Tuan Anmar sudah kembali memegang kemudi dan mulai menjalankan mobilnya. Mobil mahal berbodi kokoh itu mulai berjalan meninugalkan gang komplek menuju jalan utaman sehingga tidak terlalu terlihat mencolok lagi. Alea sempat menyibukkan otaknya dengan berpikir jika mobil tersebut mungkin dilapisi baja anti peluru karena bodinya sangat tidak biasa, gelap tapi tetap elegan dengan nuansa yang sulit untuk dijelaskan. Tak mengherankan jika Troy juga memiliki selera yang tinggi mengenai kendaraannya, ibarat buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Untuk sekian kalinya Alea menyimpulkan jika mereka mirip, bukan cuma secara fisik tapi juga gaya.
Tiba-tiba ponsel tuan Anmar yang terletak di atas dashboard menyala dan Alea langsung memperhatikan tampilan wallpaper. Sepertinya itu foto tuan Anmar dan putranya beberapa tahun lalu ketika Troy mungkin masih berumur belasan tahun. Mereka sedang tersenyu
Karena semalam Alea tidak juga membuka pesannya, pagi harinya Troy kembali mengirim pesan ke pada Alea yang isinya masih sama saja. [Alea] cuma seperti itu lagi. Seolah Troy hanya sekedar ingin memanggil Alea agar gadis itu mau menoleh dan menghiraukan pesannya, tapi ternyata tidak sama sekali. Alea tetap tidak membuka pesan darinya meskipun Troy melihat jaringannya aktif. Kemarin bibi Rosita juga mengatakan kepada Troy jika Alea pergi dengan teman laki-laki, jadi mau tidak mau Troy mulai berpikir mungkin ia sedang mengganggu Alea. Troy kesal merasa seperti itu, Troy tidak pernah ingin mendekati seorang gadis seperti dirinya ingin mendekati Alea. Tapi jika benar Alea sudah memiliki seseorang, Troy juga tidak ingin menjadi pemuda brengsek yang tiba-tiba mengganggu hubungan mere
"Alea, maaf aku kemari." Alea masih kaget karena melihat Troy sudah berdiri di depan pintu. "Kuharap aku tidak mengganggumu." "Kenapa, Kak?" Alea bertanya pada Troy yang terlihat gugup dan risau. "Besok aku akan pergi dan aku hanya ingin melihatmu." Troy belum bicara lagi kecuali hanya menatap Alea yang juga jadi kelu menyaksikan kegugupannya. "Aku, menyukaimu Alea. " Akhirnya kata-kata itu terucap juga dari bibir Troy. Alea sudah hendak bicara ketika Troy lebih dulu mencegahnya. "Kau tidak perlu mengatakan apa-apa." Troy
Ini adalah kali pertama Alea mengunjungi ayahnya sejak penangkapannya sekitar dua bulan lalu. Bahkan Alea tidak pernah mau mengikuti pergelaran sidang ayahnya. Tapi sebenci apapun Alea dengan semua perbuatan ayahnya tapi pria itu tetap ayahnya dan Alea tetap harus memberitahunya mengenai rencana pernikahannya. Alea diijinkan bertemu dengan ayahnya di sebuah ruangan tiga kali tiga meter yang hanya memiliki pintu tanpa ventilasi dan jendela. Hanya ada satu meja dan dua kursi metal saling berhadapan yang kali ini mereka duduki masing-masing. Sebenarnya Alea juga tidak tega ketika menatap ayahnya yang sekarang terlihat lebih kurus, sayu dan seolah tanpa gairah hidup lagi. Wibawa yang dulu sering ikut Alea banggakan dari sosok ayahnya seolah telah ikut lenyap. "Maafkan aku Alea." Ayah Alea hendak meraih tangan putrinya tapi Alea menariknya
Ternyata tuan Anmar tidak membawa Alea pulang, tuan Anmar membawa Alea kesebuah hotel paling besar di pusat kota yang merupakan salah satu milik tuan Anmar sendiri. Alea tidak pernah membayangkan dirinya akan dibawa oleh seorang pria ke hotel seperti ini. Karena jika membandingkan penampilannya dan setelan rapi yang dipakai tuan Anmar, Alea jadi benar-benar terlihat seperti gadis tidak benar yang suka dibawa pria-pria mapan ke hotel.Sejak keluar dari mobil, tuan Anmar juga terus menggenggam tangan Alea tanpa pernah melepaskannya sedikit pun. Alea merasa benar-benar sangat canggung, bukan hanya karena penampilannya yang tidak cocok utuk berjalan di samping tuan Anmar, tapi karena semua orang yang kali ini juga sedang memperhatikannya.Beberapa karyawan hotel yang berpapasan dengan mereka ikut berhenti sebentar dan meny
