Share

AKU ANAK ORANG KAYA, MAS!
AKU ANAK ORANG KAYA, MAS!
Penulis: Siti_Rohmah21

Bab 1

AKU ANAK ORANG KAYA, MAS!

"Mas, belikan aku baju bagus, ya! Please," rayuku dengan manjanya. Namun, rayuan berjuta kali pun tak membuat hati Mas Zaki iba.

"Apa, Dek? Kamu tuh kan nggak ke mana-mana, ngapain pakai baju bagus?" tanyanya dengan muka nyolot. Memang aku tak pernah ke mana-mana, tapi kan setiap kali hendak pergi sibuk sendiri memakai baju apa? Sedangkan baju yang kupunya hanya itu-itu saja.

Kubuang baju yang tak enak dipandang. Baju lusuh dan sobek sudah setahun lamanya. Masa iya istri dari pemilik bengkel besar hanya memakai daster setiap harinya?

"Loh, kok dibuang?" tanya mertuaku yang tiba-tiba datang menyusup ke kamar. Astaga, ia datang di saat yang tidak tepat. Di saat aku ingin ngambek, merajuk agar dirayu oleh Mas Zaki. Ia malah muncul dan menanyakan baju yang kubuang.

Aku bergeming, tak menjawab apapun yang ia tanya. Sembari kulihat mertuaku itu meraih kembali baju-baju yang telah kubuang.

"Istri nggak ada rasa syukur! Kamu bisanya menggerogoti suami saja," tekannya. Ada rasa nyeri di dada menusuk sedikit hati yang telah lama luka.

Ini luka lama, tertoreh kembali olehnya. Kesekian kalinya ia ikut campur masalah rumah tangga kami yang baru berumur setahun.

Hanya gara-gara hal sepele kadang kami ribut besar, itu dikarenakan mertua yang tiba-tiba datang dan mencoba mencuci otak Mas Zaki.

Aku berlalu pergi dari kamar. Kemudian menepi di halaman depan. Sejenak aku berpikir untuk balas rasa sakit hati ini terhadap suami dan mertuaku. Namun, aku hanya bisa apa? Orang tuaku sudah tak mempedulikanku juga.

Menikah dengan Mas Zaki dengan restu terpaksa dari papa. Setelah ia menikahkanku, sudah putus hubungan kami sebagai anak dan orang tua. Aku pikir, pilihan yang aku ambil adalah benar. Namun, kenyataannya seiring waktu berjalan, terkuak semuanya sifat dan tingkah laku Mas Zaki beserta keluarganya.

Ingin cantik saja sulit sekali, padahal kulihat adiknya Mas Zaki terlihat menor saat ingin kuliah. Sedangkan aku, harus mengemis untuk dapat terlihat cantik di matanya.

Tidak lama kemudian, ada telepon masuk datang dari nomor yang tidak dikenal. Lalu aku angkat, khawatir ini penting.

"Selamat sore, dengan Mbak Ana Melissa?" tanya si penelepon di seberang sana.

"Betul, ini dengan siapa?" tanyaku.

"Saya orang kepercayaan Pak Ardi Dinata, ingin menjelaskan perihal perusahaan yang Pak Ardi berikan pada Mbak Ana, bisa kita ketemu?" tanyanya membuatku sontak kegirangan. Ada angin apa papa berubah pikiran memintaku untuk mengambil alih perusahaannya?

"Bisa, kapan kita bertemu?"

"Besok bisa, Mbak?" 

"Tentu saja, besok jam 9 pagi di cafe Ceria aku tunggu," sahutku kemudian memutuskan teleponnya.

Tidak kusangka hati papa yang sekeras batu itu bisa hancur seketika. Perusahaan yang tidak pernah aku harapkan kini akan diberikan olehku.

Menikah dengan Mas Zaki adalah pilihanku sendiri. Memang ada rasa menyesal saat ini memilihnya sebagai suami. Namun, ini sudah menjadi pilihan, makanya aku tak pernah keluhkan ini pada keluarga besar.

Mas Zaki yang sudah tahu aku ngambek pun datang menghampiri, pasti ia ingin merayu dan berbaikan kembali.

"Dek, maafkan Mama, ya." Aku tak menoleh sedikitpun ke arahnya. Kutepis dan tak melirik ke arahnya sedikit pun.

"Pergi sana, aku tak mau dekat kamu!" tegasku dengan mata menyipit tapi memalingkan wajah dari Mas Zaki.

"Dek, mau beli baju apa? Ayo kita beli sekarang, ya." Ia merayuku dengan mengiming-imingi baju. Aku sudah tidak tertarik lagi. Lihat saja nanti, uangku akan lebih banyak dari uangmu, Mas!

Jiwaku mulai bergejolak, ingin membalas rasa sakit hati yang telah ia torehkan selama ini. Begitu pun dengan mertuaku dan adiknya, Yuni, yang selalu saja meremehkan aku yang tidak berpenghasilan. Menurut mereka, aku tidak bekerja ya tidak boleh dandan mempercantik diri.

