Share

5

Kali ini, aku tidak melihat sisi khawatir dari pertanyaan nya. Namun, aku melihat ia cemburu karena aku menyebut nama istriku.

"Ga apa-apa, aku mau kerja ya. Ngobrolnya nanti siang lagi," usirku.

Widya nampak kesal dengan ucapanku, ia bahkan pergi seraya menghentakkan kakinya ke lantai. Entahlah, ternyata begini pusingnya memiliki dua wanita. 

______

Setelah makan siang, aku berniat menelpon Nia untuk memastikan ia masih di rumah dan tidak bepergian kemanapun.

"Halo, kamu dimana?" tanyaku pada Nia.

"Dirumah!" jawabnya singkat.

Seperti belakangan ini ia terus saja bersikap dingin padaku. 

"Nyalain video nya!" perintahku.

Hingga akhirnya kami saling bisa melihat satu sama lain ketika panggilan beralih ke video. Bodohnya, aku lupa jika ada Widya di sebelah ku sehingga aku sedikit menggeser tubuhku.

"Kenapa Mas?" tanya Nia yang melihatku nampak gugup.

"Aku pikir kamu pergi, jadi aku telepon kamu," sangkalku.

Nia tak menanyakan tentang Widya. Mungkin ia belum sempat melihat kami duduk bersama sehingga ia tak menanyakan tentang Widya atau mungkin ... karena ia sudah tak perduli padaku?

"Mas, kapan kamu mau nikahin aku?" tanya Widya setelah panggilan video itu mati.

Aku menatap lekat wajahnya, wanita yang dulu sangat aku banggakan seketika terlihat biasa saja. Bahkan, ia tak jauh lebih baik dari Nia.

"Maaf, kayaknya aku belum bisa nentuin," jawabku singkat.

Widya nampak kecewa dengan jawabanku. Ia menekuk wajahnya hingga nampak jelas kerutan di bagian matanya.

Astaghfirullah, mengapa aku tidak pernah menyadari bahwa Widya tak jauh lebih baik dari istriku?

Aku bangkit dan beranjak pergi meninggalkan kantin dan juga Widya disana untuk kembali mengerjakan semua tugas yang sudah menumpuk di atas meja kerja.

"Roby ...! apa-apaan ini, kerjaan kamu kemarin semua berantakan!" teriak Pak Pratama seraya melempar semua tugas yang kemarin aku kerjakan.

Aku mendongak dan segera meminta permintaan maaf untuk kesalahan yang aku lakukan. 

"Mas, jangan lupa di cek lagi kalau udah selesai kerjain proposal ya."

Seketika aku teringat bagaimana bawelnya Nia saat aku mendapatkan proyek baru dan harus menyelesaikan banyak proposal.

"Hari ini semua harus kelar! kalau kamu gak sanggup mendingan keluar dari perusahaan saya!" bentak beliau.

Semua menatapku heran, setelah bertahun-tahun kerja di perusahaan ini. Aku baru melihat Pak Pratama semarah ini. Bahkan, aku adalah anak emas di perusahaan ini tapi, entah mengapa Pak Pratama bisa marah seperti ini.

Aku buka lagi semua proposal yang kemarin aku kerjakan. Aaah, pantas saja. Semua memang salahku, semua salah karena aku terlalu memikirkan perubahan sikap istriku.

Lebih baik aku segera memperbaiki semua ini dan pulang telat waktu agar bisa membicarakan semua masalahku dengan Nia.

Aku lelah terus berangan dengan prasangka, sedangkan semua belum tentu benar meski aku yakin ada sesuatu yang membuat Nia berubah.

Aku kerjakan semua dengan hati-hati meski memakan waktu yang lebih lama. Hingga tak terasa, kantor sudah sangat sepi dan waktu telah menunjukan pukul tujuh malam.

Alhamdulillah semua bisa aku selesaikan meski aku harus telat pulang ke rumah. Sebelum pulang, aku melihat ponselku, berharap ada pesan dari Nia yang menanyakan mengapa aku tak kunjung pulang seperti saat dulu ia selalu mengkhawatirkan keadaanku.

Namun, nihil! tak ada satupun pesan dari Nia, hanya ada satu pesan masuk dari Widya yang mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri hubungan denganku.

Sudahlah, mungkin memang ini saatnya aku untuk memperbaiki diri dan mengakhiri semuanya.

[Baiklah, lebih baik hubungan kita memang tidak berlanjut!]

Balasku pada Widya. Namun, setelah aku mengirimkan balasan itu. Widya justru tak berhenti menghubungi aku. Ia bahkan mengancam akan bunuh diri jika aku tidak datang ke apartemen nya.

Ting!

Satu foto masuk ke aplikasi pesan milikku. Foto tangan Widya yang di penuhi darah. Apa-apaan ini, Widya benar-benar bunuh diri!

Aku putar kemudi ke arah apartemen Widya meski aku sudah hampir sampai di rumah. Saat ini, aku hanya takut Widya nekat dan benar-benar mengakhiri hidupnya.

Sepertinya kami memang harus mengakhiri semuanya baik-baik. Atau mungkin, aku sudah terjebak dalam pemainan yang aku buat sendiri.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Mustika Dyah S
Kamu sdh terjebak d dlm permainan kotor&menjijikkan yg sdh telah Kamu buat sendiri d lubang hitam !.
goodnovel comment avatar
Mustika Dyah S
Nasi......Sdh Menjadi Bubur,Senjata Makan Tuan&Bumerang bg DrMu,!.Racun d tangan kananMu~Madu...d tangan kiriMu !.
goodnovel comment avatar
Getrizal Oyong
rasain kau mata keranjang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status