Share

Bab 6

POV Zaki

"Mas Zaki, Lita?" Dengan wajah tertegun, ia menatap kami berdua. Aku dan Lita hanya terdiam, ada rasa gemetar dalam dada ini. Namun, ada rasa api cemburu saat melihat laki-laki yang bernama Gilang bersama Ana. Ternyata, laki-laki yang memberikan fasilitas untuk Ana itu adalah Pak Gilang.

"Silahkan duduk!" Pak Gilang mempersilahkan kami duduk. Memang tidak terlalu tua juga wajahnya. Aku semakin panas melihat Ana kini duduk di sampingnya.

"Maaf, Pak. Ada apa kami diundang ke sini?" tanya Lita keheranan. Kemudian Pak Gilang mengeluarkan sebuah laptop dan membuka layarnya.

"Laptop? Untuk apa?" tanyaku.

"Saya akan memutar video, kalian simak, ya!" tukas Pak Gilang dengan senyuman disertai lesung pipi di sebelah kirinya. Aku pun mengerenyitkan dahi dan menatap wajah Lita, tanda keheranan dengan sikap Pak Gilang yang akan mempertontonkan pada kami sebuah video. Entahlah, video apa yang akan kami lihat?

POV Ana

Saat aku menoleh ke arah belakang, alangkah terkejutnya kumelihat sosok dua orang yang jelas-jelas keduanya pernah hadir dalam hidupku.

Lita, sahabat jalanan yang pernah menjadi teman di saat aku sedang bosan di rumah. Sedangkan Mas Zaki, ternyata dia suamiku, ia datang bersama Lita, dan yang membuatku keheranan adalah jas yang ia kenakan. Persis sekali dengan apa yang papa cirikan tadi di rumah sakit. Namun, kenapa bisa-bisanya ia menukar dengan orang yang aku temui tadi di rumah sakit. Sambil melamun dan mengingat kejadian di rumah sakit, aku pun duduk di hadapan mereka.

Aku memang heran dengan kedatangan mereka berdua, tapi untuk Pak Gilang, sepertinya ia santai melihat ini semua. Mereka seperti sudah saling kenal sebelumnya.

Aku terdiam, Lita pun sama, apalagi dengan Mas Zaki, ia hanya menatapku sinis dan terkadang melihat ke arah Pak Gilang. Kemudian, Pak Gilang meminta kami semua menyaksikan sebuah video yang telah Pak Gilang sediakan di laptop.

"Sudah bisa dimulai?" tanya Pak Gilang sekali lagi.

"Pasti ini video perselingkuhan kalian, kan?" Mas Zaki masih menuduhku selingkuh. Dadaku jadi bergemuruh mendengar ucapannya. Apalagi ia bicara seperti itu sambil berdiri.

"Mas, bisa tenang, nggak?" tanya Lita. Astaga, sesaknya napas ini mendengar wanita lain menenangkan suamiku di hadapan persis.

Tiba-tiba ponsel Mas Zaki berdering, ia mengangkat teleponnya tapi agak menjauh dari kami. Setelah itu, ia kembali ke meja. Namun, menggandeng Lita untuk pergi.

"Ayo, Lita, kita pergi dari sini! Untuk apa menyaksikan video tidak penting, paling mereka ingin memamerkan kemesraannya!" ajak Mas Zaki dengan menggenggam lengan Lita yang mulus. Aku juga heran dengan tubuh Lita, ia mulus tak seperti dulu saat berada di jalanan. Apakah ia sama sepertiku? Hanya pura-pura melarat di hadapan orang lain?

"Tunggu dulu! Kita simak video yang Pak Gilang akan tunjukkan, ya!" sahut Lita.

"Kamu mau ikut denganku, atau tetap di sini?" sentak Mas Zaki pada Lita. Kemudian mereka pun pergi, entahlah ada apa dengan mereka sebenarnya. Perut Lita yang buncit itu membuat mereka tak bisa berjalan dengan cepat. Aku mengikuti langkah mereka yang lambat, ternyata mereka berjalan ke arah mobil Mas Zaki yang tadi terparkir di rumah sakit. Astaga, Mas Zaki mengantarkan Lita ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungan? 

Aku menghela napas dalam-dalam, berharap ini hanya teka-teki, bukan kenyataan pahit yang akan aku teguk saat ini.

"Mbak Ana, kamu baik-baik saja?" tanya Pak Gilang yang ternyata ada di belakangku.

"Nggak, Pak." Aku pun kembali ke meja makan. Pak Gilang pun turut mengikuti langkah kaki ini.