Tubuh Alea terasa kebas dan masih malas bergerak, dia terbangun di antara gulungan selimut kusut yang cuma melilit tubuh sekenanya. Alea belum mau mengingat apapun karena rasanyeri di pangkal pahanya terasa lebih dominan sekarang. Alea coba berinsut sedikit untuk menggeser pinggulnya ketika menyaksikan layar ponselnya berkedip-kedip dan segera meraihnya dari atas nakas. Muncul beberapa notifikasi pesan baru yang beruntun. [Alea...] [Alea...] [Alea...] [Jika kau tetap tidak menoleh aku akan memanggilmu lagi] Alea masih sama sekali belum pulih dari apa yang dia alami tadi malam dan pagi-pagi ia sudah harus kembali melihat pesan dari Troy yang mendebarkan jantungnya. Pesan sederhan
Alea bukan hanya mendadak menikah di usia yang masih sangat muda, dia juga telah menikah dengan pria yang masih benar-benar asing baginya. Jadi sebenarnya bukan hanya kesenjangan usia yang menjadi masalah Alea sekarang, karena banyak pria yang jauh lebih tua pun sebenarnya juga belum tentu bisa bersikap dewasa. Kesenjangan usia tiba-tiba bisa jadi hal sepele jika dihadapkan pada pria seperti tuan Anmar. "Ke marilah Alea," panggil tuan Anmar ketika menoleh pada Alea. Alea benar-benar belum merasa nyaman ketika tiba-tiba harus begitu dekat dengan seorang pria. Tapi bagaimana Alea bisa menolak ajakan seperti ini dari pria yang sudah menikahinya. "Kemari lah, jangan malu dan takut padaku." Tuan Anmar masih menunggu tapi kaki Alea justru serasa lemas di atas ranjang. Meski baru saja mereka telah bersetubuh, tapi tengkuk Alea tetap merinding ketika diminta untuk mendekat.&nb
Alea duduk memperhatikan tampilan dirinya di depan cermin, entah apa yang telah berubah dari dirinya sekarang. Sudah satu minggu dia menjadi seorang istri. Diam-diam Alea menyentuh bibirnya sendiri, bibir yang sama tapi rasanya sudah tidak seperti dulu lagi setelah berulang kali dijamah oleh seorang pria. Alea berusaha membiasakan diri dengan suaminya, membiasakan diri dengan sentuhan tangannya, membiasakan diri dengan kehangatan kulitnya, bibirnya, napasnya, dan membiasakan bangun di sampingnya setiap pagi. Sepertinya Alea memang harus membiasakan diri untuk bisa menerima semua ini. Satu minggu memang bukan waktu yang cukup untuk membiasakan begitu banyak hal sekaligus, tapi paling tidak Alea sudah tidak merasa terlalu terganggu lagi dengan kedekatan fisik mereka. Alea hanya baru tahu jika manusia memiliki kebutuhan seintim itu untuk saling dipenuhi.
Seperti janjinya waktu itu, tuan Anmar akan memberikan rumah untuk Alea serta ibunya, menanggung semua kehidupan mereka dan memberikan semua hak Alea sebagai seorang istri. Tuan Anmar hanya tidak bisa membawa Alea pulang ke rumahnya sendiri karena pernikahan mereka masih harus dirahasiakan seperti kesepakatan mereka sejak awal. Bahkan tuan Anmar juga belum memberitahu putranya jika dia sudah menikah lagi. Seluruh keluarga besarnya juga belum ada yang tahu mengenai pernikahannya ini. Menikahi gadis yang puluhan tahun lebih muda sepertinya juga akan menciptakan kehebohan karena itu dia juga sepakat dengan keinginan Alea untuk merahasiakannya. "Sepertinya rumah ini terlalu besar jika hanya untuk kutinggali berdua dengan ibu." Alea masih takjub dengan rumah tiga lantai yang baru dihadiahkan tuan Anmar padanya. Rumah itu tidak hanya besar