Nia pergi setelah mengucapkan kalimat yang masih berusaha aku cerna. Ya Tuhan, apa Nia sudah tahu hubunganku dengan Widya? kenapa aku tidak terpikir sampai situ?
"Nia!"
Aku kejar langkahnya, hingga tiba di depan pintu. Seseorang berdiri disana, berhadapan dengan Nia tepat di depan pintu.
"Widya!"
_____
"Untuk apa kamu ke rumahku?" tanya Nia dengan nada sinis.
Widya melirik koper yang ada di tangan Nia, kemudian berganti pandangan ke arahku.
"Bagus jika kamu mengaku kalah!" ucap Widya.
Widya hendak masuk ke dalam rumah, tapi dengan Nia menahan dengan bahu kanannya. Mereka berdua saling pandang. Tatapan tajam yah begitu mengerikan.
Ternyata dua orang wanita yang tengah kesal lebih menyeramkan dari pada pria yang tengah bertarung.
"Kalau kamu ingin pergi, pergilah!" usir Widya seraya melirik k
Widya menangis tersedu di depan lift sementara aku pergi meninggalkan Ia sendiri tanpa merasa bersalah atau pun merasa harus ada yang dipertanggungjawabkan dari hubungan kami berdua.Kini aku hanya tinggal meminta maaf pada Nia dan aku harap dia bisa memaafkan aku karena hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini.____Aku lajukan kendaraan lebih cepat dari biasanya karena aku ingin segera sampai di rumah dan cepat membicarakan semuanya.Sesampainya di rumah aku segera membuka pintu yang ternyata belum dikunci oleh Nia. Aku masuk perlahan, melangkahkan kaki dengan sangat hati-hati karena aku melihat Nia tengah duduk di ruang tamu seorang diri.Pandangannya kosong seolah ia tak memikirkan apapun atau mungkin ia terlalu lelah memikirkan semuanya."Sayang ..." panggilku seraya berjalan mendekat ke arahnya.Nia mendongak dan menatapku dengan ta
Besok mungkin aku akan kembali membicarakannya di depan kedua orang tuaku agar Nia yakin bahwa aku ingin memperbaiki diriku dengan sungguh-sungguh.Aku yakin kedua orang tuaku akan membantuku untuk kembali bersatu dengan Nia karena Nia adalah menantu kesayangan di keluargaku.____Setelah pagi menyapa aku segera bergegas pergi ke rumah orang tuaku karena aku tak ingin Nia terlebih dahulu pergi meninggalkan rumah ibuku."Assalamualaikum."Siapakah ketika aku baru saja sampai di rumah ibuku yang jaraknya memang tak begitu jauh dari rumah ke tempat aku tinggal."Waalaikumsalam," jawab ibu.Beliau mencubit perutku, dan segera membawaku ke dapur untuk mengintrogasi ku."Kamu apain Nia? semaleman dia nangis!" ungkap Ibu.Aku tertunduk lesu, aku malu mengakui semua perbuatanku pada ibu kandungku sendiri.
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#11#Nia"Aku bosan, istriku selalu saja cerewet dan banyak omong. Risih rasanya, setiap kali aku pergi dia tanya kabar. Ngingetin makan, ngingetin ini itu. Capek!"Aku mendengar percakapannya kala itu, sedih? tentu saja. Perhatian yang aku berikan padanya hanya dianggap hal yang membosankan.Aku terdiam sejenak, berusaha mencari cara agar hatiku bisa menjadi lebih baik. Sepertinya, memang suamiku tak lagi seperti yang dulu.Mas Roby selalu saja perhitungan padaku, bahkan untuk kebutuhan rumah tangga yang aku gunakan untuk kepentingan berdua.Aku masih berusaha berpikir positif, mungkin Mas Roby memang tengah banyak pekerjaan dan gajinya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berjualan online dan merubah sikap cerewet ku menjadi sikap yang jauh lebih pendiam.Seminggu pertama, aku pikir semua berhasil karena Mas Roby nampak kehilangan si
