Share

02

Pria itu terus menatap lekat padanya, membuat Juan merasa risih.

" Kenapa? tuan menatapku seperti itu? "

 Pria itu diam sesaat, " ulurkan tangan mu," pinta pria itu.

Juan mengerutkan dahinya seraya bertanya curiga, menyembuyikan tangannya, " untuk apa? "

  

'ck' pria itu berdecak, " ulurkan saja, kamu tenang saja aku tak akan melukaimu, aku berjanji atas nama ibuku. "

" Siapa nama ibu anda? " tanya nya polos.

Pria itu menjadi kesal, mendengar pertanyaan dari Juan. " Berikan, atau aku akan menariknya secara paksa. " pria itu berkata.

Walau sedikit ragu, akhirnya Juan mengulurkan tangan nya pada pria itu dengan enggan, kesal. Pria itu menarik tangannya secara kasar, jari jemarinya yang lentik, dia letakkan di atas urat nadi tangan Juan. Matanya terpejam, mencoba mencari sesuatu pada tubuh Juan, detik berikutnya matanya terbuka. 

" Kenapa? " tanya Juan penasaran.

" sepertinya kau telah diracuni, " kata pria itu dengan wajah yang serius.

 Juan terlonjak kaget, "Benarkah? tapi bagaimana bisa?, Tak mungkin ibuku meracuniku,"

" Bukan kamu melainkan ibumu yang telah diracuni, sepertinya orang itu sengaja memberikan racun itu pada ibumu saat tengah mengandung ibumu, pantas saja kamu tak memiliki inti spiritual, "

Juan tercengang, " ibunda? " gumamnya, kedua tangannya mengepal, sedangkan pria itu  terus memainkan dagunya seraya berpikir.

" Bagian yang  tak aku mengerti adalah bagaimana bisa racun yang sudah  lama hilang ratusan tahun yang lalu bisa muncul kembali pada masa ini,?" ungkapnya. Pria itu beralih memainkan rambutnya seraya berjalan mondar-mandir.

" Apa tuan bisa menyembuhkan ku? "

Pria itu berhenti, menoleh kearah Juan seraya  menyunggingkan senyumnya, " ekhemm, " pria itu berdeham. " Entah lah, "  jedanya, curi-curi pandang ke arah Juan.  " Namun aku memiliki satu metode yang bisa mengeluarkan  bahkan membersihkan  seluruh racun yang ada dalam tubuhmu, tapi. . ."

" Tapi apa? "

Pria itu melambaikan tangannya seraya memainkan kipas yang berada ditanganya, " sudah lah lupakan saja, "

Juan berlutut seraya memohon, menangkupkan kedua tangan. " saya mohon tuan, tolong sembuhkan saya. "

 Pria itu mendesah. " Bocah kecil, aku bukan nya tak mau menyembuhkanmu, hanya saja metode ini sangat menyiksa bahkan bisa membunuhmu, apa kau mau mati? "

" Tentu saja aku tidak mau mati, tapi jika ini adalah satu-satunya cara agar aku bisa sembuh, saya siap menahan rasa sakitnya

, meskipun rasa sakitnya seperti dihujani ribuan pisau tajam sekalipun saya siap, "

Pria itu tertegun mendengar penuturan Juan yang dipenuhi tekad yang kuat.

" Bagaimana jika tubuhmu tak kuat untuk menahannya? "

" Saya yakin saya bisa melewatinya, " ujarnya, matanya menatap tajam pada pria itu, menandakan bahwa dia bersungguh-sungguh ingin menjalani pengobatan itu.

Pria itu mendesah pasrah. " Baiklah,  jika itu mau mu tapi jangan salahkan aku jika kamu mati, "

" Tentu, " kata Juan mantap.

Pria itu  menyerah dan menuruti permintaan Juan, mereka duduk sila saling berhadapan.

" kosongkan pikiran mu dan fokuslah pada inti  spiritual mu, aku ingatkan lagi padamu, kamu harus menahannya sampai akhir, jika tidak seluruh tubuhmu akan hancur dan mati. "

Juan  mengangguk mantap, perlahan menutup matanya, mengosongkan pikirannya seperti yang dikatakan oleh pria itu.

Perlahan tubuhnya mulai merasakan nyeri yang mulai menjalar pada tangannya lalu kepundaknya, beegitu seterusnya hingga ke seluruh tubuhnya, keringat membasahi seluruh tubuhnya. 'tring' seutas benang mas melintas di hadapannya. Benang mas itu perlahan mulai  bermunculan hingga membentuk sebuah bola inti spiritual.