"Aku sudah tidak mood bicara soal baju, Mas!" ketusku sambil berdiri. Kemudian pergi meninggalkan Mas Zaki di halaman depan.

Saat ingin masuk, berpapasan dengan adik ipar. Ia hendak pergi ke luar, parfum wangi sudah tercium, pasti ia ingin pergi foya-foya dengan teman kuliahnya.

Brak .... 

Aku sengaja menabrakan diri pada Yuni, ia tersentak dan melotot ke arahku. Kemudian aku pun pergi tanpa meminta maaf padanya.

"Eh, Kakak ipar sial*n! Nggak minta maaf lagi udah nabrak orang!" pekiknya. Aku tak peduli dengan celotehannya, yang terpenting aku puas menabraknya. Lihat saja nanti, aku akan membuat seisi rumah kaget.

***

Pagi itu, aku pergi diam-diam tanpa sepengetahuan siapa pun. Setelah Mas Zaki pergi ke bengkel untuk memeriksa karyawan, aku pun pergi diam-diam. Mama Ayu sedang tak ada di rumah. Entah ke mana ia perginya.

Sesampainya di cafe. Sudah ada Pak Gilang sebagai orang yang dipercaya papa untuk bicara denganku.

"Mbak, ini surat dari Pak Ardi Dinata," pungkasnya sambil memberikan secarik kertas.

[Papa tahu hidupmu menderita bersama Zaki. Mungkin selama ini kamu tidak menyangka, bahwa Papa dan Mama selalu mengawasimu. Kini, tindakan mertuamu sungguh keterlaluan, jadi inilah saatnya kamu tunjukkan pada mereka, bahwa mereka salah besar menyia-nyiakanmu! 1 tahun kamu menyimpan ini rapat-rapat. Papa menunggu dari mulutmu untuk kembali ke rumah, tapi kenyataannya Ana Melissa tetap keras kepala. Papa mohon, jadilah wanita tegas. Buatlah mertuamu malu telah menyia-nyiakanmu seperti ini!]

Orang tuaku sudah memintaku untuk membuat keluarga Mas Zaki malu, apakah ini saatnya mereka tahu tentang siapa aku sebenarnya?

Mungkin mereka pikir aku orang susah yang pantas diperlakukan seperti itu. Namun, kenyataannya adalah aku anak orang kaya, Mas!

"Mbak ...." sapa Pak Gilang mengejutkanku. Aku membaca isi surat dari papa hingga tertegun.

"Ya, Pak Gilang, aku nggak ngerti maksud dari Papa. Apakah ia menyuruhku pulang?" tanyaku padanya.

"Nggak, Mbak. Menurut Pak Ardi, Mbak Ana beri pelajaran ke keluarganya dulu," sahutnya.

Aku bergeming, mencerna lagi ucapannya. Apakah Mas Zaki termasuk orang yang harus diberikan pelajaran?

Kemudian, Pak Gilang mengajakku pulang ke rumah Papa untuk melanjutkan bagaimana rencana papa sebenarnya.

Aku ragu, masih ada cinta untuk Mas Zaki di dalam hati ini. Meskipun demikian, ia begitu terhadapku karena pengaruh ibu dan adiknya.

"Ayo, Mbak!" ajaknya sambil bersiap mengeluarkan kunci mobil.

Kemudian aku mengangguk dan mengindahkan ajakannya.

Sepanjang perjalanan, aku masih tidak percaya bahwa papa telah mengintaiku selama ini. Padahal, aku pikir ia tak lagi menganggapku sebagai anak.

Sesampainya di rumah papa, ia menyambutku dengan pelukan hangat. Begitu pun dengan mama. Ia rindu dengan anak pertamanya yang membangkang ini. Aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku Sinta sedang belajar di luar negeri. Sedangkan aku, memang paling sulit diatur. 

"Gilang, tugasmu sampai sini dulu," ucap papa.

"Baik, Pak." Kemudian Pak Gilang pergi dari rumah, tugasnya sudah selesai untuk saat ini.

Aku memang tak pernah menunjukkan jati diriku pada Mas Zaki dan keluarganya. Itu dikarenakan papa tak menginginkan pernikahanku dengan Mas Zaki. Ia terpaksa menjadi wali nikah karena ancaman yang aku lontarkan pada saat itu.

"Ana, kamu kurus sekarang, Nak. Baju yang kamu kenakan juga, astaga ...." Mama prihatin melihat keadaanku.

_____

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Kucipan1
gk pantas tu mertua terlalu ikut campur anak yg sdh berumah tangga.... balas saja !! klo perlu cerai kan saja suami gk tegas macam zaki .... makan tu cinta klo ana gk bisa tegas .... wlwkwkw
goodnovel comment avatar
ชีวิตนกขมิ้น ฟ้าลิ
ถ้าแปลภาษาไทยได้จะมึผู้ติดตามมากส
goodnovel comment avatar
Frans Saimon
mantap,,,dan pAling keren
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status