meskipun Troy melihat jaringannya aktif. Kemarin bibi Rosita juga mengatakan kepada Troy jika Alea pergi dengan teman laki-laki, jadi mau tidak mau Troy mulai berpikir mungkin ia sedang mengganggu Alea. Troy kesal merasa seperti itu, Troy tidak pernah ingin mendekati seorang gadis seperti dirinya ingin mendekati Alea. Tapi jika benar Alea sudah memiliki seseorang, Troy juga tidak ingin menjadi pemuda brengsek yang tiba-tiba mengganggu hubungan mere
"Alea, maaf aku kemari." Alea masih kaget karena melihat Troy sudah berdiri di depan pintu. "Kuharap aku tidak mengganggumu." "Kenapa, Kak?" Alea bertanya pada Troy yang terlihat gugup dan risau. "Besok aku akan pergi dan aku hanya ingin melihatmu." Troy belum bicara lagi kecuali hanya menatap Alea yang juga jadi kelu menyaksikan kegugupannya. "Aku, menyukaimu Alea. " Akhirnya kata-kata itu terucap juga dari bibir Troy. Alea sudah hendak bicara ketika Troy lebih dulu mencegahnya. "Kau tidak perlu mengatakan apa-apa." Troy
Ini adalah kali pertama Alea mengunjungi ayahnya sejak penangkapannya sekitar dua bulan lalu. Bahkan Alea tidak pernah mau mengikuti pergelaran sidang ayahnya. Tapi sebenci apapun Alea dengan semua perbuatan ayahnya tapi pria itu tetap ayahnya dan Alea tetap harus memberitahunya mengenai rencana pernikahannya. Alea diijinkan bertemu dengan ayahnya di sebuah ruangan tiga kali tiga meter yang hanya memiliki pintu tanpa ventilasi dan jendela. Hanya ada satu meja dan dua kursi metal saling berhadapan yang kali ini mereka duduki masing-masing. Sebenarnya Alea juga tidak tega ketika menatap ayahnya yang sekarang terlihat lebih kurus, sayu dan seolah tanpa gairah hidup lagi. Wibawa yang dulu sering ikut Alea banggakan dari sosok ayahnya seolah telah ikut lenyap. "Maafkan aku Alea." Ayah Alea hendak meraih tangan putrinya tapi Alea menariknya
Ternyata tuan Anmar tidak membawa Alea pulang, tuan Anmar membawa Alea kesebuah hotel paling besar di pusat kota yang merupakan salah satu milik tuan Anmar sendiri. Alea tidak pernah membayangkan dirinya akan dibawa oleh seorang pria ke hotel seperti ini. Karena jika membandingkan penampilannya dan setelan rapi yang dipakai tuan Anmar, Alea jadi benar-benar terlihat seperti gadis tidak benar yang suka dibawa pria-pria mapan ke hotel.Sejak keluar dari mobil, tuan Anmar juga terus menggenggam tangan Alea tanpa pernah melepaskannya sedikit pun. Alea merasa benar-benar sangat canggung, bukan hanya karena penampilannya yang tidak cocok utuk berjalan di samping tuan Anmar, tapi karena semua orang yang kali ini juga sedang memperhatikannya.Beberapa karyawan hotel yang berpapasan dengan mereka ikut berhenti sebentar dan meny