Share

Mas Chandra Di Mata Almarhum Papa

Akhirnya sampai juga di depan rumah. Belum terlalu malam sih, masih pukul setengah delapan.

 

"Pak Sigit, tolong ya mobilku yang ini taruh di bagian dalam lagi," kataku sambil menyerahkan kunci.

 

"Siap, Non" kata satpamku itu.

 

Kemudian akupun masuk dan pintu pun dibuka oleh Bi  Sanah, asisten rumah tangga yang telah disini  sejak almarhumah Mamaku dulu masih hidup, sekitar lima belas tahun yang lalu.

 

"Non Dita mau makan malam sekarang?" tanyanya.

 

"Nggak deh, Bik. Lagi malas makan. Aku mau langsung tidur saja," kataku sembari menaiki tangga.

 

Akupun langsung menjatuhkan badanku di atas kasur springbed empukku. Kucoba memejamkan mata, namun nyatanya aku tak bisa. Bayangan Mas Chandra dan Raisa yang sedang berbahagia di sana, tak bisa luput dari pikiranku. 

 

Jadi begini ya rasanya sakit hati dan dikhianati? Sampai usia dua puluh lima tahun ini, baru kali ini aku merasakanya.

 

Aku adalah Dita Prameswari, pewaris tunggal dari seorang pengusaha kaya. Sejak berusia sepuluh tahun , Mamaku telah meninggal dunia, karena mengalami kecelakaan. Jadi hanya Papa lah yang selalu menemani hari hariku, meskipun sibuk, namun dia tak pernah lupa memberi perhatian padaku. Dari kecil memang hidupku sudah bergelimang harta.

 

Papa selalu menuruti apa yang aku inginkan, namun tak lupa juga Papa selalu memberi teladan padaku agar tak menjadi manusia yang sombong. Alhamdulillah meskipun aku manja, namun aku selalu berusaha menghargai orang lain. 

 

Papa menjodohkanku dengan Mas Chandra, ketika aku baru saja lulus kuliah di Amerika. Meski aku lama tinggal di luar negeri, namun tak pernah kulupakan adat adat ketimuran. Dan hingga menikah pun aku bisa menjaga kehormatanku.  

 

Ketika Papa menjodohkanku dengan Mas Chandra, sebenarnya aku juga sudah punya kekasih. Seorang pemuda dari negeri Gingseng, yang merupakan kakak tingkat dikampusku dulu. Sudah lebih dari satu tahun kami berpacaran, namun semua harus kandas, hanya karena perjodohan itu. Apalagi memang kami berdua saat itu berbeda keyakinan.

 

Menurut Papa, Mas Chandra adalah calon suami yang terbaik, yang bisa membahagiakan aku dunia akhirat. Namun jika sekarang kejadiannya harus seperti ini, aku tak bisa menyalahkan Papa. Karena ini semua sudah menjadi takdirku. 

 

Aku pun dulu juga sangat percaya kalau Mas Chandra memanglah laki laki yang baik, karena sikapnya yang sopan santun dan sepertinya tak pernah mengincar hartaku.

 

Dulu sebelum menikah, Mas Chandra hanyalah pegawai biasa di perusahaan milik Papa. Dia merupakan karyawan teladan yang terkenal jujur,  pekerja keras dan rajin beribadah. Dia berasal dari keluarga miskin, Bapaknya hanyalah buruh tani.

 

Papa memang sejak lama sering membicarakan tentang dia padaku, namun setelah kejadian hutang budi itu, Papa malah semakin mantap untuk menjadikan dia mantunya. Karena Papa yang terus memaksa, akupun akhirnya memutuskan kekasihku dan menerima perjodohan itu, meski saat itu belum ada rasa cinta untuknya di hatiku.

 

Pesta pernikahan pun digelar dengan mewahnya saat itu. Dan setelah kami sah menjadi pasangan suami istri, Papa menaikkan jabatannya menjadi CEO di perusahaan kami, menggantikan  aku yang ingin fokus menjadi ibu rumah tangga saja. Tak lupa Papa menghadiahinya sebuah mobil Pajery padanya .

 

Dua tahun yang lalu, saat Papa mulai sakit sakitan, kami pun pindah ke kota Jombang. Karena memang beliau ingin akhir-akhir sisa hidupnya, bisa berada di tanah kelahirannya. Jadi untuk kerjapun Mas Chandra harus PP  Jombang Kediri setiap harinya. Sikap Mas Chandra pun tetap tak berubah, dia selalu menunjukkan semua sisi baiknya, hingga tak ada celah untuk kami meragukan kesungguhannya. 

 

Hingga satu tahun yang lalu, Papaku menghembuskan nafas terakhir  dan minta untuk dimakamkan di sini, di samping makam Mama, dan kedua orang tuanya. Otomatis akulah yang menjadi pewaris tunggal semua kekayaan ini setelah Papa meninggal. Namun aku belum ingin terjun dalam bisnis, jadi ku berikan kepercayaan mengurus perusahaan itu pada Mas Chandra.

 

Tiga tahun menikah, Allah belum juga mengaruniai kami momongan, mungkin memang sekarang kami belumlah siap menjadi orang tua. Namun sepertinya hal itu tak pernah menjadi persoalan untuk suamiku. 

 

Di rumah besar ini, aku dibantu oleh dua asisten rumah tangga, seorang sopir pribadi,satu tukang kebun dan dua orang satpam yang bergantian shift. Karena jenuh tak ada kegiatan, sebulan terakhir ini akupun memutuskan berjualan aneka kue tart dan puding hias melalui internet secara online. Hasilnya pun memuaskan memang, lumayan lah pokoknya meski hanya sepele. Namun Mas Chandra tak pernah tahu tentang usaha online ku itu.

 

Hingga akhirnya usahaku ini bisa menunjukkan sifat asli Mas Chandra di belakangku. Di akun biru yang kugunakan untuk promosi, memanglah tak pernah kugunakan untuk mengupload foto diriku, atau pun keluargaku, jadi wajar saja jika Raisa tak tahu kalau Mas Chandra itu suamiku.

 

Kemudian aku pun tertidur, dan terbangun kembali saat Mas Chandra membangunkanku.

 

"Dek, bangun. Ini pesanan yang kamu minta tadi," katanya sambil memberikan pesananku.

 

Aku yang masih setengah sadar pun, kaget dibuatnya.

 

"Jam berapa sih ini, Mas?" tanyaku sambil mengucek mataku yang tak gatal.

 

"Sekarang sudah jam dua belas malam. Oh iya sampai lupa, nih struk belanja oleh-olehnya yang tadi kamu minta. Apa sih yang tidak untuk istriku ini," katanya sambil menoel daguku.

 

Segera kuperiksa pesanan dan juga struknya, ternyata benar ini struk asli dengan alamat dari Kota Malang. Kok bisa sih dia dapat ini? Apa iya tadi dia sampai berangkat ke Malang untuk membelikan pesananku ini?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
maen cantik ya hehehe
goodnovel comment avatar
Ida
Nyuruh anak buah Waktu cukuplah Jam 7 jam 12 lapor dita Haa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status