"Sebaiknya Mbak makan dulu, makanannya sudah tersedia!" ajak Pak Gilang.

"Pak, bisa minta tolong dijelaskan, dari mana Pak Gilang kenal dengan Lita dan Mas Zaki?" tanyaku penasaran. Kemudian, Pak Gilang membuka laptop itu kembali.

"Oke, Mbak. Saya putar video ini di hadapan Mbak. Agar terjawab sudah semua pertanyaan-pertanyaan Mbak selama ini." 

Pertanyaan-pertanyaanku selama ini katanya? Aku terdiam sejenak, kemudian menyorot tepat di depan laptop. Mataku tertuju ke layar laptop yang ternyata adalah video pernikahan kedua mempelai. Aku pun semakin penasaran dengan sepasang mempelainya. Aku perhatikan ijab kabul yang mereka lakukan.

"Saudara Zami Ardian bin alm. Adi Suhirmat, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Lita Zafirah binti Farid Suntoso dengan mas kawin cincin berlian, tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Lita Zafirah binti Farid Suntoso dengan mas kawin tersebut, tunai!" 

Pernikahan itu dilaksanakan 7 bulan lalu, itu artinya saat usia pernikahanku berumur 5 bulan. Astaga, aku benar-benar syok melihat ini. Jadi bunga mawar yang papa sengaja kirim itu agar aku mengetahui langsung bahwa Lita adalah maduku?

Aku menghela napas panjang, tak ada air mata yang tumpah untuknya. Ia memutar balikkan fakta bahwa aku tengah menyelingkuhinya. Namun, kenyataannya justru ia yang selingkuh. Malah sudah menikah dan akan memiliki anak.

"Mbak ... Mbak ...." tegur Pak Gilang. Ia mengejutkan dan membuyarkan lamunanku seketika.

"Sudah mengerti maksud saya mempertontonkan ini?" tanya Pak Gilang. Aku pun menganggukkan kepala.

"Baiklah, kalau begitu, untuk selanjutnya kita ke kantor polisi sekarang. Dengan bukti video ini, Mbak Ana bisa menjebloskan suami Mbak ke penjara. Menikah secara diam-diam tanpa persetujuan isteri sah," ajaknya. Aku pun menuruti ajakannya, ini karena hatiku sudah teramat sakit dibuatnya. 

Aku dan Pak Gilang bergegas melaporkan Mas Zaki ke kantor polisi. Laki-laki yang pernah menyuntingku dengan cepat, ternyata ia tak lebih hidung belang yang tidak cukup dengan satu wanita saja.

Satu lagi yang masih belum terjawab. Lita, siapa dia sebenarnya? Kenapa ia melakukan ini semua terhadapku? 

"Pak Gilang, kita bawa mobil terpisah saja, karena setelah dari kantor polisi, aku akan ke rumah Lita."

Aku yakin Lita sudah berada di rumahnya. Ini sudah lewat jam makan siang, biasanya Mas Zaki kembali ke bengkel untuk mengurusi karyawannya.

Kami telah tiba di kantor polisi, berbekal dengan bantuan video yang pernah Pak Gilang rekam saat itu, aku melaporkan perbuatan Mas Zaki terhadap pihak kepolisian.

Setelah selesai melaporkan perbuatan Mas Zaki, pihak kepolisian segera membuat surat penangkapan Mas Zaki secepatnya. Kemudian, aku pun bergegas ke rumah Lita. Ingin menanyakan perihal pernikahan mereka berdua. Aku ingin mendengar langsung dari mulutnya.

***

Hanya dalam waktu setengah jam, aku pun telah tiba tepat di depan rumah Lita. Mobilnya tidak ada di rumah, apakah ia pergi bersama Mas Zaki?

"Argh ...." Aku kesal melihat mobil Lita tak berada di dalam garasinya. Usahaku untuk menyelidiki pernikahannya dengan Mas Zaki sia-sia.

Aku segera nyalakan mesin mobil kembali, tapi tiba-tiba papa menghubungiku. Dengan keadaan masih kesal dan emosi, aku pun mengangkat teleponnya.

"Ya, Pah."

"Nggak usah lemas gitu, sudahlah kamu pulang ke sini, ada kejutan untukmu wahai putriku." Seperti biasanya, ia selalu mengetahui gerak-gerikku meskipun melalui sambungan telepon. Ada kejutan apa lagi ini? Menyakitkan atau mengobati rasa sakit hati ini?

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
dasar dungu, bukti apalagi yg kau cari nyet
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status