Share

6

Ting!

Satu foto masuk ke aplikasi pesan milikku. Foto tangan Widya yang di penuhi darah. Apa-apaan ini, Widya benar-benar bunuh diri!

Aku putar kemudi ke arah apartemen Widya meski aku sudah hampir sampai di rumah. Saat ini, aku hanya takut Widya nekat dan benar-benar mengakhiri hidupnya.

Sepertinya kami memang harus mengakhiri semuanya baik-baik. Atau mungkin, aku sudah terjebak dalam pemainan yang aku buat sendiri.

_____

"Kamu gila ya!" teriakku saat sampai di apartemen Widya.

Tangannya sudah berlumuran darah, ia bahkan tergeletak di lantai hampir saja kehabisan darah. Beruntung aku datang tepat waktu, jadi bisa segera membawanya ke klinik terdekat.

"Mas, kamu udah gak butuh aku kan. Jadi, buat apa aku hidup!" ucapnya seraya terisak.

Aku benar-benar tak menyangka jika Widya mencintaiku sedalam itu. Bahkan, ia ingin mengakhiri hidupnya setelah hubungan kami hampir saja kandas.

"Kan kamu yang kirim pesan minta kita putus," jawabku santai.

Widya menoleh dan langsung kembali terisak. Wajahnya nampak begitu kecewa dengan jawabanku meski ia tahu memang ialah yang pertama kali mengirim pesan untuk mengakhiri hubungan.

"Kamu kenapa sih Mas, gak peka banget. Kamu cuekin dan ninggalin aku di kantin. Bahkan kamu gak anterin aku pulang. Kamu masih nanta kenapa aku minta putus, parah banget kamu emang Mas. Malah kamu iyain lagi aku ngajak putus," jelasnya.

Aah, ternyata ia begitu karena sikapku siang ini. Namun, aku benar-benar tak sengaja melakukan semuanya. Aku memang memikirkan Nia akhir-akhir ini karena jujur aku takut ia menduakan aku seperti apa yang tengah aku lakukan.

"Yasudah, aku disini kok," ucapku berusaha menenangkannya.

Setelah Widya sudah cukup tenang aku mengantarnya pulang. Namun, ia melarang aku untuk pulang dan ingin aku tetap menemaninya malam ini.

Sebelumnya aku memang selalu berbohong kepada Nia untuk bisa menginap di apartemen Widya tapi kali ini aku benar-benar tidak ingin bersamanya dan ingin segera pulang untuk menemui istriku.

"Tidurlah dulu," ucapku karena ingin diam-diam pulang.

Widya merayuku untuk melakukan hubungan haram layaknya suami istri yang biasa kami lakukan setiap kami bertemu. 

Dan kali ini aku menyingkirkan tangan itu, tangan yang sudah mulai menyentuh bagian sensitif milikku.

"Kenapa Mas?" sentak Widya tak percaya.

Aku mengalihkan pandangan tetap mencari akal untuk bisa keluar dari situasi ini.

"Kamu masih belum terlalu pulih Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa. Tidurlah biar aku temenin kamu disini sampai kamu terlelap baru aku akan tidur," bujukku.

Widya sedikit kesal tapi, ia memutuskan untuk segera tidur karena mungkin ia merasa jika aku memang tidak ingin melakukan hubungan haram itu malam ini.

Aku segera bergegas pulang ketika memastikan Widia benar-benar telah terlelap. Meski waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam aku tetap memutuskan untuk pulang karena entah mengapa aku merasa begitu merindukan Nia, istriku.

Empat menit perjalanan aku tempuh hingga aku bisa sampai di rumah. Hanya dua kali mengetuk pintu dia langsung keluar dan menyambutku dengan senyuman meskipun terlihat sekali ia sudah mengantuk.

"Maaf, Mas pulang terlambat," ucapku seraya mencium keningnya.

Nia tersenyum kecut mungkin dia marah atau mungkin ia tak perduli.

"Makanan sudah aku hangatkan, aku tidur duluan ya," pamit Nia.

Aku hendak menahan ia karena ingin membicarakan tentang perubahannya akhir-akhir ini akan tetapi melihatnya terlihat begitu lelah aku tak tega dan membiarkannya tetap masuk dalam kamar untuk mengistirahatkan diri.

Selesai mandi dan menyantap makan malam masakan dari Nia aku segera masuk ke dalam kamar dan merebahkan diriku di samping tubuhnya Nia.

Wajahnya terlihat berseri meskipun tak pernah di poles makeup sedikit. Wanita ini yang selalu mendampingiku hingga aku bisa sampai sesukses ini, mengapa aku bisa tega menduakan dia di saat posisiku sudah baik?

Hatiku tiba-tiba teriris ketika mengingat hal tersebut seraya menatap wajah polos Nia. Jika memang benar ada seseorang yang telah membuat dia nyaman itu artinya aku memang gagal menjadi seorang lelaki.

Seharusnya aku yang membuat dia nyaman dan selalu menghargainya bukan orang lain. Namun, jika itu benar-benar terjadi aku tidak akan pernah melepaskan Nia. Aku akan terus berusaha agar ia memaafkan aku.

Kini, aku dalam posisi serba salah. Aku takut jika Widya akan mengancam bunuh diri lagi karena aku merasa bertanggung jawab atas dirinya meskipun aku bisa saja membiarkan dia mati tapi, aku rasa itu bukan pilihan yang baik.

Aku harus segera mencari cara untuk lepas dari Widya bagaimanapun caranya aku harus secepatnya melepaskan dia sebelum dia tahu hubunganku dengan Widya.

Atau bahkan sebelum rumah tanggaku dengan Nia benar-benar hancur karena aku sama sekali tidak ingin kehilangan istri sebaik dia.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Baru lu bob, kemana aja selama ini
goodnovel comment avatar
Nanda Amelia
Sering pengulangan kalimat
goodnovel comment avatar
Sutarwi Akhmad
blelaki yg bodoh ya ini gambarnya,ujung2 penyesalan ya gak,!.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status