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#12Setelah Bapak selesai menceramahi ku dengan kata-kata tajam yang mampu menusuk ke dalam jantungku, tiba-tiba Nia keluar bersama Ibu.Wajahnya nampak sembab, sepertinya ia telah menangis di dalam tadi bersama ibu.Tok tok tok!Seseorang mengetuk pintu sebelum aku sempat meminta maaf lagi pada Nia."Biar ibu yang buka pintu," tahan Ibu saat aku hendak melangkah menuju teras depan.Aku pun duduk bersama dengan Nia di meja makan. Kami berdua saling tertunduk karena bapak mulai menceramahi kami berdua, lagi."Nia, maaf ya. Bapak gagal didik anak. Bapak malu dengan kelakuan Roby dan bapak gak nyalahin kalau kamu ingin pergi, tapi kalau bisa bapak minta pertimbangkan semua lagi."Bibirku sedikit tersenyum simpul ketika mendengar ucapan bapak. Akhirnya beliau membantuk
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#13Ting!Sebuah notifikasi pesan masuk ke gawai milikku. Aku buka pesan tersebut yang ternyata berasal dari nomor Nia.[Mas, aku pergi. Sampaikan pada bapak dan ibu, maaf aku tidak pamit. Semoga kamu bahagia selalu.]Tanpa pikir panjang aku langsung menghubungi nomor tersebut, tapi nomor sudah tidak aktif. Bahkan, ia benar-benar tidak mengizinkan aku untuk menjawab dan menjelaskan bahwa aku tidak pernah mau menikahi Widya.Tak terasa, air mataku menetes membasahi pipi. Tuhan ... ampuni aku ... aku menyesal melakukan semua ini ....____Sore itu aku pulang ke rumah seorang diri. Tak sanggup lagi rasanya mendengar ayahku terus saja menghakimi aku atas segala kesalahan yang sudah aku lakukan.Suasana rumah begitu sunyi tak ada lagi senyum Nia yang selalu menyambutku ketika aku pulang ke rumah ini.Mulai saat itu ak
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#14"Mas, sebelum berangkat aku minta tolong ya buang sampah di depan. Jangan lupa beliin galon juga nanti kalau pulang," pinta Widya.Baru satu hari ia menjadi istriku, ia sudah berani menyuruhku ini dan itu. Ya Tuhan, padahal Nia juga tidak pernah menyuruhku apapun. Cerewetnya Nia itu hanya sekedar mengingatkan aku untuk makan dan memberinya kabar bukan menyuruhku.Dulu, aku selingkuh dengan Widya karena aku pikir ia berbeda dengan Nia. Ia tak pernah mengeluh apapun padaku, dan aku sangat bangga padanya.Namun, saat ini aku seperti tengah mendapatkan karma atas apa yang aku lakukan. Aku melepaskan berlian yang indah demi mendapatkan batu kali yang tak berharga. Ya, mungkin Nia saat ini tertawa jika ia tahu tentang diriku.Andai saja ia tahu bahwa Widya jauh lebih parah darinya. Mungkin Nia bisa saja tertawa puas melihat hidu
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#15"Mas, tunggu!"Widya terus saja mengejar langkahku, ia seakan ingin aku memaafkannya. Namun, inilah saat yang tepat untuk pergi darinya."Roby, tunggu!"Pak Bos dengan lantang menahan langkahku. Beliau, berusaha mengejarku dan mencegahku untuk keluar dari ruang kerja beliau.Aku menatap mereka berdua secara bergantian. Mungkin, dulu Nia juga memandangku hina seperti saat ini.Pak Bos adalah pria beristri dan ternyata, bukan hanya aku tergoda oleh pesona kecantikan Widya.Namun, aku benar-benar tak menyangka jika Pak Bos yang terlihat gagah dan kalem bisa memiliki hubungan dengan wanita murahan seperri Widya."Rob, maaf kalau saya lancang. Kamu salah paham," ucap Pak Bos.Aku tersenyum miring, salah paham? apa yang harus aku benarkan k
#KETIKA_ISTRIKU_TAK_LAGI_CEREWET#16"Diam kamu!"Aku berteriak, tak tahan lagi rasanya aku ingin melampiaskan segala emosi dalam diri."Kamu ternyata lagi hamil anak Pak Bos ya! pinter banget kamu manfaatin suasana keributan aku sama Nia, kamu tuh murahan! kamu gak mikir gimana Nia diluar sana!"Aku benar-benar tak bisa lagi menahan kata-kata kasar yang telah terpendam dalam hati."Gak usah munafik kamu Mas, kamu juga mau kan ngejalanin hubungan sama aku. Enak aja kamu setelah udah dapet semua dari aku terus kamu mau balik sama istri kamu!"Widya benar-benar jauh berbeda dengan Nia, bahkan mereka tidak akan pernah bisa di samakan.Nia itu bagaikan air yang mampu menyejukan aku di saat aku tengah kehausan. Ia selalu diam ketika aku tengah di liputi emosi. Sementara Widya, ia bahkan tak bisa diam saat aku b