' uhuk, ' Juan memuntahkan darah hitam pekat dari dalam mulutnya membuatnya tercengang melihat darah yang begitu hitam pekat yang baru saja keluar dari dalam tubuhnya, kini Juan merasa tubuhnya lebih ringan dari sebelumnya, bahkan menjadi lebih bertenaga.

'Plok plok plok,' pria itu bertepuk tangan dengan senyuman yang tercetak jelas di wajahnya, "Selamat, kamu berhasil melaluinya. Aku tak menyangka kamu bisa melewatinya. Bagus sangat bagus, "

Juan tersenyum bahagia, tubuhnya membungkuk memberi hormat. " Terima kasih atas ucapan dan bantuan dari tuan, saya sungguh berterima kasih, tapi aku belum mengetahui siapa gerangan nama tuan, bolehkah saya mengetahuinya? "

 Pria itu tergelak, " Haruskah aku mengenalkan diri? " ucapnya sombong. Bangun seraya memainkan kipasnya, Juan hanya terdiam  memperhatikan dan menunggu pria itu berbicara. 

" hmm  baiklah akan keberitahu namaku, tapi kau tak boleh kaget atau pun pingsan lagi "

Juan mengangguk.

" Aku adalah Gentala Taksaka."

" Bwahahahahaha, "tanpa sadar Juan tertawa dengan keras begitu Pria itu memberi tahu namanya, tangannya mengusap air matanya yang keluar. " Tuan tolong jangan bercanda, Gentala Taksaka!, bukan kah dia makhluk mitologi yang hilang ribuan tahun yang lalu? bagaimana bisa  tuan mengakui  bahwa tuan adalah dia? tuan bercanda mu sung-guh...anda serius!!!" pekiknya.

Gentala menatap Juan dingin. "Apa aku terlihat bercanda?,"

Mulut Juan ternganga, "Ja-jadi a-anda adalah so-sosok na-naga tadi," ucapnya gugup.

Gentala  menganggukan kepala.

" Maafkan atas kelancangan saya Tuan," sesalnya,berlutut didepannya, " hanya saja saya tak percaya, bagaimana bisa anda bisa berada di zaman ini? dari yang saya baca bukan kah anda menghilang bersama tuan anda Nayaka Gantari ratusan tahun yang lalu? lalu dimanakah tuan Nayaka Gantari berada? "

Gentala  terdiam, mencoba mengingat wajah tuannya. Namun sayangnya dia lupa bagaimana rupa dan  sosok dari tuannya itu. Seakan-akan ingatannya sengaja di hapus oleh seseorang, tapi anehnya  merasa akrab dengan sosok Juan, membuatnya berpikir, mungkinkah dia adalah reinkarnasi dari Nayaka Gantari? tak mungkin bocah lemah ini adalah reinkarnasinya, meski lupa dengan rupa dan sosoknya, namun Gentala ingat, tuannya begitu kuat tak bisa di bandingkan dengan siapa pun.

" Sejujurnya aku pun tak tahu bagaimana bisa aku tersegel dalam buku itu? yang aku ingat hanyalah segel itu  sudah di buka oleh darahmu, jadi aku tak ingat dimana Nayaka Gantari berada." terangnya.

 Juan tertegun sesaat, " darahku? kapan itu terjadi? " katanya bingung.

" Itu terjadi saat bocah gendut itu melukai tangan mu lalu darah mu tak sengaja menetes yang secara otomatis membuka segel itu, " terangnya, " sepertinya pertemuan kita adalah  sebuah takdir ... Hey bocah sebagai balasbudi mu padaku, bantulah aku untuk mencari tahu kebenarannya. "

" Tentu saja, "

" Tapi sebelum itu  ada beberapa syarat yang harus kau penuhi, "

"  Apa itu? "

" Pertama beri tahu aku dulu tentangmu,"

Juan menangkupkan kedua tangannya seraya berlututb di depan Gentala. " Maafkan saya yang tidak sopan ini hingga lupa  untuk memperkenalkan diri. Nama saya adalah Juan Purwadi dan ibu saya adalah Dewi Ayu, saya tinggal di desa Rinjing, umur saya 14 tahun dan saya seorang piatu, "

Gentala tersenyum," Bagus, bagus, aku menyukai sikapmu ini, " katanya, memainkan kipas.

" Lalu apa untuk syarat yang kedua? "

Gentala diam, berjalan mondar mandir ,tangan nya memainkan kipas ditangannya, ekspresi wajahnya menggambarkan seakan memikirkan sesuatu, Juan hanya bisa memandanginya seraya menunggu jawaban.

Langkah nya terhenti  seraya menatap Juan lekat.

"Syarat yang kedua adalah.....

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dyah Subadiyah
sangat menarik
goodnovel comment avatar
FurqanOqan
coin coin coiiinnn
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status